Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Ekonomi

Rugi Miliaran, Gara-Gara Ojol Mogok Sehari: Ekonomi Digital Kena Skak dari Para Driver

badge-check


					Aksi Demonstrasi Ojol 20 Mei 2025 di Patung Kuda, Jakarta Pusat. (Foto:Praba) Perbesar

Aksi Demonstrasi Ojol 20 Mei 2025 di Patung Kuda, Jakarta Pusat. (Foto:Praba)

PRABA INSIGHT- Ternyata, kalau ribuan driver ojek online (ojol) kompak mogok satu hari saja, ekonomi digital kita bisa langsung kering kerontang.

Bukan hoaks. Berdasarkan riset dari Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS), aksi off bid nasional para ojol pada 20 Mei 2025 itu bikin potensi kerugian tembus Rp188 miliar.

Sekali lagi: Rp188 miliar. Itu baru sehari. Belum seminggu. Belum sebulan.

Bayangkan kalau mereka mogok terus, mungkin aplikatornya yang bakal off bid selamanya.

Off Bid: Aksi Diam yang Bikin Dompet Nangis

IDEAS mencatat, transaksi harian di sektor ride hailing biasanya nyentuh angka Rp375,89 miliar. Ketika para driver memutuskan angkat kaki dari aplikasi selama 24 jam, setengah dari uang itu sekitar Rp188 miliar ikut menguap.

“Dan itu baru dampak langsung. Belum termasuk kerugian di sektor lain,” kata Peneliti IDEAS, Muhammad Anwar.

Artinya, satu hari tanpa ojol bisa bikin banyak orang kelimpungan. Bahkan dompet negara pun ikut deg-degan.

Empat Sektor yang Ketar-Ketir

Menurut Anwar, ada empat sektor yang kena getahnya dari aksi damai nan mematikan ini.

Pertama, tentu saja UMKM kuliner yang hidup dari pesanan GoFood dan GrabFood.

Warung makan, kedai pecel lele, sampai resto kekinian mendadak sepi order.

Kalau biasanya rame kayak antre BTS Meal, sekarang malah kayak buka puasa di bulan Safar.

Kedua, masyarakat urban yang biasanya ngandelin ojol buat berangkat kerja atau kuliah.

Tanpa ojol, banyak yang harus bangun lebih pagi dan berdesakan naik angkot. Trauma masa kecil nunggu metro mini bisa muncul lagi.

Ketiga, pengusaha logistik kecil, terutama yang biasa kirim dokumen atau barang lewat GoSend dan GrabExpress. Paket enggak jalan, toko online pun ikut macet.

Keempat, dan ini yang paling berbahaya buat jangka panjang: reputasi perusahaan platform ikut goyang.

Kalau para driver udah enggak percaya dan merasa dieksploitasi, bisa-bisa mereka cari rejeki ke platform lain atau bikin sendiri.

Kerja Kayak Karyawan, Perlindungan Ala Freelancer

Demo nasional ini bukan semata soal duit. Tapi tentang kesenjangan relasi kuasa antara perusahaan aplikator dengan para pengemudi.

Anwar menilai para driver ojol dipaksa kerja layaknya pegawai tetap dengan target, sanksi, dan jam kerja panjang tapi tak diberi status formal apalagi jaminan sosial.

“Tanpa regulasi yang adil, digitalisasi hanya jadi bungkus baru dari eksploitasi gaya lama,” ujarnya.

Duit Triliunan, Tapi yang Nganggur Driver

IDEAS juga mengungkap angka fantastis lain: total Gross Transaction Value (GTV) dari semua aplikator ride hailing di Indonesia mencapai Rp135,32 triliun per tahun.

Gojek: Rp63,04 triliun

Grab: Rp58,75 triliun

Aplikator lainnya: Rp13,53 triliun

Artinya, duitnya ada. Banyak. Tapi tetap saja, para pengemudi masih berjuang untuk sekadar minta potongan komisi yang lebih manusiawi.

Janji Pemerintah: Ditampung Dulu, Diselesaikan Entar

Di Jakarta, perwakilan para driver akhirnya diterima oleh Dirjen Perhubungan Darat, Aan Suhanan. Tapi hasilnya? Yah, seperti biasa: “Akan ditindaklanjuti.”

Salah satu tuntutan utama adalah agar potongan komisi aplikasi dibatasi maksimal 10 persen. Tapi belum ada keputusan resmi. Masih proses, katanya.

Jadi, sementara para aplikator sibuk hitung kerugian, dan pemerintah sibuk menyusun wacana, para driver ojol tetap jadi tulang punggung yang belum tahu kapan bisa berdiri tegak.

 

Penulis : Andi Ramadhan 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Bukan Nyari Panggung, Sufmi Dasco Justru Bikin Politik Terlihat Nggak Seram-Seram Amat

15 Juli 2025 - 09:17 WIB

“Renald Kasali untuk BIN: Solusi dari Akademisi, Bukan dari Alumni Koalisi”

13 Juli 2025 - 12:55 WIB

“Resmi! Bank DKI Kini Bernama Bank Jakarta: Dari Daerah ke Panggung IPO”

22 Juni 2025 - 16:28 WIB

Utang Negara Tembus Rp7.000 Triliun, BI Bilang: “Santai Aja, Masih Terkendali Kok!”

18 Juni 2025 - 07:54 WIB

Ojol Mau Jadi Karyawan Tetap? Kata Menteri UMKM: Yang Lolos Cuma Segelintir, Sisanya Tetap Pejuang Jalanan

18 Juni 2025 - 03:47 WIB

Trending di Ekonomi