Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Prabers

Di umur Berapa Kamu Tahu Arti Konoha dan Wakanda, Nah Ini Asal Mulanya

badge-check


					Gambar Tangkap Layar di X Perbesar

Gambar Tangkap Layar di X

PRABA INSIGHT- Di jagat maya, warganet Indonesia memang selalu punya cara unik dan jenaka dalam mengomentari dinamika Tanah Air tercinta.

Belakangan ini, dua istilah fiktif Konoha dan Wakanda mendadak sering muncul di linimasa.

Tapi tunggu dulu, ini bukan soal cosplay atau film superhero, melainkan plesetan cerdas yang berbalut satire sosial-politik.

Ya, Konoha dan Wakanda kini jadi istilah gaul baru buat nyebut “Indonesia”, khususnya kalau sedang ingin ngegas tapi takut kena semprit UU ITE.

Kenapa dua nama ini dipilih? Mari kita bahas pelan-pelan, sambil nyeruput kopi sachet dan merenungi nasib negara.

Konoha: Dari Desa Ninja ke Negeri Nepotisme?

Dikutip dari Tirto.id Awal mula kehebohan ini datang dari akun X (dulu Twitter) @JeblukanAkun yang menulis, “Ajiig, baru tahu kalau KONOHA itu singkatan dari Kingdom of Nepotisme, Oligarchy and Hidden Ambition.”

Unggahan ini sontak meledak view-nya tembus 164 ribu lebih, dengan 6.900-an suka dan puluhan komentar yang sebagian besar ngakak sambil mengangguk.

Tak berhenti di situ, muncul akun lain, @penjagatokopi, yang menimpali dengan definisi Wakanda versi Indonesia: Widodo’s Alliance Kingdom And Nusantara Development Ambition.

Singkatan ini sukses melengkapi narasi kritik halus tapi dalam kepada penguasa negeri.

Dua istilah ini dengan cepat menjelma jadi bahasa kode. Mirip seperti saat kamu menyebut “teman kita” padahal maksudnya mantan yang belum move on.

Di sini, Konoha dan Wakanda dipakai sebagai bentuk kritik politik terselubung, biar tetap aman tapi tetap nyentil.

Konoha: Desa Fiktif Penuh Harapan (dan Intrik)

Buat penggemar Naruto, nama Konoha tentu tak asing. Konohagakure no Sato alias Desa Daun Tersembunyi adalah desa ninja fiktif tempat Naruto dan kawan-kawan tinggal.

Dipimpin oleh seorang Hokage, desa ini berada di bawah naungan Negara Api, dengan sistem kepemimpinan yang mirip dengan sistem republik (tapi penuh drama dan kudeta).

Menariknya, dalam benak warganet, Konoha ini serasa mirip Indonesia. Subur, dikelilingi hutan, penuh semangat persatuan, tapi juga sarat konflik internal dan kepentingan tersembunyi.

Bahkan sosok Hokage yang biasanya berasal dari kalangan elit ninja top juga dianggap paralel dengan pemimpin Indonesia yang sering muncul dari lingkaran yang “itu-itu saja”.

Apakah ini sindiran soal oligarki? Ya, bisa jadi. Tapi tentu dengan gaya yang lebih kreatif daripada makian di kolom komentar TikTok.

Wakanda: Negeri Supercanggih yang (Katanya) Mirip Nusantara

Sementara itu, Wakanda adalah negeri fiktif dari semesta Marvel yang muncul pertama kali tahun 1966.

Dikenal sebagai rumah Black Panther, Wakanda adalah negara tertutup yang superkaya karena punya vibranium logam super langka yang bikin Tony Stark iri setengah mati.

Wakanda digambarkan sebagai negara di Afrika yang sangat maju teknologinya, meskipun tertutup dari dunia luar.

Nah, warganet Indonesia pun tampaknya melihat paralel tertentu antara Wakanda dan Indonesia: sama-sama kaya sumber daya, sama-sama punya potensi besar, tapi sayangnya… yang maju malah masalahnya.

Dengan menyebut Indonesia sebagai Wakanda, warganet secara tidak langsung sedang menyentil kebijakan-kebijakan negara yang kadang ambisius di atas kertas, tapi kerap tak menyentuh akar persoalan rakyat.

Bahasa Satire: Cara Bertahan Hidup di Era Digital

Fenomena penyebutan Konoha dan Wakanda untuk Indonesia bukan sekadar iseng.

Ini adalah bentuk survival mode dari masyarakat yang ingin menyuarakan kritik tanpa harus berurusan dengan pasal karet.

Di tengah iklim digital yang serba diawasi, warganet memilih jalur kreatif: menyampaikan keresahan lewat humor, fiksi, dan plesetan.

Ada semacam solidaritas kolektif dalam menyampaikan keluhan lewat metafora budaya pop.

Lagi pula, siapa sangka Naruto dan Black Panther bisa bersatu dalam satu narasi tentang negeri kita? Inilah keindahan dari warganet +62: penuh imajinasi, sekaligus tak kehilangan akal dalam menyuarakan isi hati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Capek, Lihat Pemimpin Cuma Jago Webinar? Akademi SaDaya Hadir Bikin Pemimpin Sosial yang Mau Kerja, Bukan Cuma Ceramah

8 Juli 2025 - 06:01 WIB

“Ngaku Foodies? Buktiin di Rumah Indofood Jakarta Fair 2026: Ada Duel Masak Dadakan Sampai Warmindo Terluas!”

3 Juli 2025 - 19:07 WIB

“Sejarah Tahun Baru Islam: Dari Umar bin Khattab, Bid’ah, Berkah, dan Caption Galau Hijrah”

28 Juni 2025 - 14:26 WIB

“Pak Prabowo, Saatnya Cabut Kabel Sistem Lama: Jangan Biarkan Indonesia Jadi Negara Kaya Rasa Miskin”

28 Juni 2025 - 08:38 WIB

Hotel Dalam Bayang Efisiensi: Antara Tekanan dan Harapan

27 Juni 2025 - 07:30 WIB

Trending di Prabers