Menu

Mode Gelap
Prabowo Muncul di Expo 2025 Osaka, Netizen Heboh Sambut Unggahan di X Pejabat dan “Tot Tot Wuk Wuk”: Netizen Gerah, Istana Sampai Ikut Angkat Suara Dari Jepang ke Amerika, Lanjut Kanada dan Belanda: Diplomasi Marathon Prabowo HANTU Sumsel Desak Kejaksaan Agung Periksa Walikota Palembang Ratu Dewa soal Fee Rp 84 Miliar Sandri Rumanama Ingatkan, Reformasi Polri Tak Cukup Struktural Tanpa Perubahan Kultur Potongan Mencekik, Bonus PHP: Driver Online Ngadu ke DPR

News

Rumor Surat Rahasia Pergantian Kapolri, Direktur HAI Ingatkan Risiko Fatal

badge-check


					“Istana diminta segera luruskan isu pergantian Kapolri yang makin liar. Direktur HAI menilai diamnya pemerintah bisa memicu krisis kepercayaan publik dan mengguncang stabilitas politik.”(Foto:Ist) Perbesar

“Istana diminta segera luruskan isu pergantian Kapolri yang makin liar. Direktur HAI menilai diamnya pemerintah bisa memicu krisis kepercayaan publik dan mengguncang stabilitas politik.”(Foto:Ist)

PRABA INSIGHT – Jakarta – Kabar tentang pergantian Kapolri kembali merebak. Media menulis Presiden dikabarkan mengirim surat ke DPR berisi nama calon Kapolri baru. Namun, pimpinan DPR dan Komisi III serentak membantah: tak ada dokumen yang mereka terima.

Kebingungan publik pun kian besar. Rumor berseliweran, spekulasi liar berkembang. Situasi ini, jika dibiarkan, bisa berbalik menjadi krisis politik.

“Istana jangan diam. Kita hidup di era post-truth, isu bisa lebih berbahaya daripada fakta. Ini ancaman serius bagi stabilitas negara,” ujar Direktur Haidar Alwi Institut (HAI), Sandri Rumanama.

Kapolri, Lebih dari Sekadar Jabatan

Sandri menegaskan posisi Kapolri bukan kursi biasa. Ia simbol hukum, keamanan, sekaligus stabilitas nasional. Karena itu, setiap isu pergantian di pucuk pimpinan Polri pasti mengguncang banyak aspek—dari psikologi politik, moral aparat, hingga legitimasi pemerintah.

“Dampaknya bisa berlapis. Aparat goyah, politik gaduh, publik meragukan Presiden,” katanya.

Diam Bisa Berakibat Fatal

Menurut Sandri, bungkamnya Istana justru memberi ruang isu berkembang liar. Publik bisa menilai Presiden gamang, bahkan dikendalikan kepentingan politik tertentu.

“Fatal jika Istana membisu. Presiden bisa dipersepsikan tersandera kekuatan politik,” ucapnya.

Sandri menyebut risiko lain: kepercayaan publik tergerus, soliditas internal Polri melemah, dan agenda reformasi kepolisian rawan terseret ke pusaran drama politik.

Klarifikasi Jadi Jalan Keluar

Sandri menegaskan satu hal: klarifikasi Presiden sangat diperlukan. Penjelasan singkat, apakah isu benar atau sekadar rumor, sudah cukup untuk menghentikan spekulasi.

“Klarifikasi bukan hanya menenangkan publik, tapi juga menguatkan wibawa kepemimpinan nasional,” ujarnya.

Bagi Sandri, diam justru lebih berbahaya ketimbang masalah aslinya. Dalam politik, rumor yang tak ditepis bisa menjelma krisis.(van)

Baca Lainnya

Pejabat dan “Tot Tot Wuk Wuk”: Netizen Gerah, Istana Sampai Ikut Angkat Suara

20 September 2025 - 12:05 WIB

Dari Jepang ke Amerika, Lanjut Kanada dan Belanda: Diplomasi Marathon Prabowo

20 September 2025 - 11:23 WIB

HANTU Sumsel Desak Kejaksaan Agung Periksa Walikota Palembang Ratu Dewa soal Fee Rp 84 Miliar

19 September 2025 - 13:00 WIB

Sandri Rumanama Ingatkan, Reformasi Polri Tak Cukup Struktural Tanpa Perubahan Kultur

19 September 2025 - 05:52 WIB

Potongan Mencekik, Bonus PHP: Driver Online Ngadu ke DPR

18 September 2025 - 20:00 WIB

Trending di News