PRABA INSIGHT- Kalau kamu pernah remaja di era awal 2000-an, besar kemungkinan kamu pernah nangis bareng lagu In The End atau pura-pura galak sambil nyetel Crawling kenceng-kenceng di kamar.
Ya, Linkin Park pernah jadi band yang bikin kita semua merasa keren walau lagi patah hati. Tapi, zaman berubah, dan sepertinya nasib Linkin Park juga ikut berubah. Buktinya? Konser mereka di Los Angeles nggak laku-laku amat.
Awalnya, band yang kini digawangi Mike Shinoda cs. ini dijadwalkan konser di Dodger Stadium, venue super gede yang bisa nampung 56 ribu fans.
Tapi entah kenapa, panggungnya malah dipindah ke Intuit Dome yang kapasitasnya cuma sepertiganya. Katanya sih, biar lebih “intimate”. Tapi kita tahu, itu bahasa halus dari: “Tiketnya belum abis, Gaes!”
Parahnya lagi, tiket konser mereka tiba-tiba didiskon jadi 39,5 USD alias sekitar Rp665 ribu. Buat ukuran konser band legendaris, itu kayak harga nonton pensi SMA pake artis TikTok. Nggak heran banyak yang mulai bertanya-tanya, “Apa kabar Linkin Park sekarang?”
Formasi barunya memang beda. Chester Bennington sudah tiada, dan posisinya sekarang digantikan oleh Emily Armstrong sebagai vokalis plus Colin Brittain di posisi drummer.
Tapi sayangnya, buat sebagian fans, Linkin Park tanpa Chester tuh kayak nasi goreng tanpa kecap—tetep kenyang, tapi kurang ngena di hati.
Fenomena ini menarik. Di luar Amerika, konser mereka masih rame. Tapi di kampung halaman sendiri? Dingin. Kayak mantan yang ngucapin “semoga bahagia ya” di undangan pernikahan.
Mungkin ini saatnya Linkin Park meredefinisi diri. Bukan soal ganti vokalis, tapi soal narasi. Karena di era algoritma dan FYP, band legendaris sekalipun harus bisa adaptasi.
Bikin lagu bareng AI kek, duet sama BLACKPINK kek, atau minimal bikin challenge TikTok yang relate sama anak muda sekarang. Masa kalah sama lagu “Maafkan Aku Terlanjur Mencinta” versi slow remix?
Tapi ya, apapun nasibnya nanti, satu hal yang nggak bisa diganti: kenangan. Buat generasi 90-an dan 2000-an, Linkin Park adalah soundtrack masa muda.
Dan walaupun konsernya sekarang nggak se-wow dulu, mereka tetap legenda. Mau tiketnya didiskon, venue-nya dipindah, atau panggungnya digelar di lapangan RT, mereka tetap punya tempat khusus di hati para pejuang galau masa lalu.