PRABA INSIGHT – Kalau ada lomba federasi bola paling misterius, mungkin Federasi Sepak Bola Malaysia alias FAM bisa masuk nominasi. Soalnya sejak awal kemunculan pemain naturalisasi mereka, publik Malaysia seolah-olah diajak main petak umpet: asal-usul pemainnya nggak pernah jelas, penjelasan resmi pun nihil. Eksekutif FAM lebih memilih gaya tutup mulut seolah nggak lihat, nggak dengar, nggak tahu.
Bandingkan dengan PSSI. Meski sering kena kritik sana-sini, setidaknya soal naturalisasi pemain, prosesnya jelas. Publik bisa tahu dokumen, asal-usul, bahkan silsilah keluarga sampai nenek moyang kalau perlu.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir beberapa waktu lalu bahkan sempat menyentil soal negara tetangga yang asal comot pemain.
Yang harus kita banggakan kan pemain naturalisasi Indonesia berdarah Indonesia. Beda dengan negara-negara lain yang selalu, misalnya mendiskreditkan Timnas Indonesia. Mereka melakukan naturalisasi, tidak ada darahnya mereka. Nah, tidak ada negaranya mereka. Kalau kita jelas, ada darah kita. Itu yang kita patut bangga. Mestinya mereka yang lebih malu. Kenapa? Mereka menaturalisasi pemain-pemain yang tidak ada darah mereka. Kalau kita ada darah kita gitu,” ujar Erick, dikutip dari viva.co.id.
Hmm, dari pernyataan itu, sepertinya Pak Erick sudah bisa mencium gelagat “main belakang” FAM.
Lalu muncul nama Facundo Garces, salah satu pemain naturalisasi Malaysia. Dalam sebuah wawancara, dia pernah keceplosan mengaku punya darah Malaysia… dari buyutnya. Buyut, Bung! Padahal aturan FIFA jelas-jelas cuma sampai jalur kakek-nenek. Tak lama, FAM buru-buru meralat dengan alasan ada “kesalahan transkrip” oleh media Spanyol. Ya, klasik. Netizen Malaysia tentu pasang badan. Mereka balik menyerang: katanya netizen Indonesia cuma iri sama kemajuan Harimau Malaya.
Di sisi lain, pelatih Malaysia Peter Cklamovski memilih mode “silent mode”. Katanya sih mau fokus Kualifikasi Piala Asia 2027. Tapi publik tahu, pelatih berdarah Australia itu pasti bisa melacak kebenaran, asal ada niat.
Dan klimaksnya: pengunduran diri Presiden FAM, Joehari Ayub, pada Agustus 2025. Satu bulan sebelum sanksi FIFA jatuh. Mundur tanpa alasan jelas. Waktu itu publik bingung, sekarang rasanya puzzle sudah lengkap: mundur karena tahu badai bakal datang.
Kalau kata pepatah bola, “bola itu bundar.” Tapi kalau urusan FAM, bundarnya bola bisa berubah jadi lingkaran misteri yang nggak ada ujungnya.
Penulis : Ris Tanto