“Habis gelap terbitlah molding.” – Kalau saja Kartini kerja di pabrik injection molding, mungkin itu kutipannya.
PRABA INSIGHT- CIKARANG- Ada yang beda pagi ini di kawasan industri Cikarang. Di tengah deretan mesin molding dan tumpukan cetakan plastik presisi, derap langkah para perempuan PT. Spitze Sentosa Indonesia (SSI) terdengar gemulai, berbalut kebaya warna-warni yang anggun, seolah mesin-mesin pun ikut berhenti sejenak untuk menghormati RA Kartini.
Hari ini, perusahaan spesialis Electronic dan Otomotif molding itu merayakan Hari Kartini dengan cara yang tak biasa: mengenakan kebaya khas Kartini di lantai pabrik.
Yup, bukan di ruang rapat ber-AC atau aula megah, tapi langsung di tengah-tengah aktivitas produksi. Dan percaya atau tidak, aura elegan kebaya tetap menang bahkan ketika berhadapan dengan aroma oli dan suara mesin.
“Ini bukan sekadar perayaan simbolik. Kami ingin semua orang, khususnya para perempuan di SSI, merasa bahwa mereka punya ruang dan peran penting di industri ini,” kata salah satu HR sambil membetulkan pakaian kebayanya
SSI memang bukan pemain baru. Berdiri sejak Juni 2016, perusahaan ini sudah jadi tulang punggung banyak merek elektronik dan otomotif, dari senter, mesin medis, TV, hingga spion motor. Dengan lebih dari 20 tahun pengalaman di industri elektronik Indonesia, SSI bukan cuma jago cetak molding, tapi juga merakit dan mencetak komponen dengan akurasi tinggi.
Kalau RA Kartini dulu melawan ketimpangan dengan pena, SSI melawan kompetitor global dengan presisi cetakan plastik.
Acara perayaan Hari Kartini diwarnai berbagai aktivitas seru: lomba kebaya, tebak tokoh perempuan inspiratif, hingga makan siang bersama dengan menu khas Jawa—karena ya, masa kebaya makan spaghetti?
“Sebagai perempuan yang kerja di pabrik, saya senang banget bisa ikut perayaan ini. Biasanya pakai seragam, hari ini bisa tampil cantik tapi tetap kerja. Kartini banget, kan?” ujar Mbak-mbak operator molding yang siang itu tampil dengan kebaya ungu dan sneakers putih.
Perayaan ini jadi bukti bahwa nilai-nilai Kartini masih sangat relevan, bahkan di tengah deru industri. Bahwa emansipasi tak harus di podium, tapi bisa juga di jalur produksi. Bahwa perempuan tak hanya boleh sekolah tinggi, tapi juga bisa berdiri gagah di depan mesin molding dengan kepala tegak.
Dan siapa tahu, di masa depan, akan ada RA Kartini versi baru yang paham blueprint, jago pegang solder, dan bisa mimpin produksi dari balik kebaya.
1 Komentar
Kereeen bngt.. ikut merayakan hari kartini..