Menu

Mode Gelap
PBHI Jakarta Dorong Wamenaker Noel Gaspoll Bentuk Satgas PHK Naik TJ, LRT, MRT Gratis Cuma Modal Gender dan Kalender? Serius Nih! “Bukan Sinetron: Remaja Terlempar dari Wahana, Jatim Park, Gercep Polisi Langsung Cek TKP” Plot Twist Skandal Lisa Mariana: Ternyata Bukan RK, Tapi Revelino yang Ngaku Bapak Biologis Anaknya! Cara Cek Tilang Elektronik (ETLE) Lewat HP, Biar Nggak Kena Karma di Jalan DKI Buka Lowongan PPSU: Gaji Aman, Kerja Halal, Minimal Lulusan SD, Calo Dilarang Masuk

News

Massa Geruduk UGM, Font Times New Roman Dituding Jadi Biang Kerok Ijazah Jokowi

badge-check


					foto ilustrasi (AI) Perbesar

foto ilustrasi (AI)

PRABA INSIGHT- Hari Selasa (15/4) di Yogyakarta mendadak penuh drama. Bukan karena skripsi mahasiswa yang belum kelar, tapi karena ratusan orang mendatangi kampus Universitas Gadjah Mada (UGM).

Tujuannya jelas: mempertanyakan keaslian ijazah Mantan Presiden Joko Widodo.

Dan yang jadi kambing hitam? Bukan rektor, bukan dosen, tapi… font Times New Roman.

Yup, font yang selama ini jadi penyelamat mahasiswa saat nulis skripsi itu kini dituduh jadi bukti ketidakberesan. Tudingan ini datang dari Rismon Hasiholan Sianipar, dosen Universitas Mataram sekaligus alumni UGM.

Menurutnya, ijazah dan skripsi Jokowi mencurigakan karena menggunakan font yang katanya belum eksis di era 1980-an. Langsung deh, massa bergerak.

Demo digelar. Spanduk dibentang. Teriakan “Buka data, jangan drama!” menggema di halaman kampus.

Pihak kampus tentu nggak tinggal diam. Rektor UGM, Ova Emilia, menegaskan bahwa mantan Presiden Jokowi benar-benar lulusan Fakultas Kehutanan tahun 1985.

Dokumen akademiknya? Resmi, sah, dan lengkap. “Semuanya sesuai prosedur,” tegasnya, seakan ingin bilang, “Please, ini kampus, bukan tempat jual ijazah kiloan.”

Tapi ya namanya juga sudah viral, klarifikasi nggak langsung memadamkan api. Massa tetap ingin bukti fisik, transparansi mutlak.

Sebagian bahkan mendesak agar dokumen Jokowi diperiksa dengan forensik font, kalau perlu pakai aplikasi pendeteksi tipografi ala detektif digital.

Netizen pun ikut nimbrung. Ada yang serius, ada yang nyinyir, ada juga yang iseng bikin meme: “Kalau Times New Roman salah, Arial jangan sampai kena getahnya.”

Terlepas dari semua keramaian ini, satu hal yang jelas: polemik ijazah ini bukan cuma soal dokumen, tapi juga soal trust publik. Apalagi di tengah suasana politik yang makin panas.

Dan yang paling mencengangkan? Font, yang biasanya cuma jadi syarat teknis skripsi, kini bisa jadi alasan demo besar-besaran.

Siapa sangka, Times New Roman yang tadinya dianggap biasa saja, kini malah dianggap terlalu futuristic buat tahun 1980-an?

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

PBHI Jakarta Dorong Wamenaker Noel Gaspoll Bentuk Satgas PHK

19 April 2025 - 06:54 WIB

Naik TJ, LRT, MRT Gratis Cuma Modal Gender dan Kalender? Serius Nih!

18 April 2025 - 20:27 WIB

Plot Twist Skandal Lisa Mariana: Ternyata Bukan RK, Tapi Revelino yang Ngaku Bapak Biologis Anaknya!

18 April 2025 - 17:32 WIB

Cara Cek Tilang Elektronik (ETLE) Lewat HP, Biar Nggak Kena Karma di Jalan

18 April 2025 - 16:59 WIB

DKI Buka Lowongan PPSU: Gaji Aman, Kerja Halal, Minimal Lulusan SD, Calo Dilarang Masuk

18 April 2025 - 16:39 WIB

Trending di Daerah