PRABA INSIGHT – Kalau biasanya media nasional jadi tameng buat federasi sepak bola negaranya, beda cerita dengan Malaysia kali ini. Begitu FIFA ngehukum FAM gara-gara skandal pemalsuan dokumen pemain, alih-alih pasang badan, media di sana malah kompak kasih smackdown.
Bayangin, federasi udah jatuh kena sanksi, eh medianya ikut nendang sambil bilang, “Salah lu sendiri.”
Judul-judul yang Nggak Kasih Ampun
Contoh paling gamblang datang dari New Straits Times (NST). Media besar itu nggak pakai basa-basi. Judulnya blak-blakan, pedas, dan bikin keringetan buat siapa pun yang duduk di kursi FAM:
“Pemalsuan yang Memalukan: FIFA Jatuhkan Denda Berat dan Sanksi Pemain kepada FAM.”
Kalau biasanya judul berita masih suka pakai eufemisme biar nggak terlalu nyakitin, NST kayaknya lagi malas berbasa-basi. Mereka langsung nunjuk hidung: pemalsuan plus memalukan.
Nggak cuma NST. The Star, media besar lain, juga ikut main kasar. Judul mereka bahkan lebih to the point:
“FIFA Jatuhkan Sanksi Berat kepada FAM atas Pemalsuan Dokumen Tujuh Pemain Naturalisasi.”
Bayangin, udah bilang “sanksi berat,” ditambah lagi “pemalsuan dokumen.” Itu ibarat udah jatuh, ketiban tangga, terus ditulisin pula di koran nasional.
Media vs Federasi: Jarang-jarang, Bro
Fenomena ini menarik. Soalnya biasanya media nasional cenderung bela federasi atau minimal kasih alasan pembenaran. Tapi di Malaysia, begitu kasus pemalsuan ini meledak, media malah berebut bikin judul yang makin nyelekit.
Alih-alih jadi pelindung, media justru tampil sebagai “juri” yang kompak bilang, “FAM salah besar.”
Skandal pemalsuan dokumen ini dinilai bikin Malaysia bukan cuma kena hukuman FIFA, tapi juga dihajar opini publik lewat pemberitaan medianya sendiri. Kalau kata pepatah, ini bukan sekadar “jatuh tertimpa tangga”, tapi udah kayak jatuh, ketiban tangga, terus ditimpa reruntuhan rumah tetangga.
Penulis : Ris Tanto