PRABA INSIGHT- Kalau kamu pikir pocong itu cuma figuran dalam sinetron horor atau bahan prank buat konten YouTube, silakan datang ke Desa Plumbungan, Jawa Tengah.
Di sana, pocong bukan sekadar mitos. Dia legenda. Dia trauma kolektif. Dia mantan yang enggak move on karena… literally, dikubur tapi tali kafannya kelupaan dilepas.
Iya, kamu enggak salah baca. Selamat datang di kisah Mbah Rono, sang dukun sakti yang konon bisa ngobrol sama makhluk halus, tapi dikalahkan oleh satu kelalaian paling manusiawi: lupa.
Kenangan yang Dikubur Tapi Masih Jalan-Jalan
Alkisah, Mbah Rono ini orang sakti, misterius, dan seperti banyak tokoh horor dalam negeri: tinggal sendirian. Hidupnya sederhana, tapi auranya bikin gentar. Jarang keluar rumah, tapi kalau orang sakit datang, cukup disentuh, sembuh. Kalau ayam orang hilang, cukup dibisikin, ayam pulang.
Sampai suatu malam, Mbah Rono meninggal dengan damai. Duduk bersila, tersenyum, dan… meninggalkan PR. Warga yang menguburkannya, saking paniknya, lupa melepaskan tali kafan. Sebuah kesalahan yang kalau di dunia manusia cuma bikin gak nyaman, tapi di dunia hantu bisa bikin dendam tujuh turunan.
Esoknya, dimulailah babak baru: penampakan. Dimulai dari suara kain diseret, lalu penampakan sosok putih loncat-loncat kayak lagi ikutan senam poco-poco. Lokasinya? Di bawah pohon beringin, yang sejak itu naik status dari “pohon rindang” jadi “pohon terkutuk”.
Aldi dan Keberanian yang Agak Kebanyakan
Masuklah Aldi, jurnalis lepas dari Semarang yang punya satu kebiasaan buruk: terlalu penasaran. Melihat video viral penampakan pocong Mbah Rono, dia bukannya kabur atau minimal baca istighfar, malah booking ojek dan langsung cuss ke Plumbungan.
“Saya kira editan. Tapi pas ke sana… saya yang kayak editan,” ujarnya dengan tatapan kosong, sesudah ditemukan pingsan di dekat makam, dengan tali kafan melilit lengan dan tanah nempel di jaket North Face-nya.
Sebelum pingsan, Aldi sempat mengaku melihat wanita tua berjubah lusuh yang muncul di tengah jalan malam-malam. “Jangan ganggu dia… dia belum selesai,” kata si nenek, sebelum menghilang ke dalam kabut, seperti mantan yang ngilang pas diajak serius.
Pohon Beringin yang Gak Cuma Rindang, tapi Rawan Kesurupan
Kalau kamu pikir cerita ini bisa selesai dengan satu kejadian, salah besar. Pocong Mbah Rono ini bukan bintang tamu, dia langganan. Warga Plumbungan sejak itu mulai rajin lihat penampakan, mulai dari yang kasual (lewat doang), sampai yang aktif (ngedatengin sambil bawa suara lirih:
“Bukaaa… taliiiiniiii…”).
Beberapa anak muda yang iseng rekaman vlog horor pun kena batunya. Dalam satu video, terlihat jelas sosok putih nyempil di belakang kamera. Lucunya, bukan netizen yang merinding, tapi YouTube yang nge-take down karena “konten mengandung disturbing image.”
Yang makin bikin penasaran: sosok wanita tua misterius itu ternyata nggak ada dalam catatan penduduk. Tapi beberapa warga percaya, itu adalah penjaga makam.
Atau entah siapa. Pokoknya bukan dari warga lokal. Yang jelas, penampakannya berbarengan dengan meningkatnya kejadian kesurupan dan mimpi buruk berjamaah.
Penutup yang Gak Bener-Bener Nutup
Hingga hari ini, pohon beringin itu masih berdiri gagah. Bahkan lebih rimbun, seolah menyimpan banyak cerita dan dendam yang belum selesai. Makam Mbah Rono masih di situ, tapi nisan batunya mulai retak. Miring. Seperti hendak keluar.
Dan setiap malam Jumat Kliwon, suara itu kadang masih terdengar…
“Bukaaa… aku belum selesai…”
Tapi jangan salah, ini bukan kisah pocong yang marah. Ini tentang seseorang yang hidupnya diabaikan, matinya dilupakan, dan tali kafannya ironisnya jadi simbol dari ikatan masa lalu yang gak pernah benar-benar tuntas.
Jadi kalau kamu nanti lewat pohon beringin, apalagi pas tengah malam, coba tengok sebentar ke arah akar pohon.
Kalau ada yang melompat, jangan lari dulu.
Siapa tahu, dia cuma minta tolong dilepasin.