PRABA INSIGHT- JAKARTA – Ada yang berbeda di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 17 Oktober 2025. Bukan rapat kabinet, bukan pula pidato kenegaraan, melainkan sesuatu yang jauh lebih sederhana: ulang tahun Presiden Prabowo Subianto yang ke-74.
Tapi jangan bayangkan ada kue raksasa, lilin tujuh belas batang, atau pesta megah dengan lampu sorot. Tidak ada itu semua. Yang ada justru suasana tenang, beberapa menteri, dan segelas teh hangat di meja.
Ketua MPR Ahmad Muzani datang bersama beberapa pejabat Kabinet Merah Putih. Tapi bukan untuk rapat darurat atau bahas isu strategis, melainkan untuk sesuatu yang lebih manusiawi: mengucapkan selamat ulang tahun kepada Presiden.
“Ya, tadi kami bertemu dengan Bapak Presiden. Kami menyampaikan ucapan selamat ulang tahun dan rasa bahagia kami atas keberkahan usia beliau yang ke-74,” kata Muzani dengan nada hangat seusai pertemuan di Istana.
Kata Muzani, momen itu bukan acara formal. Tidak ada undangan resmi, tidak ada dekorasi bunga atau banner bertuliskan “Dirgahayu Pak Presiden”. Semuanya berlangsung sederhana.
“Kami hanya membaca doa, membaca surat Al-Fatihah bersama, dan bersyukur atas kesehatan beliau,” lanjutnya.
Prabowo dan Filosofi Kesederhanaan
Ada yang menarik dari cara Presiden Prabowo merayakan hari jadinya. Di usia yang bagi banyak orang sudah mulai pelan-pelan menepi dari urusan duniawi, Prabowo justru masih tegap di panggung politik dan pemerintahan. Usia 74, tapi semangatnya masih seperti komandan muda di medan latihan.
Dan di hari spesial itu, ia memilih kesederhanaan mungkin karena memang begitulah gaya seorang pemimpin yang sudah kenyang asam garam hidup. Tidak perlu gegap gempita untuk menunjukkan kebahagiaan.
Muzani menegaskan, “Tidak ada selebrasi, tidak ada rapat, tapi lebih merupakan kekeluargaan. Kesederhanaan ditunjukkan, orang yang hadir pun terbatas.”
Di ruangan itu, terlihat beberapa wajah familiar. Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid hadir, begitu juga Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani. Tak banyak, tapi cukup untuk membuat suasana menjadi hangat seperti makan malam keluarga yang tenang setelah hari panjang.
“Ya, sejumlah menteri hadir, tapi tidak banyak,” kata Muzani.
Doa dan Harapan
Doa-doa pun terucap untuk sang Presiden. Agar tetap sehat, panjang umur, dan terus diberi kekuatan memimpin negeri ini.
Mungkin bagi sebagian orang, ulang tahun tanpa pesta terasa hambar. Tapi bagi seorang Presiden, justru di sanalah maknanya: bukan soal lilin atau kue tart, tapi soal kesyukuran.
Prabowo merayakan ulang tahunnya bukan dengan tepuk tangan dan kilatan kamera, tapi dengan doa dan ketenangan. Sebuah perayaan kecil yang justru terasa besar, karena di balik kesederhanaannya, tersimpan pesan: kekuasaan bisa besar, tapi hati tetap harus sederhana.
“Alhamdulillah, beliau tetap sehat dan kuat. Kita semua berdoa agar beliau panjang umur dan terus membawa Indonesia ke arah yang lebih baik,” tutup Muzani. (Van)