Menu

Mode Gelap
Prabowo Muncul di Expo 2025 Osaka, Netizen Heboh Sambut Unggahan di X Pejabat dan “Tot Tot Wuk Wuk”: Netizen Gerah, Istana Sampai Ikut Angkat Suara Dari Jepang ke Amerika, Lanjut Kanada dan Belanda: Diplomasi Marathon Prabowo HANTU Sumsel Desak Kejaksaan Agung Periksa Walikota Palembang Ratu Dewa soal Fee Rp 84 Miliar Sandri Rumanama Ingatkan, Reformasi Polri Tak Cukup Struktural Tanpa Perubahan Kultur Potongan Mencekik, Bonus PHP: Driver Online Ngadu ke DPR

News

“Janji Manis di Jalanan: Bonus Hari Raya atau Sekadar Angin Lalu?”

badge-check


					foto ilustrasi ojol (ist) Perbesar

foto ilustrasi ojol (ist)

PRABAINSIGHT-Jakarta masih sibuk seperti biasa. Lalu lintas padat, klakson bersahut-sahutan, dan di antara deretan kendaraan yang merayap, seorang pria dengan jaket hijau menyandarkan motornya di pinggir jalan. Namanya Kemed, seorang pengemudi ojek online yang sudah bertahun-tahun mengaspal di ibu kota.

Sejak pagi, ia sibuk membaca berita soal Bonus Hari Raya (BHR) yang dijanjikan Presiden Prabowo Subianto. Janji itu ibarat oase di tengah gurun bagi para pengemudi dan kurir online yang tiap hari berjuang menembus macet demi sesuap nasi. Namun, belakangan ini kabar yang beredar justru membuat Kemed resah.

“Katanya bonus cair, tapi ada syarat ini itu. Jangan-jangan cuma omong kosong!” gumamnya sambil menggulir layar ponselnya.

Di grup WhatsApp komunitas pengemudi, obrolan semakin panas. Banyak yang khawatir perusahaan aplikator bakal memainkan aturan demi menghindari kewajiban mereka.

Kemed tahu, tak sedikit pengemudi yang menggantungkan harapan pada bonus ini. Lebaran sudah dekat, kebutuhan membengkak, dan tanpa bonus, banyak yang harus mengencangkan ikat pinggang lebih kuat lagi.

Aliansi Pengemudi Online Bersatu (APOB), organisasi tempat Kemed bernaung, akhirnya mengambil sikap.

Mereka mendesak Kementerian Ketenagakerjaan untuk memastikan bonus ini benar-benar diberikan tanpa tipu daya. Kemed sendiri percaya, perjuangan harus dilakukan. Jika ada kecurangan, turun ke jalan adalah pilihan terakhir.

Sore itu, setelah menyelesaikan satu orderan, Kemed duduk di warung kopi langganannya. Ia menyesap kopi hitamnya pelan-pelan, sambil membaca pesan terakhir dari grup APOB.

“Kalau hak kita dipersulit, kita lawan. Jangan takut, kita bukan sendirian!”

Kemed tersenyum tipis. Ia tahu, perjuangan belum selesai. Tapi satu hal yang pasti, di jalanan ini, mereka tidak sendiri.

 

Baca Lainnya

Pejabat dan “Tot Tot Wuk Wuk”: Netizen Gerah, Istana Sampai Ikut Angkat Suara

20 September 2025 - 12:05 WIB

Dari Jepang ke Amerika, Lanjut Kanada dan Belanda: Diplomasi Marathon Prabowo

20 September 2025 - 11:23 WIB

HANTU Sumsel Desak Kejaksaan Agung Periksa Walikota Palembang Ratu Dewa soal Fee Rp 84 Miliar

19 September 2025 - 13:00 WIB

Sandri Rumanama Ingatkan, Reformasi Polri Tak Cukup Struktural Tanpa Perubahan Kultur

19 September 2025 - 05:52 WIB

Potongan Mencekik, Bonus PHP: Driver Online Ngadu ke DPR

18 September 2025 - 20:00 WIB

Trending di News