Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

News

“Janji Manis di Jalanan: Bonus Hari Raya atau Sekadar Angin Lalu?”

badge-check


					foto ilustrasi ojol (ist) Perbesar

foto ilustrasi ojol (ist)

PRABAINSIGHT-Jakarta masih sibuk seperti biasa. Lalu lintas padat, klakson bersahut-sahutan, dan di antara deretan kendaraan yang merayap, seorang pria dengan jaket hijau menyandarkan motornya di pinggir jalan. Namanya Kemed, seorang pengemudi ojek online yang sudah bertahun-tahun mengaspal di ibu kota.

Sejak pagi, ia sibuk membaca berita soal Bonus Hari Raya (BHR) yang dijanjikan Presiden Prabowo Subianto. Janji itu ibarat oase di tengah gurun bagi para pengemudi dan kurir online yang tiap hari berjuang menembus macet demi sesuap nasi. Namun, belakangan ini kabar yang beredar justru membuat Kemed resah.

“Katanya bonus cair, tapi ada syarat ini itu. Jangan-jangan cuma omong kosong!” gumamnya sambil menggulir layar ponselnya.

Di grup WhatsApp komunitas pengemudi, obrolan semakin panas. Banyak yang khawatir perusahaan aplikator bakal memainkan aturan demi menghindari kewajiban mereka.

Kemed tahu, tak sedikit pengemudi yang menggantungkan harapan pada bonus ini. Lebaran sudah dekat, kebutuhan membengkak, dan tanpa bonus, banyak yang harus mengencangkan ikat pinggang lebih kuat lagi.

Aliansi Pengemudi Online Bersatu (APOB), organisasi tempat Kemed bernaung, akhirnya mengambil sikap.

Mereka mendesak Kementerian Ketenagakerjaan untuk memastikan bonus ini benar-benar diberikan tanpa tipu daya. Kemed sendiri percaya, perjuangan harus dilakukan. Jika ada kecurangan, turun ke jalan adalah pilihan terakhir.

Sore itu, setelah menyelesaikan satu orderan, Kemed duduk di warung kopi langganannya. Ia menyesap kopi hitamnya pelan-pelan, sambil membaca pesan terakhir dari grup APOB.

“Kalau hak kita dipersulit, kita lawan. Jangan takut, kita bukan sendirian!”

Kemed tersenyum tipis. Ia tahu, perjuangan belum selesai. Tapi satu hal yang pasti, di jalanan ini, mereka tidak sendiri.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik

28 Juli 2025 - 07:37 WIB

“Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

23 Juli 2025 - 02:15 WIB

Pengangguran Turun dan Investasi Naik, Ini Klaim Prabowo di Kongres PSI

22 Juli 2025 - 11:11 WIB

Investigasi, Pesta Pernikahan Anak KDM Berujung Duka: Tiga Tewas, Polisi Selidiki Unsur Kelalaian

19 Juli 2025 - 04:57 WIB

Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun, Saut Menangis, Anies Terdiam

18 Juli 2025 - 14:22 WIB

Trending di News