Menu

Mode Gelap
Jelang Munas BMI, Nama Romi Syah Putra Menguat Arah Politik Muda Demokrat Ditentukan di Sini Aroma Tak Sedap Tambang Ilegal di Jambi: Oknum Perwira Polda Diduga Jadi Beking BMI Siap Gelar Munas Perdana: Bursa Calon Ketum Memanas, Siapa yang Bakal Jadi Panglima Pasukan Muda Demokrat? Misteri Kematian Diplomat Muda di Menteng: Kepala Terlilit Lakban, CCTV Ungkap Detik-detik Terakhirnya Sidang Kasus Esemka: Penggugat Minta Pabrik Dicek, PT SMK Tegas Menolak Tom Lembong Curhat di Persidangan: “Saya Dijebak Gara-gara Dukung Anies!”

News

“Janji Manis di Jalanan: Bonus Hari Raya atau Sekadar Angin Lalu?”

badge-check


					foto ilustrasi ojol (ist) Perbesar

foto ilustrasi ojol (ist)

PRABAINSIGHT-Jakarta masih sibuk seperti biasa. Lalu lintas padat, klakson bersahut-sahutan, dan di antara deretan kendaraan yang merayap, seorang pria dengan jaket hijau menyandarkan motornya di pinggir jalan. Namanya Kemed, seorang pengemudi ojek online yang sudah bertahun-tahun mengaspal di ibu kota.

Sejak pagi, ia sibuk membaca berita soal Bonus Hari Raya (BHR) yang dijanjikan Presiden Prabowo Subianto. Janji itu ibarat oase di tengah gurun bagi para pengemudi dan kurir online yang tiap hari berjuang menembus macet demi sesuap nasi. Namun, belakangan ini kabar yang beredar justru membuat Kemed resah.

“Katanya bonus cair, tapi ada syarat ini itu. Jangan-jangan cuma omong kosong!” gumamnya sambil menggulir layar ponselnya.

Di grup WhatsApp komunitas pengemudi, obrolan semakin panas. Banyak yang khawatir perusahaan aplikator bakal memainkan aturan demi menghindari kewajiban mereka.

Kemed tahu, tak sedikit pengemudi yang menggantungkan harapan pada bonus ini. Lebaran sudah dekat, kebutuhan membengkak, dan tanpa bonus, banyak yang harus mengencangkan ikat pinggang lebih kuat lagi.

Aliansi Pengemudi Online Bersatu (APOB), organisasi tempat Kemed bernaung, akhirnya mengambil sikap.

Mereka mendesak Kementerian Ketenagakerjaan untuk memastikan bonus ini benar-benar diberikan tanpa tipu daya. Kemed sendiri percaya, perjuangan harus dilakukan. Jika ada kecurangan, turun ke jalan adalah pilihan terakhir.

Sore itu, setelah menyelesaikan satu orderan, Kemed duduk di warung kopi langganannya. Ia menyesap kopi hitamnya pelan-pelan, sambil membaca pesan terakhir dari grup APOB.

“Kalau hak kita dipersulit, kita lawan. Jangan takut, kita bukan sendirian!”

Kemed tersenyum tipis. Ia tahu, perjuangan belum selesai. Tapi satu hal yang pasti, di jalanan ini, mereka tidak sendiri.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Aroma Tak Sedap Tambang Ilegal di Jambi: Oknum Perwira Polda Diduga Jadi Beking

11 Juli 2025 - 07:51 WIB

Misteri Kematian Diplomat Muda di Menteng: Kepala Terlilit Lakban, CCTV Ungkap Detik-detik Terakhirnya

11 Juli 2025 - 05:51 WIB

Sidang Kasus Esemka: Penggugat Minta Pabrik Dicek, PT SMK Tegas Menolak

10 Juli 2025 - 11:11 WIB

Tom Lembong Curhat di Persidangan: “Saya Dijebak Gara-gara Dukung Anies!”

10 Juli 2025 - 01:04 WIB

Roy Suryo Ngaku Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu: Dari Error Level Analysis Sampai Ngulik Foto Pakai Face Recognition

9 Juli 2025 - 10:47 WIB

Trending di News