PRABA INSIGHT – Pagi hari di Jakarta biasanya penuh klakson, deadline, dan secangkir kopi. Tapi Senin, 26 Mei 2025, ada yang berbeda. Langit di atas Gedung Bank Indonesia (BI) terasa lebih hening dari biasanya dan sayangnya, bukan karena damai.
Seorang pegawai muda BI, berinisial RANK, ditemukan meninggal dunia setelah diduga melompat dari helipad gedung BI di kawasan Jakarta Pusat. Usianya baru 23 tahun. Hidupnya, masih setipis draft proposal yang belum sempat disetujui. Tapi semuanya berakhir sebelum jam kerja dimulai.
Konfirmasi datang dari Kepala Polsek Gambir, Komisaris Polisi Rezeki Revi, yang menjelaskan bahwa RANK meninggal dunia pada Senin pagi di area kompleks BI. “Kami benarkan adanya peristiwa tersebut,” ujarnya, tenang tapi menghentak.
Tak butuh waktu lama, kabar ini menyebar. Tapi anehnya, bukan dari media resmi. Yang pertama kali membunyikan alarm adalah akun anonim di media sosial X (dulu Twitter), yang namanya tidak kalah dramatis: @yougodownjustlike. Sebuah handle yang, entah kebetulan atau tidak, seperti spoiler dari tragedi itu sendiri.
“Guys aku bikin akun ini karena resah banget. Ini gak ada di media. Pagi ini ada pegawai BI yang bunuh diri dari helipad jam 06.30. Inisial RK, umur 24 tahun.”
Cuitan itu muncul pukul 18.57 WIB, lalu viral, lalu hilang. Akun misterius itu lenyap begitu saja entah dihapus, entah disuspend, entah dibungkam oleh algoritma. Tapi jejak digitalnya keburu bikin netizen panas dingin.
Sementara itu, pihak Bank Indonesia memilih jalur formal. Melalui Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, mereka menyampaikan duka cita mendalam. Pemulasaraan dan pemakaman telah dilakukan. Doa juga diminta dari masyarakat, agar almarhum diberi tempat terbaik di sisi Tuhan.
Singkat. Simpel. Sopan. Tapi seperti biasa, tak semua yang penting bisa tersampaikan dalam format siaran pers.
Dari hasil olah TKP dan analisis CCTV, polisi menyimpulkan bahwa RANK datang ke kantor pukul 05.48 WIB. Ia naik lift ke lantai 15, lalu sekitar pukul 06.07 WIB, ia melompat dari sisi barat rooftop gedung.
Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Tidak ada yang mencurigakan. Hanya satu hal yang mencolok: usia muda dan posisi jabatannya.
Baru Januari 2025, RANK mulai menjabat sebagai Asisten Manajer. Jabatan yang, buat banyak orang seusianya, terdengar seperti “wah banget”. Tapi ternyata, di balik wah itu, ada sesuatu yang remuk dalam diam.
Peristiwa ini menyisakan lebih dari sekadar rasa duka. Ia adalah tamparan keras yang tidak hanya buat institusi, tapi juga buat kita semua: tentang pentingnya ruang aman di tempat kerja, tentang betapa rapuhnya mental health di era serba cepat dan penuh tuntutan, dan tentang bagaimana seseorang bisa terlihat baik-baik saja… hingga tidak ada lagi yang bisa ditanyakan padanya.
Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya dirasakan RANK. Tapi yang jelas, sistem kerja yang manusiawi tidak cukup hanya dengan gaji besar dan jabatan keren. Ia juga butuh empati, butuh mendengar, butuh ruang untuk bilang, “Aku capek.”
Hari itu, langit Jakarta jadi saksi. Bukan sekadar tragedi. Tapi semacam pesan diam yang belum sempat ditulis RANK dalam memo akhir: bahwa hidup di balik gedung megah pun bisa terasa sangat sepi.
Penulis : FAHRU ATSA KAHFI