Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Regional

Ratusan Siswa Keracunan Makanan Program MBG di Bogor, Pemkot Tetapkan Status KLB

badge-check


					foto ilustrasi (ist) Perbesar

foto ilustrasi (ist)

PRABA INSIGHT- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bogor mestinya jadi ajang makan sehat berjamaah. Nyatanya, malah jadi pesta keracunan massal.

Total 223 siswa tumbang usai menyantap makanan gratisan yang belakangan diketahui penuh “kejutan” bakteri. Hasil uji Labkesda Kota Bogor mengidentifikasi dua aktor utama di balik kerusuhan perut massal ini: Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella.

Entah mereka dapat undangan dari siapa, yang jelas, kedua bakteri itu sukses bikin para siswa antre di UGD. Cuma di sini mungkin kita bisa lihat telur ceplok dan tumis tahu toge jadi trending topic di rumah sakit.


Korban Keracunan Bertambah, Makan Gratis Jadi Langganan UGD

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, akhirnya buka suara soal drama perut mules berjamaah ini. Yang awalnya ‘cuma’ 210 siswa, sekarang nambah jadi 223 siswa.

Lengkap dari TK sampai SMA. Mungkin ini pertama kalinya mereka merasakan ‘solidaritas perut mules massal’.

“Korban yang terdata hari ini sebanyak 9 orang, sehingga total korban menjadi 223 orang,” kata Sri Nowo Retno, Rabu (14/5/2025).

Penyelidikan epidemiologi pun digencarkan di 13 sekolah terdampak. Mungkin sambil berharap, siapa tahu bakteri E. coli dan Salmonella nongol di CCTV biar gampang diusut.


Rincian Kondisi Korban: Nginep di RS Sampai Keluhan Ringan

Dari 223 korban, 45 siswa harus menikmati tidur gratis di rumah sakit. 49 lainnya bolak-balik rawat jalan, dan 129 sisanya cukup puas dengan bonus keluhan ringan.

Tapi, “ringan” di sini bukan berarti nyaman. Masih tetap ada mual, pusing, dan sakit perut yang siap jadi kenangan.

Kabar baiknya, 27 siswa sudah bisa pulang dan melanjutkan hidup tanpa trauma telur ceplok. Sementara itu, 18 siswa lainnya masih setia nginep di rumah sakit.

“Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan sekolah-sekolah terdampak jika ada penambahan kasus dan koordinasi dengan rumah sakit untuk penanganan pasien dengan baik,” ujar Sri Nowo, seolah ingin menenangkan.


Hasil Uji Lab: E. Coli dan Salmonella Bikin Keracunan Massal

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, akhirnya buka suara. Hasil uji lab dari Labkesda Kota Bogor menemukan dua aktor utama di balik keracunan ini: E. coli dan Salmonella. Sumbernya? Telur ceplok berbumbu barbekyu dan tumis tahu toge.

Menu sederhana yang mendadak jadi horor kuliner. “Dari hasil pemeriksaan lab yang sudah kita lakukan selama kurang lebih empat hari terakhir, ditemukan bahwa beberapa bahan makanan tersebut mengandung E. coli dan Salmonella,” kata Dedie, Senin (12/5/2025).

Lebih parah lagi, telur ceplok itu ternyata dimasak malam sebelumnya dan baru disajikan keesokan harinya. Bayangkan, bakteri-bakteri itu mungkin sudah sempat ngopi dan ngobrol dulu sebelum akhirnya menginvasi perut para siswa. Siapa sangka telur ceplok bisa jadi plot twist di kehidupan sekolah?


Pemkot Bogor Tetapkan Status KLB: Makan Gratis, Mules Gratis!

Merespons kejadian ini, Pemerintah Kota Bogor langsung menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Dedie menegaskan bahwa insiden ini nggak bisa dianggap enteng.

“Ini bukan hal yang bisa dianggap sepele. Pemerintah Kota Bogor harus memastikan semua prosedur penyediaan makanan lebih ketat agar kejadian seperti ini tidak terulang,” tegas Dedie.

Sekadar info, sampel air dan pemeriksaan terhadap tubuh korban juga sudah diambil untuk dianalisis. Hasilnya? Masih ditunggu. Sambil nunggu, semoga nggak ada lagi edisi ‘Makan Gratis, Mules Gratis’ di sekolah-sekolah Bogor.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Fenomena Guru PPPK Menggugat Cerai Suami Usai Diangkat: Benarkah Karena Gaji?

22 Juli 2025 - 12:48 WIB

Guru Honorer Ini Harus Bayar Rp12,5 Juta, Ternyata Orang Tua Murid Caleg Gagal

21 Juli 2025 - 08:47 WIB

“Kolom Agama di KTP Diubah, Warga Blitar Pilih Kepercayaan Lokal”

21 Juli 2025 - 04:23 WIB

Pesta Pernikahan Jadi Petaka, Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Akhirnya Buka Suara

20 Juli 2025 - 13:25 WIB

MUI Jatim Haramkan Sound Horeg, Muhammadiyah dan NU Beda Suara

17 Juli 2025 - 06:02 WIB

Trending di Regional