Menu

Mode Gelap
“Dugaan Korupsi Pengadaan Chromebook: Kajian Diubah, Barang Hilang, Negara Rugi” “Setelah Gagal di Piala Asia, Coach Mochi Dicopot dari Timnas Putri, Ini Alasan PSSI” Benarkah Hasto Korban Pembungkaman Politik? Ini Fakta di Persidangan Tiket Masuk Candi Gratis Seumur Hidup? Cuma Berlaku Kalau Kamu Lahir di Tanggal Ini Bukan Nyari Panggung, Sufmi Dasco Justru Bikin Politik Terlihat Nggak Seram-Seram Amat “Dibalik Kata ‘Bapak’: Kisah Hasto, Satpam DPP, dan Dua Pria Tegap Misterius”

News

Tamat Sudah Drama PWI: Hendry vs Zulmansyah Sepakat Damai, Kongres Persatuan Jadi Solusi

badge-check


					Anggota Dewan Pers Dahlan Dahi memediasi kesepakatan itu. Hendry dan Zulmansyah menuangkan poin-poin kesepakatan dalam dokumen bermaterai yang diberi nama 'Kesepakatan Jakarta'.(Foto: Istimewa) Perbesar

Anggota Dewan Pers Dahlan Dahi memediasi kesepakatan itu. Hendry dan Zulmansyah menuangkan poin-poin kesepakatan dalam dokumen bermaterai yang diberi nama 'Kesepakatan Jakarta'.(Foto: Istimewa)

PRABA INSIGHT – Setelah hampir setahun penuh menjadi “panggung sinetron politik” internal, akhirnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sepakat berdamai.

Drama tarik-ulur antara dua kubu kepemimpinan yang sempat bikin publik bingung soal siapa sebenarnya Ketua Umum PWI yang sah, kini menuju akhir yang (semoga) bahagia.

Kuncinya? Kongres persatuan yang akan digelar Agustus 2025 mendatang.

Kabar damai ini bukan datang tiba-tiba seperti pesan WhatsApp dari mantan. Ia lahir dari proses panjang dan melelahkan.

Jumat malam, 16 Mei 2025, Jakarta jadi saksi pertemuan dua tokoh sentral kisah ini: Hendry Ch Bangun, Ketua Umum hasil Kongres Bandung 2023, dan Zulmansyah Sekedang, Ketua Umum hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Jakarta 2024.

Duel Dua Kongres: Bandung vs Jakarta

Sedikit flashback: Hendry terpilih di Kongres Bandung pada 27 September 2023. Namun, tak lama berselang, gelombang konflik internal menerpa.

Pada 18 Agustus 2024, sekelompok anggota menggelar KLB di Jakarta dan menetapkan Zulmansyah sebagai ketua versi mereka.

Akibatnya? Dualisme kepemimpinan, program kerja macet, dan organisasi terbesar wartawan di Indonesia ini seperti kapal tanpa nakhoda yang jelas.

Berbagai upaya mediasi sempat dilakukan, tapi jalan damai baru benar-benar terbuka saat Dewan Pers turun tangan.

Dahlan Dahi, anggota Dewan Pers, didapuk menjadi mediator. Dialah tokoh yang berjasa menyatukan dua ujung yang tampaknya tak akan pernah ketemu.

Kesepakatan Jakarta: Bukan Sekadar Dokumen

Pertemuan berlangsung selama empat jam. Negosiasi alot, debat panas, tapi sesekali diselingi tawa.

Tanda bahwa meski beda pandangan, mereka tetap punya satu hati untuk PWI.

‎”Bang Hendry dan Bang Zul tegas dan konsisten dengan prinsip masing-masing. Tapi kebesaran jiwa dan rasa tanggung jawab yang tinggi untuk pers Indonesia, untuk PWI, menjadi titik temu. Keduanya juga bersahabat. Negosiasi dimulai dari sana,”  kata Dahlan, si penengah yang sabarnya luar biasa.

Hasilnya, lahirlah Kesepakatan Jakarta. Satu lembar dokumen yang ditandatangani jelang tengah malam, lengkap dengan materai, tiga rangkap, dan tentu saja jabatan tangan simbolik.

Isinya? Kesepakatan untuk menggelar satu kongres persatuan demi menyatukan kembali PWI.

Sederhana di atas kertas, tapi punya makna besar untuk dunia pers nasional.

Harapan dari Dua Kepala

Hendry menegaskan bahwa ini saatnya menatap ke depan.

“Sudah cukup kita terjebak di drama internal. PWI harus kembali bergerak. Program peningkatan kapasitas wartawan harus lanjut,” ujarnya.

Zulmansyah pun senada. “Ini sejarah buat PWI. Persatuan itu bukan cuma nama di akta, tapi harus nyata. Semoga pusat dan daerah bisa kembali guyub.”

Kalau ini film, maka Jumat malam itu adalah babak akhir dari sekuel konflik yang melelahkan, sekaligus pembuka untuk lembaran baru.

Dengan lebih dari 30 ribu anggota di 39 provinsi, PWI memang tak bisa terus dibiarkan berjalan dengan dua kepala.

Kongres persatuan nanti bukan hanya ritual organisasi, tapi momentum menyatukan kembali suara wartawan Indonesia.

Dan yang paling penting, semoga kesepakatan ini tak berakhir hanya sebagai dokumen di rak arsip.

Karena bangsa yang besar, butuh pers yang kuat. Dan pers yang kuat, harus dimulai dari rumah yang tidak retak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

“Dugaan Korupsi Pengadaan Chromebook: Kajian Diubah, Barang Hilang, Negara Rugi”

16 Juli 2025 - 12:14 WIB

Benarkah Hasto Korban Pembungkaman Politik? Ini Fakta di Persidangan

15 Juli 2025 - 12:10 WIB

“Dibalik Kata ‘Bapak’: Kisah Hasto, Satpam DPP, dan Dua Pria Tegap Misterius”

14 Juli 2025 - 10:09 WIB

“Operasi Patuh Jaya 2025: Pengendara Ditegur, Polisi Juga Diawasi. Sama-Sama Gak Boleh Nakal!”

14 Juli 2025 - 06:31 WIB

“Mau Jogging Malah Denger Desahan: GBK Jadi Tempat Olahraga atau Uji Iman?”

13 Juli 2025 - 15:09 WIB

Trending di News