Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Regional

Mata Pecah Demi Negara: Cerita Pilu Aipda Abdul Rahman yang Dilempari Batu saat Halau Tawuran di Medan

badge-check


					Aipda Abdul Rahman saat mendapatkan perawatan pertama (foto:Ist) Perbesar

Aipda Abdul Rahman saat mendapatkan perawatan pertama (foto:Ist)

PRABA INSIGHT- Malam itu, Kamis (13 Februari 2025), Aipda Abdul Rahman tidak sedang menonton sinetron bersama keluarga.

Ia malah berada di atas motor dinasnya, menyusuri jalanan Medan Marelan, mengantongi surat perintah tugas dari Kapolsek. Tugasnya malam itu: menghalau tawuran.

Tapi siapa sangka, tugas negara yang ia emban selama 32 tahun sebagai anggota Polri justru berakhir dengan tragedi. Bola mata kanannya pecah dihantam batu.

Bukan karena kecelakaan, bukan juga karena tembakan penjahat kelas kakap. Tapi karena sekelompok remaja yang tawuran di jalan Young Panah Hijau, Medan Marelan.

Ya, di tanah yang katanya menjunjung nilai gotong royong, justru Aipda Abdul Rahman mendapat hadiah batu di wajahnya ketika mencoba mendamaikan anak-anak kampung yang seharusnya sedang sibuk menabung buat masa depan.

Dari Brimob ke Bhabinkamtibmas, Lalu ke Ruang Operasi

Sejak 1993, Aipda Abdul Rahman sudah mengenal disiplin barak. Ditempa di satuan Brimob, ia kemudian bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Pematang Johar, Polsek Medan Labuhan, di bawah jajaran Polres Pelabuhan Belawan. Kariernya sunyi dari sensasi, tapi tidak dari pengabdian.

Tragisnya, malam itu ia justru jadi korban saat sedang mencegah bentrok antar remaja dua kelurahan: Pekan Labuhan dan Labuhan Deli.

Sesampainya di lokasi, ia bahkan belum sempat turun dari motor. “Saya baru mengimbau secara lisan, langsung dilempari batu,” kenangnya saat ditemui di Mapolsek Medan Labuhan, Sabtu (11/5/2025).

Mata kanannya langsung berdarah. Ia masih sempat balik ke markas dan melaporkan kejadian itu.

Malam itu juga, Abdul Rahman dilarikan ke RS Delima, kemudian dirujuk ke RS Bhayangkara Medan, dan akhirnya ke rumah sakit mata SMEC di Jalan Iskandar Muda.

Diagnosa dokter: bola mata kanan pecah, cacat permanen.

Bertugas dengan Ikhlas, Menanggung Luka dengan Tabah

Meski sudah cacat seumur hidup, Aipda Abdul Rahman tetap bersyukur. “Sebagian biaya pengobatan saya tanggung sendiri, tapi saya dan keluarga sudah ikhlas,” ujarnya.

Bantuan datang dari beberapa atasan, mulai dari Kapolsek hingga Kapolres masa itu. Tapi tetap saja, tak ada yang bisa mengganti penglihatan yang hilang.

Kini, ia masih rutin kontrol ke RS SMEC. Mata yang dulu jadi jendela patroli kini tinggal kenangan.

Tapi semangatnya sebagai bhayangkara tidak surut.

“Saya hanya berharap ke depan hidup saya dan keluarga diberi kebaikan,” katanya, sambil mengusap wajah yang pernah terkena amuk batu.

Negara, Apakah Kamu Dengar?

Cerita Aipda Abdul Rahman bukan sekadar kisah polisi dilempari batu. Ini adalah cermin betapa pengabdian bisa dibalas dengan kekerasan.

Negara harus hadir, bukan hanya dalam bentuk penghargaan, tapi juga perlindungan dan jaminan masa depan yang layak.

Karena kalau mereka yang menjaga keamanan harus menanggung luka sendirian, lantas siapa yang bisa diandalkan saat negara butuh penjaga malam?

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Fenomena Guru PPPK Menggugat Cerai Suami Usai Diangkat: Benarkah Karena Gaji?

22 Juli 2025 - 12:48 WIB

Guru Honorer Ini Harus Bayar Rp12,5 Juta, Ternyata Orang Tua Murid Caleg Gagal

21 Juli 2025 - 08:47 WIB

“Kolom Agama di KTP Diubah, Warga Blitar Pilih Kepercayaan Lokal”

21 Juli 2025 - 04:23 WIB

Pesta Pernikahan Jadi Petaka, Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Akhirnya Buka Suara

20 Juli 2025 - 13:25 WIB

MUI Jatim Haramkan Sound Horeg, Muhammadiyah dan NU Beda Suara

17 Juli 2025 - 06:02 WIB

Trending di Regional