PRABA INSIGHT – Setiap kali kamu pesan ojek online, mungkin kamu nggak sadar kalau di balik helm dan jaket warna-warni itu, ada kisah hidup yang makin hari makin rumit.
Dulu sempat digadang-gadang sebagai pahlawan ekonomi digital, sekarang driver ojol justru makin mirip protagonis sinetron: kerja keras, tapi tak kunjung bahagia.
Menurut survei dari Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), penghasilan rata-rata driver ojol di Indonesia pada masa keemasan 2018-2019 bisa tembus Rp 300 ribuan per hari.
Cuan-nya lumayan lah buat ngisi dompet dan top up e-wallet. Tapi itu dulu, waktu algoritma masih bersahabat.
Begitu pandemi datang, angka itu langsung jatuh bebas. Dan parahnya, meski pandemi sudah (katanya) usai, penghasilan mereka belum bisa naik kelas lagi.
Di tahun 2023, rata-rata driver ojol cuma bisa bawa pulang sekitar Rp 174.805 per hari. Dan itu masih kotor, belum dipotong bensin, makan, pulsa, sama cicilan motor yang belum lunas-lunas juga.
Kerja keras mereka juga bukan main. Tiap hari mereka harus ngejar 10 order, ngebut sejauh 42 kilometer, dan nyemplung di jalanan macet selama 11 jam. Itu kerja rodi versi digital, bukan kerja santai sambil ngopi di pinggir jalan.
IDEAS menambahkan, sekitar 31 persen dari penghasilan harian itu langsung amblas buat biaya operasional.
Jadi jangan kaget kalau banyak ojol lebih sering isi bensin daripada isi perut. Belum lagi kalau ban motor minta ganti atau shockbreaker mulai protes.
Bonus & Tip: Sekadar Harapan yang Makin Abstrak
Kalau kamu pikir para driver ojol bisa untung dari bonus aplikator, mari kita buka datanya.
Survei Balitbang Kemenhub tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih dari separuh driver jarang atau bahkan nggak pernah dapet bonus. Bonus itu udah kayak pelangi: indah di iklan, tapi susah ditemui di jalan.
Bahkan tip dari penumpang pun makin langka. Sebanyak 75 persen driver ojol bilang, mereka jarang banget dikasih tip.
Mungkin karena penumpangnya terlalu sibuk scrolling TikTok, lupa kalau sopan santun juga bisa dimulai dari mengapresiasi kerja keras orang lain.
Realita di Jalan: Lelah yang Nggak Dibayar Sepantasnya
Jadi, gimana rasanya jadi ojol sekarang? Ya mirip kayak ngejar cinta yang nggak pernah dibalas.
Setiap hari narik order, tapi hasilnya makin tipis. Setiap kilometer yang mereka tempuh, bukan cuma menghabiskan bensin, tapi juga harapan.
Di kota-kota besar yang penuh gedung tinggi dan janji manis teknologi, para driver ojol terus bertahan.
Mereka bukan cuma tukang antar, tapi juga korban sistem yang terlalu pelit memberi untung, tapi rajin kasih beban.
Kalau Ketemu Ojol, Senyumin & Tambahin Tip
Lain kali kamu naik ojol, cobalah tanya kabarnya. Mungkin kamu bakal dengar cerita hidup yang lebih jujur dari sinetron jam prime time.
Dan kalau bisa, jangan pelit kasih tip. Percayalah, bagi mereka, lima ribu rupiah lebih berarti daripada like di medsos kamu.
Penulis : Ivan