PRABA INSIGHT – Kalau negara ini diibaratkan warung kopi, maka para pengemudi ojek online adalah pelanggan setia yang datang tiap hari, meski kursinya makin sempit, kopinya makin mahal, dan pelayannya ogah melayani.
Yang terbaru, Aliansi Pengemudi Online Bersatu (APOB) kembali buka suara, bukan buat minta bintang lima, tapi menagih janji pemerintah soal potongan 10 persen.
Bulan lalu, tepatnya 20 Mei 2025, ribuan driver dari berbagai penjuru turun ke jalan. Bukan mau demo gebetan yang ghosting, tapi demo beneran menuntut agar potongan dari aplikator ditekan jadi maksimal 10 persen.
Harapannya sederhana: biar tiap tetes bensin yang dibakar dan tiap titik hujan yang disambut, bisa sedikit lebih berarti.
Tapi apa daya, perjuangan mereka malah dibalas diam. Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhy, yang seharusnya hadir di rapat kerja bersama Komisi V DPR RI buat bahas tuntutan ini, malah absen.
Mangkir. Hilang tanpa jejak kayak orderan yang tiba-tiba “dibatalkan oleh sistem”.
Melalui pernyataan sikap resmi, APOB menyampaikan empat poin panas yang bisa bikin helm berasap:
1. Segera Wujudkan Potongan 10 Persen
APOB menuntut Kementerian Perhubungan agar segera, tanpa tapi-tapian, merealisasikan potongan 10 persen yang jadi aspirasi ribuan massa aksi.
Udah cukup janji manis, sekarang waktunya bukti konkret. Soalnya, semangat kerja itu butuh kepastian, bukan cuma kuota.
2. Kecam Menteri yang Ogah Hadir
Ketidakhadiran Menteri Dudy di rapat dengan DPR RI jelas bikin kening berkerut. Menurut APOB, ini bukan hanya soal etika, tapi bukti bahwa suara para pengemudi dianggap angin lalu.
Kalau semua masalah rakyat cuma dianggap notifikasi yang bisa di-swipe, jangan salahkan kalau kepercayaan publik ikut terhapus.
3. Minta Presiden Turun Tangan
APOB dengan penuh harap (dan sedikit gemas) meminta Presiden Prabowo untuk segera mengevaluasi kinerja Menteri Perhubungan.
Sebab, menurut mereka, pejabat publik seharusnya punya empati. Minimal, tahu rasanya kerja 14 jam di jalan cuma buat bawa pulang Rp100 ribu yang setengahnya habis buat bensin dan rokok.
4. Ancaman Aksi Lanjutan
Kalau sampai pertengahan Juni tuntutan tak juga ditanggapi, APOB siap turun lagi ke jalan.
Tapi kali ini bukan cuma ribuan, mungkin puluhan ribu. Jalanan Jakarta bisa-bisa jadi lautan jaket hijau, oranye, biru, ungu semua bersatu demi satu hal: keadilan.
Pernyataan ini bukan sekadar ancaman kosong. Ini suara dari mereka yang setiap hari jadi tulang punggung logistik perkotaan, dari antar makanan sampai jemput pacar orang.
Kalau pemerintah masih abai, maka bukan tak mungkin: gelombang berikutnya akan lebih besar, lebih marah, dan lebih viral.
Sebab, dalam dunia ojol, satu hal yang pasti selain kemacetan adalah: kalau tuntutan nggak didengar, klakson akan bicara lebih nyaring.
Penulis : Fahru Atsa Kahfi