Menu

Mode Gelap
ASUS ROG Falchion Ace HFX ZywOo Edition: Keyboard Saktinya Gamer yang Nggak Kenal Kata “Miss Click”! Budi Arie Bertemu Jokowi Usai Reshuffle, Ini yang Dibahas Tertutup Selama 1 Jam Pesantren: Warisan Agung dan Tantangan Zaman Kasus Pertamina Patra Niaga: Kuasa Hukum Ingatkan Agar Penegakan Hukum Tak Kriminalisasi Kontrak Bisnis Kapolri Minta Gojek dan Grab Tambah Tombol Darurat: Kalau Ada Kejahatan, Ojol Siap Jadi Avengers Jalanan iPhone Fold: Ketika Apple Akhirnya Melipat Egonya (dan Ponselnya Sekalian)

News

Jakarta Jebol: Tiga Drama dalam Satu Hari, Dari Istana, Pesantren, hingga Jalanan yang Membara

badge-check


					“Jakarta chaos pada 25 Agustus 2025: demo ricuh di DPR, Presiden Prabowo bagi bintang kehormatan di Istana, Kapolri Listyo blusukan ke pesantren Jatim.”(foto: PRABA/van) Perbesar

“Jakarta chaos pada 25 Agustus 2025: demo ricuh di DPR, Presiden Prabowo bagi bintang kehormatan di Istana, Kapolri Listyo blusukan ke pesantren Jatim.”(foto: PRABA/van)

PRABA INSIGHT – Jakarta pada Senin, 25 Agustus 2025, terasa seperti menonton tiga channel TV berbeda dalam satu layar. Di Istana Negara, Presiden Prabowo Subianto tampak gagah membagikan tanda jasa dan kehormatan kepada 141 tokoh nasional. Angkanya nyaris dua kali lipat dibanding tahun lalu yang hanya 64 penerima. Ada menteri, ada purnawirawan TNI, ada peneliti. Semua rapi, semua khidmat.

Namun, di luar pagar megah Istana, suasana sama sekali tak serapi upacara. Aksi demonstrasi bertajuk “Revolusi Rakyat Indonesia” yang awalnya berlangsung di depan gedung DPR/MPR, berlanjut hingga ke malam hari dan berubah jadi kerusuhan di berbagai titik Jakarta. Gas air mata meledak, massa berhamburan, bahkan bentrokan dengan polisi masih berlangsung hingga pukul 21.15 WIB di kolong flyover Pejompongan.

Ironisnya, di saat Jakarta membara, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo justru sedang berada ratusan kilometer dari ibu kota. Bersama Kakorlantas Polri Irjen Agus Suryonugroho, ia blusukan ke dua pesantren besar di Jawa Timur: Pesantren Shiddiqiyyah di Jombang dan Pesantren Langitan di Tuban. Menurut Listyo, kunjungan itu adalah amanat Presiden Prabowo untuk merajut sinergi antara ulama dan Polri. Minta doa restu, katanya, demi keamanan dan persatuan bangsa.

Maka lengkaplah ironi hari itu: Presiden sibuk membagi bintang kehormatan, Kapolri sibuk sowan ke kiai, sementara di jalanan Jakarta, ribuan pelajar dan warga bentrok dengan aparat. Situasi yang oleh sebagian netizen langsung dijuluki: “Jakarta Jebol.”

Seruan aksi ini sebelumnya menyebar lewat WhatsApp dan media sosial. Isunya berlapis: dari dugaan korupsi keluarga Jokowi, desakan pemakzulan Wakil Presiden Gibran, sampai soal pajak dan utang negara. Ribuan massa merespons, dengan dominasi pelajar SMK, buruh, pedagang, hingga ojol. Polisi bahkan mencatat ada puluhan pelajar ditangkap, sebagian dituduh sebagai kelompok anarko.

Hari itu, Indonesia menunjukkan tiga wajahnya sekaligus: wajah resmi penuh seremoni di Istana, wajah teduh penuh doa di pesantren Jawa Timur, dan wajah garang penuh amarah di jalanan Jakarta.

Satu negara, tiga panggung, dan publik hanya bisa geleng-geleng: “Kok bisa ya, semua terjadi di hari yang sama?”(Van)

Baca Lainnya

Kasus Pertamina Patra Niaga: Kuasa Hukum Ingatkan Agar Penegakan Hukum Tak Kriminalisasi Kontrak Bisnis

23 Oktober 2025 - 15:54 WIB

Kapolri Minta Gojek dan Grab Tambah Tombol Darurat: Kalau Ada Kejahatan, Ojol Siap Jadi Avengers Jalanan

23 Oktober 2025 - 15:39 WIB

Saatnya Anak Negeri Pimpin Gunung Emas: Frans Pigome dan Florentinus Beanal Layak Jadi Pemimpin Freeport

23 Oktober 2025 - 13:41 WIB

Prabowo Mau Bangun Sekolah Terintegrasi, Biar Anak Pas-Pasan Nggak Kalah dari Anak Sekolah Elit

23 Oktober 2025 - 13:31 WIB

Belum Dapat Kerja? Tenang, Kemnaker Lagi Cari 80 Ribu Anak Magang!

23 Oktober 2025 - 13:23 WIB

Trending di News