Menu

Mode Gelap
“Hizbullah Bilang Nggak Netral, Israel Ancam: Kalau Nekat, Kami Hapus Kalian dari Peta!” “Industri Media Krisis, Influencer Laris: Pemerintah Siapkan Aturan Baru Biar Nggak Timpang” “Datang ke Jakarta Fair, Pulang-Pulang Baper dan Laper Gara-Gara Rangga & Cinta!” Bobby Nasution Minta Hentikan Laporan soal Hinaan: “Kita Butuh Persatuan, Bukan Provokasi” Jurist Tan Mangkir Lagi dari Panggilan Jaksa: Korupsi Laptop Rp 9,9 Triliun Masih Lebih Kalah Penting dari Urusan Keluarga? “Nadhif (Laman Berikutnya)”: Ketika Mantan Nggak Bisa Balik, Tapi Lagunya Bisa

News

“Industri Media Krisis, Influencer Laris: Pemerintah Siapkan Aturan Baru Biar Nggak Timpang”

badge-check


					Foto Ilustrasi persaingan dunia Media (Praba/Ist) Perbesar

Foto Ilustrasi persaingan dunia Media (Praba/Ist)

PRABA INSIGHT- Kalau media digital atau saat ini disebut dengan influencer diibaratkan anak muda yang lagi doyan flexing di TikTok, maka media konvensional mirip bapak-bapak idealis yang ogah ngemis views.

Masalahnya, si bapak-bapak ini sekarang lagi megap-megap. PHK di mana-mana, redaksi nyaris tinggal nama, dan industri medianya kayak kapal bocor yang ditambal pakai plester.

Baru setelah banyak yang tumbang, pemerintah mulai turun gunung. Lewat Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Ismail, negara menyampaikan niat baiknya: ingin bikin kebijakan yang bisa menyelamatkan dua kutub media yang satu tua-tua idealis, yang satu lagi muda-muda nyari adsense.

“Pemerintah sedang mereview berbagai regulasi, bahkan diwacanakan sampai ke tingkat undang-undang, agar tercipta keseimbangan antara dua ekosistem media ini,” kata Ismail, dalam siaran pers Komdigi, Kamis (19/6/2025).

PHK Media: Badai yang Sudah Diprediksi Tapi Tetap Bikin Syok

Masifnya pemutusan hubungan kerja (PHK) di media bukan lagi isapan jempol. Dari media cetak sampai TV, semua kena getahnya.

Sementara media digital makin canggih ngiklanin odol lewat konten atau artikel “5 Tanda Kamu Butuh Pasta Gigi Baru”.

Ismail bilang, pemerintah sadar akan ketimpangan ini dan kini sedang menyusun strategi biar dunia media nggak makin keropos. Biar wartawan nggak jadi pengangguran berjamaah.

“Kami dari Kementerian Komdigi dan Kementerian Ketenagakerjaan sedang mencari solusi konkret agar gelombang PHK ini nggak dibiarkan jadi bencana berkepanjangan. Jangan sampai industri media semena-mena PHK tanpa patuhi aturan,” tegas Ismail.

Media Digital Emang Gesit, Tapi Belum Tentu Bersih

Masalahnya bukan cuma urusan PHK. Ismail juga mengingatkan bahwa di tengah gempuran media digital, media konvensional masih jadi santri paling taat dalam hal verifikasi informasi.

“Media konvensional atau media mainstream tetap jadi rujukan kebenaran berita. Mereka masih pegang etika jurnalistik, bukan cuma kejar viral,” ujarnya.

Zaman boleh berubah, tapi prinsip tetap harus dijaga. Ismail mengingatkan bahwa media digital boleh cepat, tapi sering kali informasi yang dibagikan belum tentu valid. Bahkan, lebih sering ngasih pusing daripada pencerahan.

Perubahan Adalah Takdir, Tapi Bukan Berarti Harus Pasrah

Di satu sisi, Ismail paham bahwa teknologi digital adalah keniscayaan. Generasi sekarang lebih pilih scroll medsos daripada nonton TVRI. Tapi bukan berarti media lama harus dibiarkan mati pelan-pelan.

“Dengan hadirnya teknologi digital, terjadi perubahan besar dalam perilaku masyarakat. Generasi muda sekarang lebih banyak manfaatkan media digital. TV mulai kehilangan penonton,” katanya.

Itulah kenapa regulasi yang adil dibutuhkan. Bukan untuk membunuh salah satu, tapi buat menjaga agar semua tetap punya tempat hidup yang layak.

Pemerintah Baru Sadar: “Oh, Media Itu Penting Ya?”

Kalau dipikir-pikir, agak telat juga sih pemerintah sadar pentingnya menyelamatkan media konvensional. Tapi mending telat daripada nggak sama sekali.

Sekarang, Komdigi ngajak semua pihak buat duduk bareng: pelaku industri, akademisi, sampai jurnalis yang masih bertahan di tengah cuaca buruk.

“Yang penting sekarang adalah bagaimana kita cepat beradaptasi, meningkatkan kompetensi, dan menjaga keseimbangan industri media demi demokrasi bangsa,” tutup Ismail, dengan nada seperti dosen yang habis dimarahin rektor.

 

Penulis : Andi Ramadhan| Editor : Ivan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

“Datang ke Jakarta Fair, Pulang-Pulang Baper dan Laper Gara-Gara Rangga & Cinta!”

20 Juni 2025 - 12:17 WIB

Bobby Nasution Minta Hentikan Laporan soal Hinaan: “Kita Butuh Persatuan, Bukan Provokasi”

20 Juni 2025 - 06:18 WIB

Jurist Tan Mangkir Lagi dari Panggilan Jaksa: Korupsi Laptop Rp 9,9 Triliun Masih Lebih Kalah Penting dari Urusan Keluarga?

20 Juni 2025 - 05:52 WIB

Fakta! Kasus Mega Korupsi Wilmar Group Uang Sitaan 11,8 Triliun : Rekor Kejagung, Vonis Lepas, dan Dugaan Suap Hakim

18 Juni 2025 - 10:33 WIB

Liga Korupsi Indonesia 2025: Ketika Duit Negara Dikuras, Para Koruptor Malah Masuk Hall of Fame

18 Juni 2025 - 04:49 WIB

Trending di News