Menu

Mode Gelap
Thee Marloes Rilis “Harap dan Ragu”: Lagu Baru Buat Kamu yang Sering Dipukul Kenyataan Waktu KPU Bilang Semua Dokumen Capres Terbuka, Tapi Arsip Jokowi Masih Dicari HAT 190 Tahun di IKN Dibatalkan MK, Ternyata Begini Nasib Tanah dan Investasi 20 November, Istana Siap-siap Digruduk Ojol & Kurol! Empat Tuntutan FDTOI Ini Bukan Main-Main Polemik Nasab Bani Alawi: Haidar Alwi Minta Publik Kembali ke Ilmu, Bukan Emosi Forum Pemerhati Bangsa: Ketika Pancasila Jadi Slogan, Radikalisme Pun Ikut Pamer Eksistensi

News

“Industri Media Krisis, Influencer Laris: Pemerintah Siapkan Aturan Baru Biar Nggak Timpang”

badge-check


					Foto Ilustrasi persaingan dunia Media (Praba/Ist) Perbesar

Foto Ilustrasi persaingan dunia Media (Praba/Ist)

PRABA INSIGHT- Kalau media digital atau saat ini disebut dengan influencer diibaratkan anak muda yang lagi doyan flexing di TikTok, maka media konvensional mirip bapak-bapak idealis yang ogah ngemis views.

Masalahnya, si bapak-bapak ini sekarang lagi megap-megap. PHK di mana-mana, redaksi nyaris tinggal nama, dan industri medianya kayak kapal bocor yang ditambal pakai plester.

Baru setelah banyak yang tumbang, pemerintah mulai turun gunung. Lewat Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Ismail, negara menyampaikan niat baiknya: ingin bikin kebijakan yang bisa menyelamatkan dua kutub media yang satu tua-tua idealis, yang satu lagi muda-muda nyari adsense.

“Pemerintah sedang mereview berbagai regulasi, bahkan diwacanakan sampai ke tingkat undang-undang, agar tercipta keseimbangan antara dua ekosistem media ini,” kata Ismail, dalam siaran pers Komdigi, Kamis (19/6/2025).

PHK Media: Badai yang Sudah Diprediksi Tapi Tetap Bikin Syok

Masifnya pemutusan hubungan kerja (PHK) di media bukan lagi isapan jempol. Dari media cetak sampai TV, semua kena getahnya.

Sementara media digital makin canggih ngiklanin odol lewat konten atau artikel “5 Tanda Kamu Butuh Pasta Gigi Baru”.

Ismail bilang, pemerintah sadar akan ketimpangan ini dan kini sedang menyusun strategi biar dunia media nggak makin keropos. Biar wartawan nggak jadi pengangguran berjamaah.

“Kami dari Kementerian Komdigi dan Kementerian Ketenagakerjaan sedang mencari solusi konkret agar gelombang PHK ini nggak dibiarkan jadi bencana berkepanjangan. Jangan sampai industri media semena-mena PHK tanpa patuhi aturan,” tegas Ismail.

Media Digital Emang Gesit, Tapi Belum Tentu Bersih

Masalahnya bukan cuma urusan PHK. Ismail juga mengingatkan bahwa di tengah gempuran media digital, media konvensional masih jadi santri paling taat dalam hal verifikasi informasi.

“Media konvensional atau media mainstream tetap jadi rujukan kebenaran berita. Mereka masih pegang etika jurnalistik, bukan cuma kejar viral,” ujarnya.

Zaman boleh berubah, tapi prinsip tetap harus dijaga. Ismail mengingatkan bahwa media digital boleh cepat, tapi sering kali informasi yang dibagikan belum tentu valid. Bahkan, lebih sering ngasih pusing daripada pencerahan.

Perubahan Adalah Takdir, Tapi Bukan Berarti Harus Pasrah

Di satu sisi, Ismail paham bahwa teknologi digital adalah keniscayaan. Generasi sekarang lebih pilih scroll medsos daripada nonton TVRI. Tapi bukan berarti media lama harus dibiarkan mati pelan-pelan.

“Dengan hadirnya teknologi digital, terjadi perubahan besar dalam perilaku masyarakat. Generasi muda sekarang lebih banyak manfaatkan media digital. TV mulai kehilangan penonton,” katanya.

Itulah kenapa regulasi yang adil dibutuhkan. Bukan untuk membunuh salah satu, tapi buat menjaga agar semua tetap punya tempat hidup yang layak.

Pemerintah Baru Sadar: “Oh, Media Itu Penting Ya?”

Kalau dipikir-pikir, agak telat juga sih pemerintah sadar pentingnya menyelamatkan media konvensional. Tapi mending telat daripada nggak sama sekali.

Sekarang, Komdigi ngajak semua pihak buat duduk bareng: pelaku industri, akademisi, sampai jurnalis yang masih bertahan di tengah cuaca buruk.

“Yang penting sekarang adalah bagaimana kita cepat beradaptasi, meningkatkan kompetensi, dan menjaga keseimbangan industri media demi demokrasi bangsa,” tutup Ismail, dengan nada seperti dosen yang habis dimarahin rektor.

 

Penulis : Andi Ramadhan| Editor : Ivan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

KPU Bilang Semua Dokumen Capres Terbuka, Tapi Arsip Jokowi Masih Dicari

18 November 2025 - 12:02 WIB

HAT 190 Tahun di IKN Dibatalkan MK, Ternyata Begini Nasib Tanah dan Investasi

18 November 2025 - 11:53 WIB

20 November, Istana Siap-siap Digruduk Ojol & Kurol! Empat Tuntutan FDTOI Ini Bukan Main-Main

18 November 2025 - 08:11 WIB

Forum Pemerhati Bangsa: Ketika Pancasila Jadi Slogan, Radikalisme Pun Ikut Pamer Eksistensi

16 November 2025 - 12:01 WIB

Haidar Alwi: “Jika Negara Ingin Dihormati, Berdirilah Bersama Pekerja”

13 November 2025 - 15:11 WIB

Trending di News