PRABA INSIGHT- Ada surat wasiat yang isinya harta, ada juga yang penuh drama keluarga rebutan warisan. Tapi surat wasiat Paus Fransiskus? Wah, ini beda kelas.
Nggak ada emas, nggak ada mahkota. Yang ada justru kehangatan spiritual dan pesan damai yang bahkan bikin umat lintas agama pun mengangguk-angguk.
Paus Fransiskus yang selama hidupnya dikenal sebagai pemimpin umat Katolik paling humble, relatable, dan kadang suka nyindir gaya hidup kapitalistik umat meninggalkan surat wasiat yang baru saja dirilis Vatikan. Bukan pamer, tapi penuh makna. Yuk, kita kupas pelan-pelan, biar nggak salah paham.
Minta Dimakamkan di Tempat Sederhana: Bukan Gaya Katedral Instagrammable
Dalam surat yang ditulis pada 29 Juni 2022, Paus Fransiskus nggak minta dimakamkan di tempat mewah. Nggak ada permintaan nisan marmer Italia atau kuburan dengan pilar ala Romawi. Yang beliau minta? Tempat sederhana di Basilika Santa Maria Maggiore, tepatnya di lorong samping antara Kapel Paulus (Kapel Salus Populi Romani) dan Kapel Sforza.
Lokasinya strategis secara spiritual, bukan karena banyak dilewati turis rohani. Di situlah tempat Paus sering mampir untuk berdoa sebelum dan sesudah lawatan apostoliknya. Intinya: beliau ingin kembali ke pangkuan Maria, ibu yang selama hidup selalu jadi tempat bersandar.
Banyak tokoh religius pengin dikenang lewat patung, relief, bahkan nama jalan. Tapi Paus satu ini? Cukup dengan nama Franciscus di nisan, tanpa hiasan yang lebay. Mungkin kalau beliau hidup di era medsos, bio Instagram-nya cukup: “Uskup Roma. Cuma itu.”
Permintaan itu jelas: makam di dalam tanah, sederhana, dan tidak norak. Dan biayanya? Sudah beliau siapkan lewat donatur. Nggak bikin repot Gereja. Sungguh sikap yang, kalau dipikir-pikir, lebih down to earth daripada akun-akun motivasi rohani.
Surat itu juga bukan cuma peta pemakaman. Ada juga pesan yang bikin dada nyesek dan hati anget: bahwa penderitaan di akhir hidupnya beliau persembahkan untuk perdamaian dunia dan persaudaraan antarbangsa.
Beliau juga menyebutkan bagaimana hidup dan pelayanannya selalu beliau titipkan kepada Bunda Maria. Sebuah bentuk penyerahan yang total, sekaligus pengingat bahwa iman bukan sekadar ritual, tapi soal relasi.
Kata kunci utama: Surat Wasiat Paus Fransiskus, Basilika Santa Maria Maggiore, Kapel Salus Populi Romani
Makna kunci: Kesederhanaan, spiritualitas, dan cinta kasih lintas batas
Pesan yang nyantol: Hidup itu fana, tapi kasih bisa dikenang sepanjang masa
Surat ini mungkin surat wasiat, tapi isinya bukan soal kematian. Justru, ini tentang bagaimana menjalani hidup dengan tulus. Bagi umat Katolik dan siapa pun yang pernah merasa lelah jadi manusia, surat ini bisa jadi pengingat bahwa kita semua sedang menuju sesuatu yang lebih besar dan semoga, lebih damai.