Menu ✖

Mode Gelap

Menu ✖

Mode Gelap

Tech

Tarif Makin Tipis, Sabar Driver Makin Habis: Grab didemo, Akhirnya Angkat Bicara

badge-check


					Tarif Makin Tipis, Sabar Driver Makin Habis: Grab didemo, Akhirnya Angkat Bicara Perbesar

PRABA INSIGHT- Di dunia per-ojolan, ada satu pepatah yang sepertinya makin relevan: “Yang hemat siapa, yang melarat siapa.”

Beberapa hari terakhir, suasana makin panas. Bukan karena cuaca atau orderan sepi, tapi karena para pengemudi Grab ramai-ramai turun ke jalan. Mereka menggelar aksi protes bukan karena drama sinetron, tapi karena drama Grab Hemat, layanan baru yang katanya sih dirancang buat bantu konsumen di tengah ekonomi yang sedang nyungsep.

Masalahnya? Ya klasik. Tariiiiif.

Tarif Grab Hemat ini memang lebih miring. Tapi yang ikut “dimiringkan” ternyata bukan cuma harga, melainkan juga penghasilan driver. Para ojol bilang, tarif makin tipis, target makin tinggi, tapi tenaga tetap dari manusia, bukan AI.

Lelah jadi double. Insentif makin susah dicapai. Dan yang paling ironis: konsumen senang karena bayar lebih murah, tapi driver yang ngebut di jalanan justru makin megap-megap.

Menanggapi gejolak ini, pihak Grab nggak diam saja. Lewat pernyataan resmi, Tyas Widyastuti, sang Director Mobility & Logistics Grab Indonesia, menjelaskan:

“Grab Hemat merupakan layanan baru yang kami rancang untuk membantu masyarakat mendapatkan transportasi terjangkau di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan. Kami memahami kekhawatiran mitra, dan kami sangat menghargai masukan mereka. Kami akan terus berdiskusi secara terbuka dan aktif dengan para mitra pengemudi untuk memastikan keberlangsungan dan keseimbangan ekosistem.”

Kalimatnya diplomatis, khas korporat. Kalem, sejuk, dan sarat janji-janji manis yang biasa muncul menjelang quarterly meeting.

Tapi buat para driver, “ekosistem berkelanjutan” itu artinya apa? Kalau tiap hari harus narik belasan orderan buat nutup bensin dan cicilan motor, itu bukan ekosistem. Itu marathon finansial.

Yang mereka mau: tarif yang fair, sistem yang nggak makan korban, dan perusahaan yang nggak cuma peduli rating aplikasi. Karena bagaimanapun, yang bikin aplikasi hidup itu bukan cuma algoritma, tapi manusia yang beneran hidup dari jalanan, bukan dari presentasi PowerPoint.

Jadi, kalau Grab masih mau “hemat”, semoga juga mulai “ingat”. Karena diskon buat pelanggan nggak seharusnya dibayar mahal oleh para driver.

Semoga aja, setelah ini, Grab nggak cuma kasih “jawaban”, tapi juga kasih “perubahan”. Soalnya, telinga boleh dua, tapi perut driver cuma satu. Dan sayangnya, itu nggak bisa diisi pakai apresiasi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dualisme HKTI Berakhir, Sudaryono Ketum Baru, Wabendum Dhini M: Harapan Petani Kini di Tangan Kita

27 Juni 2025 - 07:19 WIB

Drama Dualisme Tamat! Wamentan Sudaryono Resmi Jadi Ketum HKTI, Oso Sebut Titah Langsung dari Prabowo

27 Juni 2025 - 06:17 WIB

“Cara Cepat Jago Nyetir Mobil Manual Tanpa Drama Berseri-seri

25 Juni 2025 - 11:15 WIB

Jelang Hari Bhayangkara, Polda Metro Bagi-Bagi Sembako: Polisi Juga Bisa Bikin Warga Tersenyum

25 Juni 2025 - 11:05 WIB

Gus Yahya Bertemu Prabowo di Istana, Ogah Komentar soal Dugaan Korupsi Haji sang Adik

25 Juni 2025 - 02:23 WIB

Trending di News