PRABA INSIGHT- Ketika politik dalam negeri lagi sumpek-sumpeknya, sekelompok anggota MPR RI justru memilih keluar sebentar dari kegaduhan. Tujuan mereka? Malaysia. Negeri jiran yang katanya serumpun, seiman, dan sering jadi destinasi belanja warga Batam.
Bukan tanpa alasan. Lawatan yang berlangsung dari 28 hingga 30 April 2025 ini punya agenda yang cukup serius.
Bukan jalan-jalan apalagi sekadar foto-foto di Menara Kembar Petronas. Delegasi dipimpin langsung oleh Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, Wakil Ketua MPR RI yang juga petinggi Partai Demokrat.
Mereka membahas isu-isu strategis yang menyangkut hajat hidup rakyat dua negara: dari soal narkoba lintas batas, sawit, hingga nasib buruh migran Indonesia di Malaysia.
Salah satu anggota rombongan, Dr. H. Achmad, M.Si, menjelaskan bahwa hubungan Indonesia-Malaysia tidak bisa dipisahkan oleh selat dan perbedaan dialek semata.
“Kita ini saudara serumpun. Tapi bukan berarti semua mulus. Banyak hal yang harus diseriusi: ekonomi, politik, sosial budaya—semuanya kami bahas,” kata Dr. Achmad.
Tapi yang paling bikin kening berkerut adalah soal narkoba. Malaysia ditengarai jadi pintu masuk utama barang haram yang nyelonong ke Indonesia lewat Dumai, Riau.
Dr. Achmad tak segan menyebut perlunya kerja sama keras kepala antarnegara buat menutup jalur-jalur tikus ini. “Ini bukan lagi soal diplomasi halus. Ini soal nyawa anak bangsa,” katanya, tegas.
Isu kedua: sawit. Ya, kelapa sawit. Komoditas yang bikin Indonesia dan Malaysia kadang mesra, kadang bersaing ketat. Dr. Achmad berharap ada sinergi, bukan adu kuat.
Apalagi Riau, provinsi yang jadi tetangga dekat Malaysia, punya industri sawit yang luar biasa besar. “Masa kita terus adu produksi? Mendingan kerja bareng dalam pengembangan teknologi sawit,” katanya.
Dan tentu saja, yang tak kalah penting: pekerja migran. Ribuan orang Indonesia menggantungkan hidupnya di Malaysia.
Tapi perlindungan hukum dan sosial mereka sering kali masih sebatas janji manis. “Kami dorong Malaysia untuk benar-benar melindungi para pekerja migran Indonesia. Jangan cuma dilindungi pas viral aja,” sindir Dr. Achmad.
Selama kunjungan, rombongan MPR RI diterima oleh Duta Besar RI di Kuala Lumpur, Menteri Komunikasi Digital Malaysia, hingga Ketua Parlemen Malaysia. Selain Ibas dan Dr. Achmad, ada juga nama-nama lintas partai seperti Firman Soebagyo (Golkar), Hj. Cellica Nurrachadiana (Demokrat), Hj. Indun Anisa MA (PKB), dan Ujang Bey SIP, MIP (NasDem).
Tiga hari di Malaysia, satu koper isu dibahas. Dari narkoba sampai sawit, dari Dumai sampai Kuala Lumpur.
Misi diplomasi parlemen ini memang tak seheboh sidang DPR yang viral di TikTok, tapi justru di balik layar seperti inilah fondasi kerja sama antarnegara dibangun.