Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Regional

Alih-Alih Damai Natal, yang Datang Justru Pukulan, Ibu Rumah Tangga Lapor Polisi Usai Alami Dugaan KDRT di Pekanbaru

badge-check


					ilustrasi Kekerasan Dalam Rumah tangga (ist) Perbesar

ilustrasi Kekerasan Dalam Rumah tangga (ist)

PRABA INSIGHT– Di saat banyak orang sedang berkumpul menikmati hangatnya malam Natal dengan keluarga, suasana berbeda justru dialami oleh ibu rumah tangga inisial MUE (57).

Malam yang seharusnya dipenuhi damai dan lilin doa berubah menjadi mimpi buruk berdarah di rumahnya sendiri, Jalan Tiung Ujung, Perumahan Merpati Indah, Pekanbaru.

Menurut pengakuan MUE, suaminya Sahala Sitompul tak cuma menaikkan nada suara saat bertengkar, tetapi juga tangannya.

Sekitar pukul 22.30 WIB, Senin, 25 Desember 2023, MUE mengalami dugaan kekerasan fisik setelah adu mulut yang berujung tragis.

“Dia memukul kepala saya berulang kali. Saya sempat melindungi diri, tapi tetap saja, pukulan itu mengenai kepala dan lengan saya hingga memar,” ujar MUE dalam laporannya ke Polresta Pekanbaru.

Laporan resmi telah diterbitkan dengan Nomor: STPL/B/865/XII/2023/SPKT/POLRESTA PEKANBARU/POLDA RIAU pada 27 Desember 2023.

Kasus ini tengah diselidiki polisi dengan merujuk pada UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, khususnya Pasal 44.

Hingga artikel ini tayang, pihak terlapor, Sahala Sitompul, belum memberikan tanggapan resmi.

Sementara MUE, dengan luka dan trauma yang belum sembuh, berharap ada keadilan. Ia ingin kasus ini tak sekadar jadi angka statistik, melainkan momentum perlindungan nyata bagi para korban KDRT.

Kisah pilu MUE ini jadi cermin buram bahwa rumah, yang seharusnya menjadi tempat paling aman, justru bisa berubah menjadi lokasi kekerasan paling sunyi.

Kekerasan dalam rumah tangga bukan cuma persoalan privat, melainkan urusan publik yang butuh perhatian serius dari semua pihak.

Karena ketika tangan yang seharusnya mengelus malah mengepal, dan suara yang semestinya menenangkan berubah jadi ancaman, saat itulah kita harus bertanya: masihkah rumah layak disebut rumah?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Fenomena Guru PPPK Menggugat Cerai Suami Usai Diangkat: Benarkah Karena Gaji?

22 Juli 2025 - 12:48 WIB

Guru Honorer Ini Harus Bayar Rp12,5 Juta, Ternyata Orang Tua Murid Caleg Gagal

21 Juli 2025 - 08:47 WIB

“Kolom Agama di KTP Diubah, Warga Blitar Pilih Kepercayaan Lokal”

21 Juli 2025 - 04:23 WIB

Pesta Pernikahan Jadi Petaka, Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Akhirnya Buka Suara

20 Juli 2025 - 13:25 WIB

MUI Jatim Haramkan Sound Horeg, Muhammadiyah dan NU Beda Suara

17 Juli 2025 - 06:02 WIB

Trending di Regional