Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Regional

UIN AM. Sangadji Ambon: Bukan Cuma Ganti Label, Ini Soal Harga Diri Sejarah Maluku

badge-check


					Founder Nusa Ina Connection (NIC), Abdullah Kelrey (foto: prabainsight/istimewa) Perbesar

Founder Nusa Ina Connection (NIC), Abdullah Kelrey (foto: prabainsight/istimewa)

PRABA INSIGHT- Di tengah dunia pendidikan tinggi yang makin riuh dengan jargon-jargon rebranding, ada satu kabar dari timur Indonesia yang rasanya patut jadi catatan penting.

Bukan sekadar perubahan nama, tapi pengakuan terhadap sejarah: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon kini resmi bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) AM. Sangadji Ambon.

Dan kalau menurut Founder Nusa Ina Connection (NIC), Abdullah Kelrey, ini bukan sekadar ganti label.

“Ini soal harga diri sejarah. Ini tentang identitas Maluku yang selama ini seperti hanya diselipkan di catatan kaki buku sejarah nasional,” ujarnya tegas, Senin (26/05/2025).

Dari Branding ke Reposisi Sejarah

Dalam pandangan Kelrey, penamaan UIN AM. Sangadji bukan aksi branding kosong-kosongan. Bukan pula manuver kosmetik agar kampus tampak lebih kekinian.

Ini adalah reposisi sejarah mengangkat kembali sosok AM. Sangadji, tokoh perjuangan dan pendidikan dari timur Indonesia, ke panggung utama.

“Nama itu mewakili nilai-nilai perjuangan dan keberanian. AM. Sangadji bukan cuma pahlawan, tapi juga penggerak pendidikan. Dan itu relevan sekali buat generasi sekarang,” katanya.

Buat Kelrey, transformasi ini seperti menanamkan kembali akar di tanah yang sudah lama gersang makna.

Biar kampus tak hanya sibuk mengejar akreditasi, tapi juga punya semangat ideologis yang membumi.

Kalau Ada yang Nggak Sepakat? Ya Wajar, Namanya Juga Demokrasi

Tentu, di balik perubahan besar, selalu ada suara-suara sumbang. Kelrey sadar betul akan hal itu.

Tapi dia mengajak publik untuk tak buru-buru menolak sebelum paham konteks dan latar belakang historisnya.

“Silakan beda pendapat, itu hak setiap warga negara. Tapi jangan lupakan proses panjangnya. Nama ini dipilih bukan semata-mata biar keren, tapi karena ada narasi perjuangan yang harus diteruskan,” ujarnya.

Dari Nama Menjadi Cita-cita

Kelrey menekankan bahwa perubahan nama ini harus diiringi dengan kerja kolektif.

“Jangan sampai nama besar AM. Sangadji cuma jadi papan nama kampus. Harus tercermin dalam kualitas pendidikan, karakter lulusannya, dan kontribusi sosialnya,” ucapnya.

Ia mengajak semua pihak dari dosen sampai mahasiswa, dari alumni sampai masyarakat umum untuk bahu-membahu menjadikan UIN AM.

Sangadji sebagai kampus yang benar-benar mencerminkan nilai-nilai perjuangan dan keilmuan.

Nama Baru, Harapan Baru

Sebagai informasi, perubahan nama IAIN Ambon menjadi UIN AM. Sangadji Ambon telah resmi ditetapkan pemerintah sejak awal Mei 2025.

Meski sempat menuai pro-kontra, banyak tokoh pendidikan dan budaya di Maluku menyambutnya sebagai langkah strategis untuk mengangkat nilai-nilai lokal ke tingkat nasional.

Dan seperti yang dibilang Kelrey: “Ini bukan sekadar nama. Ini adalah cara kita menghormati sejarah, sekaligus menantang masa depan.”

 

Penulis : Deny Darmono 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Fenomena Guru PPPK Menggugat Cerai Suami Usai Diangkat: Benarkah Karena Gaji?

22 Juli 2025 - 12:48 WIB

Guru Honorer Ini Harus Bayar Rp12,5 Juta, Ternyata Orang Tua Murid Caleg Gagal

21 Juli 2025 - 08:47 WIB

“Kolom Agama di KTP Diubah, Warga Blitar Pilih Kepercayaan Lokal”

21 Juli 2025 - 04:23 WIB

Pesta Pernikahan Jadi Petaka, Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Akhirnya Buka Suara

20 Juli 2025 - 13:25 WIB

MUI Jatim Haramkan Sound Horeg, Muhammadiyah dan NU Beda Suara

17 Juli 2025 - 06:02 WIB

Trending di Regional