PRABA INSIGHT – Kalau kamu pikir Susi Pudjiastuti sudah pensiun dari urusan negara dan cuma sibuk jualan Susi Air, kamu salah besar. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini masih jadi “penjaga gawang” moral lingkungan hidup Indonesia. Bedanya, sekarang dia nggak butuh podium resmi—cukup pakai akun medsos.
Lewat unggahan di media sosial pribadinya, Jumat (13/6/2025), Susi menuliskan kalimat yang cukup bikin merinding bagi siapa saja yang merasa pernah menebang pohon, membabat hutan, atau menyedot pasir laut tanpa mikir dampaknya:
“Saya selalu berdoa pada saat kita tidak bisa lagi menghentikan kejahatan perusakan lingkungan, ekosistem dengan segala keindahan dan manfaat keberlanjutannya…”
Lalu ditutup dengan tamparan rohani:
“Alam akan menghancurkan mereka yang melakukan kejahatan dengan caranya. Amin YRA.”
Kalau ini bukan kutukan level dewa, kami nggak tahu lagi harus menyebutnya apa.
Pernyataan ini muncul saat isu kerusakan lingkungan lagi panas-panasnya. Dari hutan Kalimantan yang dijadikan jalan tambang, pesisir Sulawesi yang digusur proyek industri, sampai tambang ilegal yang menyusup ke mana-mana kayak akun palsu di Twitter.
Dan Susi memang bukan tipe orang yang cuma komentar demi like atau engagement. Dia pernah duduk di kursi menteri dan melarang segala bentuk penangkapan ikan brutal. Dulu, dia tenggelamkan kapal pencuri ikan. Sekarang, dia tenggelamkan rasa nyaman para perusak ekosistem.
Yang bikin menarik, dia tak sebut nama, tak tunjuk lokasi, tapi semua orang bisa merasa tertampar. Terutama mereka yang selama ini main aman di balik bendera perusahaan tambang tapi diam-diam menyisakan jejak kehancuran ekologis.
Susi memperingatkan bahwa kerusakan lingkungan ini bukan sekadar soal hari ini. Tapi soal utang pada generasi mendatang. Kita mungkin bisa pura-pura nggak lihat, tapi anak cucu kita kelak akan panen akibat dari kelalaian hari ini.
Suara Susi ini juga sejalan dengan tuntutan banyak organisasi masyarakat sipil yang sudah capek ngomong dari tahun ke tahun. Mereka minta pemerintah lebih tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang seenaknya mengeruk alam tanpa peduli efek sosial maupun ekologis.
Dalam kondisi pengawasan lingkungan yang makin melempem dan penegakan hukum yang suka pilih-pilih, pernyataan seperti ini jadi penting. Setidaknya, masih ada tokoh publik yang berani bilang, “Eh, kalian ini nggak bener, loh.”
Dan kalau negara terlalu sibuk kompromi, ya biar alam yang mengadili.
Penulis : Alma Khairunisa – Editor : Ivan