PRABA INSIGHT – Kalau kamu pikir debat soal lingkungan bakal adem ayem, berarti kamu belum nonton perdebatan antara Gus Ulil Abshar Abdalla dari PBNU dan Iqbal Damanik dari Greenpeace. Judulnya sih bahas tambang nikel di Raja Ampat, tapi yang bikin heboh justru pernyataan Gus Ulil yang nyebut aktivis lingkungan mirip Wahabi.
Iya, kamu nggak salah baca. Aktivis yang bela hutan malah dibilang Wahabi. Semesta ini kadang suka bercanda kelewat batas.
Debat Tambang ala Kompas TV: Dari Hutan ke Wahabi
Dalam tayangan debat “ROSI” di Kompas TV, Iqbal Damanik, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, ngajak Gus Ulil diskusi serius soal dampak tambang nikel di Raja Ampat. Iqbal nanya:
“Tunjukkan satu saja wilayah tambang di Indonesia yang berhasil memulihkan ekosistemnya.”
Jawaban Gus Ulil? Bukan data, tapi nostalgia masa kecil. Ia cerita soal kampung halamannya yang dulu ijo royo-royo, sekarang berubah karena pertumbuhan penduduk.
Iqbal membalas: “Itu beda, Gus. Ekskavator bisa tebang ribuan hektare sehari. Manusia mah sebiji pohon aja udah ngos-ngosan.”
Lalu Gus Ulil nyeletuk:
“Ini yang saya sebut Wahabisme. Terlalu puritan. Menolak tambang mentah-mentah itu seperti Wahabi menjaga teks suci.”
Kata beliau, aktivis lingkungan terlalu ekstrem. Padahal, katanya, industri ekstraktif seperti tambang emang berisiko, tapi bukan berarti harus ditolak total.
Warganet Ngamuk, Bu Susi Turun Tangan
Susi merespons unggahan akun @ARSIPAJA yang memposting ulang potongan video Ulil.
Video yang diunggah pada Minggu (15/6/2025) pukul 11.00 WIB itu telah ditonton lebih dari 291 ribu kali dan mendapat berbagai komentar.
Cuplikan video itu langsung viral. Netizen rame-rame menyentil pernyataan Gus Ulil. Bahkan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, ikut komentar:
“Ini gblk banget deh.”
Komentar lain juga tak kalah sengit. Ada yang bilang pernyataan itu menyedihkan, ada yang menyayangkan NU punya tokoh yang ngomong begitu. “Shame on NU,” tulis netizen @princesmp.
“Nikmat Allah itu bukan buat dihabiskan, tapi dijaga,” tulis akun @anekchandesu.
Kebakaran hutan belum padam, eh kebakaran di kolom komentar malah makin jadi.
Kenalan Yuk Sama Iqbal Damanik
Iqbal bukan aktivis kemarin sore. Ia aktif di Greenpeace Indonesia dan udah malang melintang di isu kehutanan. Dari Kalimantan Timur sampai urusan RPJMN, Iqbal rajin angkat suara soal hak masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Iqbal juga yang ngotot menolak tambang nikel di Raja Ampat karena dinilai melanggar UU No. 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau kecil. Menurutnya, tambang di pulau kecil itu haram hukumnya dari segi konstitusi.
Kata Iqbal: “Mau Tunggu Raja Ampat Hancur Dulu?”
Dalam wawancara terpisah di Kompas TV, Iqbal menantang logika pemerintah:
“Mau tunggu Raja Ampat rusak dulu baru ditindak? Mau tunggu hancur baru sadar?”
Ia mengkritik lambannya respons negara, serta pembiaran terhadap PT GAG Nikel yang masih bebas beroperasi. Padahal UU dan peraturan menteri sudah jelas: tambang di pulau kecil dilarang. Titik.
Prabowo Cabut Izin, Tapi PT GAG Tetap Aman
Presiden Prabowo Subianto akhirnya turun tangan. Empat izin tambang dicabut:
-
PT Anugerah Surya Pratama
-
PT Nurham
-
PT Mulia Raymond Perkasa
-
PT Kawei Sejahtera Mining
Namun, PT GAG Nikel tetap aman. Pemerintah beralasan, perusahaan ini punya izin khusus sejak zaman Perpu No. 1 Tahun 2004. Menteri Bahlil bilang, GAG akan diawasi ketat, amdal-nya wajib paten, dan gak boleh ganggu terumbu karang.
Tapi kita tahu sendiri: di Indonesia, yang diawasi ketat seringkali justru demo, bukan perusahaan tambang.
Tambang vs Alam: Siapa yang Wahabi Sebenarnya?
Pertanyaan besarnya bukan siapa Wahabi, tapi: kenapa orang yang membela lingkungan dianggap ekstrem? Apakah menjaga ekosistem yang nyaris punah itu radikal?
Kalau aktivis lingkungan dibilang puritan, maka kita semua butuh lebih banyak “Wahabi” yang cinta bumi. Karena nyatanya, hutan kita makin habis, laut makin keruh, dan pulau-pulau makin bolong kena gali tambang.
Penulis : Irfan