Menu

Mode Gelap
“Sejarah Tahun Baru Islam: Dari Umar bin Khattab, Bid’ah, Berkah, dan Caption Galau Hijrah” Curhat ke Damkar karena Polisi Sibuk? Kisah Ibu Muda Bekasi yang Lapor KDRT ke Pemadam Kebakaran “Pak Prabowo, Saatnya Cabut Kabel Sistem Lama: Jangan Biarkan Indonesia Jadi Negara Kaya Rasa Miskin” Nggak Cuma Gaya, Sepatu ASICS Ini Bikin Mental Nggak Ambyar di Paris Fashion Week 2025 Dituduh Curi Besi Bekas Panggung, Pengusaha Pekalongan Ditahan Setelah Menolak Uang Damai Rp120 Juta Tanda Tangan Dipalsukan, Saham Dialihkan, Polisi Bilang: Itu Cuma Urusan Suami-Istri

Regional

Curhat ke Damkar karena Polisi Sibuk? Kisah Ibu Muda Bekasi yang Lapor KDRT ke Pemadam Kebakaran

badge-check


					Foto ilustrasi Korban Kekerasan (foto:Ist) Perbesar

Foto ilustrasi Korban Kekerasan (foto:Ist)

PRABA INSIGHT – “Saya cuma ingin ada yang dengar sebelum saya benar-benar mati,”
D, 26 tahun, korban KDRT yang curhat ke Damkar

Di negeri +62, di mana laporan pencurian sandal bisa diseriusin sampai penggeledahan, seorang ibu muda harus nekat lapor kekerasan rumah tangga ke petugas pemadam kebakaran. Bukan karena salah alamat, tapi karena keputusasaan yang sudah mentok di ubun-ubun.

Perkenalkan, D (26 tahun), warga Bekasi. Ia mengaku jadi korban KDRT oleh suaminya. Tapi alih-alih merasa dilindungi setelah melapor ke polisi, D justru merasa diabaikan. Dan ketika rasa sakit di kepala dan dada bercampur jadi satu, ia pun menelepon 112 dan bilang: “Saya mau bunuh diri.”

Yang datang? Bukan tim negosiator atau penyidik PPA. Tapi empat personel Damkar Bekasi, lengkap dengan semangat memadamkan apapun—termasuk nyala putus asa.

Polisi: Sudah Diproses, Santai Aja…

Kasi Humas Polres Metro Bekasi Kota, AKP Suparyono, memastikan laporan D tidak diabaikan.

“Sudah ditangani PPA. Korban sudah diantar visum. Kami sedang proses,” ujarnya, 25 Juni 2025.

Ia membantah keras kalau institusinya cuek. Bahkan, menurutnya, proses hukum sudah sesuai SOP. Yang artinya, ya… belum selesai. Tapi jangan khawatir, katanya, masih dalam pendalaman.

Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Kusomo Wahyu Bintoro, juga bilang hal yang sama:

“Sudah ditangani unit PPA.”

Korban: Lapor, Nunggu, Tanya Lagi, Dapat Janji Lagi

Versi D agak beda. Ia sudah melapor ke polisi pada 20 Juni 2025. Bahkan laporan itu sudah teregister resmi:
LP/B/1397/VI/2025/SPKT/POLRES METRO BEKASI KOTA/POLDA METRO JAYA.

Setelah visum dilakukan, ia menunggu kabar. Tapi yang datang hanya kalimat klasik:

“Nanti dikabari ya.”

Dan seperti pacar yang PHP, kabar itu tak kunjung datang. Kepala makin sakit. Hati makin sesak. Lalu D berpikir: “Kalau hukum nggak berpihak, mungkin pemadam bisa.”

Damkar Datang Bukan Bawa Air, Tapi Daya Hidup

Pagi-pagi buta, Selasa 24 Juni 2025 pukul 06.30 WIB, laporan darurat D masuk ke panggilan 112.
“Saya mau bunuh diri,” katanya.

Tanpa banyak tanya, tim Rescue Damkar langsung meluncur. Di lokasi, mereka melihat D dengan luka memar, telinga berdarah, dan tubuh lemas.

“Kami datang bukan untuk tangkap pelaku. Kami datang agar korban tetap hidup,” kata Eko Budi, anggota Tim Rescue.

Empat petugas Damkar lalu melakukan konseling darurat, sesuatu yang sebenarnya di luar jobdesk, tapi penting demi satu nyawa.

“Setelah kami beri penguatan mental, dia batal bunuh diri. Itu prioritas kami,” tambah Eko.

D: “Alhamdulillah, yang Dengar Saya Justru Damkar”

D merasa lebih tertolong oleh pemadam kebakaran daripada institusi hukum yang semestinya memberi perlindungan.

“Saya curhat ke Damkar, mereka langsung datang dan bantu. Saya diberi arahan, dan sekarang mau lanjut berobat,” ungkapnya.

Ironi: Di Negara Hukum, Nyawa Harus Diselamatkan Damkar

Cerita ini lebih dari sekadar laporan KDRT. Ini soal rasa percaya. Ketika korban kekerasan tak merasa aman di kantor polisi, tapi merasa lega di pos Damkar, kita sedang melihat cermin yang retak.

Ada yang salah dalam sistem penanganan korban. Karena prosedur hukum tanpa empati, cuma jadi pasal-pasal dingin yang menunggu tanggal main.

“Sudah ditangani,” kata aparat.
“Saya mau mati,” kata korban.
“Kami datang, Bu,” kata Damkar.

Sederhana, tapi menyentuh. Seharusnya tidak perlu jadi darurat bunuh diri dulu untuk membuat sistem tergerak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dituduh Curi Besi Bekas Panggung, Pengusaha Pekalongan Ditahan Setelah Menolak Uang Damai Rp120 Juta

27 Juni 2025 - 12:24 WIB

Tanda Tangan Dipalsukan, Saham Dialihkan, Polisi Bilang: Itu Cuma Urusan Suami-Istri

27 Juni 2025 - 10:06 WIB

“100 Hari Fachri Alkatiri: Janji Kampanye Kayak Sinetron Panjang, Dramatis, Tapi Nggak Tamat-Tamat

23 Juni 2025 - 09:26 WIB

Dari Tumpeng Hingga Tukang Becak: Ultah Jokowi dan Keheningan Politik yang Bising

22 Juni 2025 - 07:51 WIB

“Viral! Bripda Tipu Perempuan Pakai Modus Cinta Demi Pinjol, Polisi Belum Tindak, Masih Cek Fakta”

21 Juni 2025 - 07:01 WIB

Trending di Regional