PRABA INSIGHT – Drama Timur Tengah masuk babak baru. Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal resmi menambahkan Palestina ke daftar panjang negara yang diakui. Alasannya sederhana tapi getir: frustrasi melihat perang Gaza yang kayak sinetron gak tamat-tamat.
Pengakuan itu diumumkan para pemimpin mereka pada Minggu (21/9/2025) waktu setempat. Menurut Reuters, langkah ini dimaksudkan untuk mendorong jalan keluar yang sejak dulu jadi bahan pidato internasional: solusi dua negara.
Rusia, lewat juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, merespons dengan santai tapi tegas. “Kami tetap berkomitmen pada resolusi fundamental Dewan Keamanan PBB dan tetap berkomitmen pada posisi internasional tentang kemungkinan penyelesaian masalah Palestina-Israel berdasarkan pendekatan dua negara,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Ini tetap menjadi pendekatan kami, dan kami meyakini bahwa ini adalah satu-satunya cara yang mungkin untuk menemukan solusi bagi konflik yang sangat kompleks dan telah berlangsung lama ini, yang kini mungkin berada dalam tahap paling akut dan tragis dalam sejarahnya.”
Kalau dicatat, keputusan empat negara Barat itu cukup mengejutkan. Soalnya, mereka biasanya dikenal satu barisan dengan Israel. Tapi kali ini, mereka ikut barisan lebih dari 140 negara yang sudah lebih dulu mengakui Palestina. Rusia sendiri? Sudah sejak lama mengakui.
Nah, dari pihak Israel, reaksinya jelas: marah besar. PM Benjamin Netanyahu menyebut pengakuan itu sebagai “hadiah besar bagi terorisme”. Ia menegaskan, “Negara Palestina tidak akan didirikan di sebelah barat Sungai Yordan.”
Sementara Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menyambutnya dengan lapang dada. Menurutnya, pengakuan ini bisa membuka jalan bagi “negara Palestina untuk hidup berdampingan dengan negara Israel dalam keamanan, perdamaian, dan hubungan bertetangga yang baik.”
Tak cukup sampai di situ, Prancis kabarnya juga akan ikut mengakui Palestina pekan ini. Agenda resminya bakal diumumkan di forum Sidang Majelis Umum PBB di New York. Kalau benar terjadi, daftar negara pendukung Palestina makin panjang, dan tekanan diplomasi ke Israel makin kencang.(Van)