PRABA INSIGHT- Di negeri +62, sepak bola itu bukan sekadar soal gol, tapi juga soal flare, spanduk nyinyir, dan suporter yang kadang terlalu semangat sampai lupa mana batas aturan.
Dan seperti biasa, ketika emosi di tribun memuncak, Komite Disiplin PSSI datang membawa daftar dosa dan amplop berisi denda.
Tanggal 20-21 Mei 2025 jadi saksi: tiga klub papan atas, yakni Persib Bandung, Persija Jakarta, dan PSS Sleman, harus pasrah disikat Komdis gara-gara kelakuan suporter masing-masing yang terlalu “sayang” sama klub.
Persib Bandung: Nyala Flare, Nyala Juga Dendanya
Bicara soal suporter nekat, nama Persib selalu masuk daftar. Pada laga lawan Persita Tangerang (16 Mei 2025), Stadion jadi ajang pesta flare dan petasan.
Euforia? Mungkin. Tapi kalau bikin panitia pelaksana deg-degan dan regulator naik pitam, ya siap-siap saja kena getok.
Komdis langsung menulis dua angka cantik:
Denda Rp100 juta: flare dan petasan, sukses bikin langit stadion berwarna-warni
Denda tambahan Rp25 juta: karena suporter Persib hadir, padahal clearly dilarang
Total: Rp125 juta. Bukan cuma bikin kas klub kempes, tapi juga jadi pengingat kalau cinta buta bisa berujung bencana (dan tagihan).
Persija Jakarta: Nekat Datang, Klub yang Bayar
Macan Kemayoran tak mau kalah. Suporter mereka juga ngotot hadir di Stadion Maguwoharjo saat tim tandang ke markas PSS Sleman. Mungkin mereka pikir, “Ah, cuma nonton doang, masa gak boleh?”
Jawaban Komdis: “Gak boleh dan didenda Rp25 juta.”
Larangan suporter tamu itu bukan mitos. Tapi tetap saja, beberapa suporter berpikir mereka Spiderman: bisa muncul di mana saja, kapan saja. Hasilnya? Klub yang repot.
PSS Sleman: Teriak Protes, Panen Sanksi
Kalau Persib dan Persija dihukum karena suporter datang, maka PSS Sleman dihukum karena suporter terlalu heboh.
Usai dikalahkan Persija 1-3 (17 Mei 2025), suporter Super Elja tidak terima. Peluit panjang dibunyikan, mereka malah menyerbu lapangan. Kayak mau ikut latihan dadakan.
Komdis PSSI tidak menunggu lama. Satu-dua-tiga-empat, hukuman jatuh bertubi-tubi:
1. Tribun selatan ditutup dua laga kandang musim depan
2. Denda Rp270 juta karena keamanan jebol total
3. Denda tambahan Rp25 juta karena gagal cegah suporter Persija datang
4. Teguran keras gara-gara spanduk provokatif yang “terlalu kreatif”
Kalau sanksi ini disusun dalam satu paragraf, bisa jadi puisi tragis. Kalau dijumlahkan, bisa jadi beban anggaran musiman.
Sepak Bola Kita, Suporter Kita, Masalah Kita
PSSI sudah capek kasih peringatan. Tapi kayak sinetron jam prime time, ceritanya gak pernah berubah: flare, suporter maksa datang, tribun rusuh, lalu denda. Pertanyaannya: mau sampai kapan?
Sepak bola Indonesia butuh kedewasaan bukan cuma dari pemain dan ofisial, tapi juga dari tribun.
Karena kalau cinta sepak bola cuma diwujudkan dengan nyalain petasan atau nyusup ke stadion, ya jangan marah kalau klub kesayangan kena batunya.
Ingat: mencintai klub itu mulia, tapi mematuhi aturan itu wajib. Jangan sampai karena ulah suporter, klub jadi korban.
Dan seperti biasa, Komdis PSSI hanya bisa berkata: “Kami hanya menjalankan tugas negara.”
Penulis : Ristanto