PRABA INSIGHT- Setelah ditunggu-tunggu dan dinanti-nanti oleh umat Katolik sedunia (plus para wartawan yang kedinginan di Lapangan Santo Petrus), akhirnya dunia resmi punya Paus baru.
Kardinal Robert Prevost, pria berkebangsaan Amerika Serikat yang juga pernah lama jadi misionaris di Peru, kini resmi duduk di singgasana tertinggi Gereja Katolik Roma sebagai Paus Leo XIV.
Yes, Anda tidak salah baca. Leo XIV. Nama itu terakhir kali dipakai lebih dari satu abad lalu, oleh Paus Leo XIII yang wafat pada tahun 1903. Butuh 122 tahun untuk nama “Leo” kembali bertakhta. Kalau ini film Hollywood, judulnya mungkin “The Return of Leo.”
Paus Amerika Pertama dalam 2.000 Tahun Sejarah Gereja
Robert Francis Prevost adalah Paus ke-267 dalam sejarah Gereja Katolik. Dengan usia 69 tahun, beliau bukanlah pendatang baru dalam urusan pelayanan rohani.
Sebelum terpilih, beliau menjabat sebagai Prefek Departemen Uskup dan memimpin Komisi Kepausan untuk Amerika Latin di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus.
Dan ya, Leo XIV tercatat sebagai orang Amerika pertama yang menduduki tahta suci Vatikan dalam sejarah dua milenia Gereja Katolik. Sejarah baru sudah ditulis.
Konklaf Kilat dan Asap Putih yang Dramatis
Pemungutan suara untuk memilih Paus dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025 malam. Tidak sampai dua hari hanya sekitar 26 jam nama Robert Prevost pun keluar sebagai pemenang Konklaf.
Proses yang tergolong cepat untuk standar pemilihan Paus, yang biasanya bisa memakan waktu berhari-hari.
Sekitar pukul 00.20 WIB, Jumat dini hari, dunia menyaksikan momen dramatis dari balkon Basilika Santo Petrus.
Kardinal Proto-Diakon muncul dan mengucapkan kalimat sakral nan legendaris, “Habemus Papam!” kita memiliki Paus!
Mengapa “Leo”?
Pilihan nama “Leo” tentu bukan sembarangan. Nama ini sarat makna sejarah. Salah satu pendahulu Leo XIV, yakni Leo XIII, dikenal sebagai paus yang sangat peduli terhadap isu sosial dan keadilan bagi kaum buruh.
Pada tahun 1891, ia menulis Rerum Novarum, surat terbuka yang mengutuk dampak buruk Revolusi Industri dan memperjuangkan hak-hak pekerja.
Menurut Pastor Vito Crincoli yang diwawancarai Media lokal setempat, ABC News, para paus bernama Leo dikenal sebagai “paus yang kuat.” Nama Leo sering dikaitkan dengan kepemimpinan yang tegas dan penuh kasih.
“Belum tahu pasti kenapa beliau memilih nama Leo, tapi ini menarik untuk ditelusuri,” ujar Pastor Crincoli.
Siapa Nama Paus Paling Populer?
Setiap paus baru bukan cuma bikin penasaran umat soal siapa yang terpilih, tapi juga soal nama apa yang akan dipakai. Nama itu bukan cuma gelar, tapi simbol arah baru Gereja.
Dalam sejarah panjang Gereja Katolik, nama “Yohanes” adalah yang paling sering digunakan.
Total ada 23 paus yang memilih nama ini. Disusul oleh Benediktus dan Gregorius (masing-masing 16 kali), serta Clement dan Leo (14 kali).
Nama-nama ini bukan cuma soal tren, tapi membawa beban sejarah dan pesan moral yang mendalam.
Yohanes dikenal penuh kasih, Gregorius dikenal pembaru, dan Leo? Nah, Leo dikenal berani dan kuat.
Tradisi, Harapan, dan Babak Baru
Pemilihan nama Paus bukan sekadar simbolis. Ini seperti memilih judul buku untuk babak baru Gereja.
Dan dengan dipilihnya nama Leo XIV, tampaknya dunia Katolik tengah bersiap membuka lembaran baru yang semoga lebih manusiawi, adil, dan penuh cinta kasih.
Leo XIV, selamat datang di panggung sejarah.
Penulis : Stefanie Lengka.