PRABA INSIGHT- Di negara +62, urusan hukum kadang lebih rumit daripada nembak gebetan yang insecure.
Apalagi buat warga biasa yang uang buat beli pulsa aja pas-pasan, nyari bantuan hukum bisa jadi perjuangan hidup dan mati. Tapi tenang, sekarang ada kabar baik dari PBHI Jakarta.
Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Jakarta resmi meluncurkan situs web barunya di https://pbhijakarta.org.
Ini bukan website kaleng-kaleng. Situs ini dirancang khusus buat bantu warga, terutama yang kurang mampu, biar bisa dapet pendampingan hukum tanpa keluar duit sepeser pun.
Sekjen PBHI Jakarta, Yohanes Bidaya, bilang kalau ini adalah bagian dari komitmen PBHI Jakarta untuk bikin layanan hukum yang lebih manusiawi dan bisa diakses semua orang, bukan cuma yang kuat bayar.
“Kami menyadari pentingnya pemanfaatan teknologi dalam pelayanan publik, termasuk bantuan hukum. Dengan website ini, masyarakat bisa langsung mengakses informasi layanan, mengajukan permohonan bantuan hukum, dan berkomunikasi langsung dengan tim PBHI Jakarta secara online,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa, (17/06).
Dalam website ini, kamu bisa ngisi formulir permohonan bantuan hukum, baca artikel soal hak asasi manusia, cek dokumentasi kegiatan PBHI, sampai ngobrol langsung dengan tim hukum mereka. Praktis, tinggal modal HP dan koneksi internet (yang semoga nggak lemot).
Yohanes juga bilang kalau platform ini bakal terus dikembangkan supaya makin tanggap sama kebutuhan masyarakat. Karena katanya, gak ada lagi alasan orang kecil gak tau harus ngadu ke mana kalau ketiban masalah hukum.
“Kami tidak ingin ada lagi warga yang merasa sendiri atau tidak tahu ke mana harus mengadu saat menghadapi persoalan hukum,” katanya, setegas vonis hakim.
PBHI Jakarta juga mengajak masyarakat, terutama mereka yang selama ini cuma bisa pasrah kalau kena kasus, buat manfaatin layanan ini semaksimal mungkin. Karena keadilan itu hak semua orang, bukan hak eksklusif orang kaya dan influencer.
Dengan peluncuran situs ini, PBHI Jakarta makin mantap jadi benteng terakhir rakyat tertindas di tengah belantara hukum yang kadang lebih serem dari setan urban legend.