Menu

Mode Gelap
Jelang Munas BMI, Nama Romi Syah Putra Menguat Arah Politik Muda Demokrat Ditentukan di Sini Aroma Tak Sedap Tambang Ilegal di Jambi: Oknum Perwira Polda Diduga Jadi Beking BMI Siap Gelar Munas Perdana: Bursa Calon Ketum Memanas, Siapa yang Bakal Jadi Panglima Pasukan Muda Demokrat? Misteri Kematian Diplomat Muda di Menteng: Kepala Terlilit Lakban, CCTV Ungkap Detik-detik Terakhirnya Sidang Kasus Esemka: Penggugat Minta Pabrik Dicek, PT SMK Tegas Menolak Tom Lembong Curhat di Persidangan: “Saya Dijebak Gara-gara Dukung Anies!”

Regional

DKI Mau Subsidi Warga Penyangga, Jabar Masih Ogah Patungan: “Mendingan Beli Bus Sekolah”

badge-check


					DKI Mau Subsidi Warga Penyangga, Jabar Masih Ogah Patungan: “Mendingan Beli Bus Sekolah” Perbesar

PRABA INSIGHT- Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung sedang semangat jadi “abang sedekah” transportasi.

Demi mengurai kemacetan ibukota yang makin mirip parade motor gede tiap pagi, dia niat ngasih subsidi transportasi buat warga-warga di luar Jakarta termasuk Bogor, Bekasi, dan Depok.

Tapi, waktu ngajak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi buat patungan, jawabannya bikin Pramono mungkin mikir dua kali.

“Kalau urgensinya jelas, kami nggak masalah. Tapi kalau nggak terlalu genting, mending duitnya dipakai buat hal yang lebih mendasar,” ujar Dedi santai, seperti biasa pakai logika wong desa.

Kalau Jakarta sibuk ngomongin Transjakarta, Jabar masih sibuk mikirin jalan desa yang kalau hujan berubah jadi kolam lele.

Dedi nggak mau gegabah nyubsidi moda transportasi urban, sementara warganya di desa masih harus naik ojek bonceng tiga buat ke sekolah.

“Jakarta mungkin butuh Transjakarta, tapi Jabar itu isinya desa. Masalah kami beda,” lanjutnya, di acara di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (17/6/2025).

Dedi lebih milih nyiapin bus sekolah ketimbang kasih subsidi buat orang dewasa yang kerja ke Jakarta.

Alasannya simpel: anak-anak lebih butuh transportasi daripada bapak-bapak yang masih bisa nebeng truk pasir.

“Saya mikir ke depan, anak-anak jangan naik motor ke sekolah. Kita siapkan bus sekolah,” tegasnya.

Pramono: “Tenang, Warga Penyangga Mau Saya Gratiskan!”

Sementara itu, Pramono malah sudah pasang ancang-ancang bikin rute baru Transjabodetabek.

Lima sudah jalan: dari Blok M ke Alam Sutera, PIK, Bogor, sampai Bekasi. Lima lagi akan menyusul. Targetnya jelas: bikin warga penyangga naik bus, bukan mobil pribadi.

“Pemecah macet di Jakarta bukan nambah armada, tapi nambah rute keluar kota,” katanya.

Biar makin manjur, 15 golongan warga bakal digratiskan naik Transjabodetabek.

Daftarnya panjang, dari PNS, guru PAUD, pemilik KJP, lansia, disabilitas, sampe veteran dan TNI/Polri. Istilahnya, asal kamu punya kartu ajaib, bisa naik gratisan sampai Jakarta.

“Warga Bekasi, Depok, Cianjur, Tangerang, dan sekitarnya juga akan kami gratiskan,” janji Pramono.

Subsidi ini tentu bukan sulap. Dananya diambil dari dua jurus pamungkas: naikkan tarif parkir dan terapkan jalan berbayar alias ERP (Electronic Road Pricing).

Jadi, kalau kamu merasa parkir makin mahal dan jalanan ada alat pemindai aneh, ya itu dia: subsidi orang lain yang nikmatin.

“(Tarif) parkir pasti akan saya naikkan. ERP sepenuhnya buat subsidi warga luar Jakarta,” kata Pramono, mantap.

Rakyat Butuh Transportasi, Pemimpinnya Butuh Satu Frekuensi

Wacana subsidi Transjabodetabek ini memang terkesan mulia, tapi realitasnya beda tipis sama ngajak patungan arisan: ada yang langsung setuju, ada yang ngeles demi kebutuhan internal.

Pramono sudah siap turun tangan, Dedi masih ngitung beras dan sepatu anak sekolah.

Mungkin keduanya benar. Tapi kalau tak pernah satu frekuensi, jangan-jangan warga penyangga malah terus-terusan terjepit di tengah: kerja di Jakarta, tinggal di Jabar, disubsidi cuma oleh harapan.

 

Penulis : Alma Khairunnisa| Editor: Ivan 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Curhat ke Damkar karena Polisi Sibuk? Kisah Ibu Muda Bekasi yang Lapor KDRT ke Pemadam Kebakaran

28 Juni 2025 - 09:14 WIB

Dituduh Curi Besi Bekas Panggung, Pengusaha Pekalongan Ditahan Setelah Menolak Uang Damai Rp120 Juta

27 Juni 2025 - 12:24 WIB

Tanda Tangan Dipalsukan, Saham Dialihkan, Polisi Bilang: Itu Cuma Urusan Suami-Istri

27 Juni 2025 - 10:06 WIB

“100 Hari Fachri Alkatiri: Janji Kampanye Kayak Sinetron Panjang, Dramatis, Tapi Nggak Tamat-Tamat

23 Juni 2025 - 09:26 WIB

Dari Tumpeng Hingga Tukang Becak: Ultah Jokowi dan Keheningan Politik yang Bising

22 Juni 2025 - 07:51 WIB

Trending di Regional