Menu

Mode Gelap
Budi Arie Bertemu Jokowi Usai Reshuffle, Ini yang Dibahas Tertutup Selama 1 Jam Pesantren: Warisan Agung dan Tantangan Zaman Kasus Pertamina Patra Niaga: Kuasa Hukum Ingatkan Agar Penegakan Hukum Tak Kriminalisasi Kontrak Bisnis Kapolri Minta Gojek dan Grab Tambah Tombol Darurat: Kalau Ada Kejahatan, Ojol Siap Jadi Avengers Jalanan iPhone Fold: Ketika Apple Akhirnya Melipat Egonya (dan Ponselnya Sekalian) Kutukan Gua Andulan: Rumah Arwah yang Tak Pernah Tidur

News

Kapolri Minta Gojek dan Grab Tambah Tombol Darurat: Kalau Ada Kejahatan, Ojol Siap Jadi Avengers Jalanan

badge-check


					Kapolri Listyo Sigit Prabowo minta Gojek, Grab, dan Maxim buat fitur tombol darurat agar driver ojol bisa bantu lapor ke polisi lewat program Ojol Kamtibnas.(Foto: Istimewa) Perbesar

Kapolri Listyo Sigit Prabowo minta Gojek, Grab, dan Maxim buat fitur tombol darurat agar driver ojol bisa bantu lapor ke polisi lewat program Ojol Kamtibnas.(Foto: Istimewa)

PRABA INSIGHT – JAKARTA – Jakarta kota yang katanya tak pernah tidur, tapi warganya sering ngantuk di jalan. Di tengah hiruk-pikuk itu, muncul ide baru dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo: meminta Gojek, Grab, dan Maxim menambahkan fitur tombol darurat di aplikasi mereka. Fungsinya? Biar pengemudi ojol bisa langsung melapor ke polisi kalau melihat atau mengalami tindak kejahatan di jalan.

Fitur ini bagian dari program Ojol Kamtibnas, alias Ojek Online Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Program ini ingin melibatkan pengemudi ojol sebagai “mata tambahan” kepolisian  karena, ya, siapa lagi yang keliling kota dari pagi sampai malam selain mereka?

“Saya juga mendapatkan laporan bahwa yang ikut total sebenarnya hampir 400 ribu orang. Nantinya akan kita atur secara bertahap oleh Polda dan Polres jajaran. Kami menyambut baik Ojol Kamtibnas ini sebagai bentuk sinergitas antara Polri dan komunitas ojol dalam menciptakan stabilitas kamtibmas,” kata Sigit di Monas, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

Ketika Ojol Jadi Pahlawan Jalanan (Lagi)

Ide ini sebenarnya masuk akal. Kalau bicara siapa yang paling tahu kondisi jalan, driver ojol jawabannya. Mereka tahu di mana lampu merah rusak, di mana preman nongkrong, bahkan tahu mana warteg yang sambalnya paling jujur.

Jadi, ketika Polri ingin bekerja sama dengan aplikator seperti Gojek, Grab, dan Maxim untuk menambahkan fitur laporan cepat, logikanya mudah diterima.

“Polri akan bekerja sama dengan aplikator transportasi online untuk memasang aplikasi keamanan ke dalam sistem, sehingga rekan-rekan pengemudi ojek online dapat segera menghubungi personel Polri atau kantor polisi terdekat ketika menemukan atau mengalami tindak pidana di jalan,” jelas Sigit.

Tombol darurat ini nantinya diharapkan bisa mempercepat respons polisi. Tinggal tekan satu kali, laporan langsung terkirim ke pos polisi terdekat.

Tapi di luar niat baik itu, banyak pengemudi ojol yang masih bingung: kalau sudah lapor, lalu apa?

Sinergi atau Tambahan Shift Tak Dibayar?

Bagi banyak pengemudi ojol, program ini seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, mereka senang dianggap penting oleh negara. Tapi di sisi lain, ada rasa waswas jangan-jangan nanti mereka dituntut bertanggung jawab lebih dari sekadar melapor.

“Kalau cuma lapor sih nggak apa-apa. Tapi kalau harus ikut kejar pelaku, ya maaf, bensin saya udah tipis,” celetuk seorang driver di kawasan Cawang.

Pernyataan itu mungkin terdengar lucu, tapi menggambarkan keresahan nyata. Ojol bukan aparat, mereka pekerja harian. Setiap detik di jalan berarti potensi order  bukan laporan kriminal. Kalau Polri ingin menjadikan ojol mitra kamtibmas, wajar kalau mereka berharap ada perlindungan hukum dan kompensasi yang jelas.

Karena membantu negara memang mulia, tapi mulia saja tidak cukup untuk bayar cicilan motor.

400 Ribu Ojol, 400 Ribu Cerita Jalanan

Kapolri bilang sudah ada hampir 400 ribu ojol yang mendaftar di wilayah Jadetabek. Angka yang luar biasa kalau dikumpulkan di Monas, mungkin bisa bikin kemacetan versi deluxe.

Sigit yakin, dengan jumlah sebesar itu, Polri bisa punya jaringan keamanan yang cepat, efektif, dan berbasis warga.

“Dengan kekuatan teman-teman komunitas ojol yang ada di mana-mana, kami meyakini peran ojol dalam membantu menciptakan stabilitas kamtibmas dan melakukan pencegahan kejahatan akan sangat membantu kepolisian,” ujarnya.

Tapi lagi-lagi, masalahnya bukan di niat. Masalahnya di batas peran. Sebab, di lapangan, ojol sering jadi pihak pertama yang tahu ada masalah tapi juga yang paling rentan kalau terlibat langsung.

Ojol Kamtibnas: Ide Besar, Tapi Harus Realistis

Secara konsep, Ojol Kamtibnas bisa jadi inovasi sosial yang bagus: menggabungkan kecepatan teknologi, jangkauan warga, dan sistem keamanan negara. Tapi di dunia nyata, tidak semudah menekan tombol darurat.

Program ini butuh aturan jelas: bagaimana mekanisme laporan, siapa yang bertanggung jawab, dan bagaimana melindungi pengemudi jika mereka jadi saksi. Karena kalau tidak, niat baik ini bisa berubah jadi beban sosial baru bagi mereka yang sudah cukup lelah di jalan.

Pada akhirnya, Ojol Kamtibnas mengingatkan kita bahwa keamanan memang tanggung jawab bersama. Tapi tanggung jawab bersama juga butuh beban yang dibagi adil. Karena kalau ojol disuruh jaga jalan, melapor, dan tetap kejar target 10 order per hari ya, mungkin mereka lebih butuh fitur “lapor lelah” daripada “lapor kejahatan”. (Van)

Baca Lainnya

Kasus Pertamina Patra Niaga: Kuasa Hukum Ingatkan Agar Penegakan Hukum Tak Kriminalisasi Kontrak Bisnis

23 Oktober 2025 - 15:54 WIB

Saatnya Anak Negeri Pimpin Gunung Emas: Frans Pigome dan Florentinus Beanal Layak Jadi Pemimpin Freeport

23 Oktober 2025 - 13:41 WIB

Prabowo Mau Bangun Sekolah Terintegrasi, Biar Anak Pas-Pasan Nggak Kalah dari Anak Sekolah Elit

23 Oktober 2025 - 13:31 WIB

Belum Dapat Kerja? Tenang, Kemnaker Lagi Cari 80 Ribu Anak Magang!

23 Oktober 2025 - 13:23 WIB

Luhut Umumkan Utang Kereta Cepat Diperpanjang 60 Tahun, SIAGA 98: ‘Aneh dan Tidak Lazim’

22 Oktober 2025 - 13:59 WIB

Trending di News