|
PRABA INSIGHT- Di balik helm yang sudah pudar warnanya, jaket yang mulai lusuh, dan ponsel yang terus berbunyi, para pengemudi ojek online terus tancap gas demi satu tujuan: cari rezeki halal buat hidup yang lebih layak. Tapi, apa iya layak itu cuma bisa sebatas makan siang kenyang dan tagihan listrik terbayar? Ternyata enggak.
Karena akhirnya, pemerintah sadar juga: driver ojol juga manusia, butuh rumah, bukan cuma rest area.
Lewat program rumah subsidi, pemerintah mengalokasikan 2.000 unit khusus buat para mitra Gojek. Bukan buat influencer, bukan buat artis TikTok. Tapi buat mereka yang benar-benar mengaspal setiap hari dari subuh sampai tengah malam.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait yang akrab dipanggil Ara bilang kalau ini adalah bagian dari janji Presiden Prabowo yang pengin rumah subsidi tepat sasaran. Dan driver Gojek, menurut beliau, adalah salah satu yang paling layak.
”Jadi, diawali dari arahan Presiden Prabowo kepada saya sebagai Menteri, bagaimana perumahan atau rumah subsidi ini bisa tepat sasaran dan juga diberikan kepada masyarakat yang sesuai kriteria,” ujar Maruara Sirait dalam Konferensi pers, Rabu, (09/04).
Dari 2.000 unit yang disiapkan, dibagi dua: 1.000 buat pengemudi roda dua, 1.000 buat yang roda empat. Tapi jangan senang dulu, karena tentu saja ada syaratnya. Penghasilan maksimal untuk yang sudah berkeluarga adalah Rp8 juta per bulan, sedangkan untuk yang masih jomblo, eh, belum menikah masih dibahas lebih lanjut. Di Papua, angkanya sedikit lebih tinggi.
Ara juga bilang, data soal siapa saja yang layak ini lagi di-update bareng BPS. Soalnya, data lama sudah nggak relevan. “Masa iya masih pakai acuan zaman harga bensin masih lima ribu?” kurang lebih begitu maksudnya.
FYI, total rumah subsidi yang disiapkan tahun ini mencapai 220.000 unit. Pemerintah bagi-bagi ke berbagai profesi: petani, buruh, nakes, Polri, sampai jurnalis pun kebagian (katanya sih 1.000 unit, walau kita tahu nasib jurnalis dan ojol sering kali mirip kerja keras, gaji pas-pasan, dan sering dianggap remeh).
Sementara itu, Gojek pun sumringah. Direktur Utama Gojek, Patrick Walujo, bilang bahwa Gojek sebenarnya sudah punya program sejenis sejak 2018 bernama “Swadaya.” Tapi, ya gitu deh, skalanya kecil dan belum menjangkau banyak mitra.
Makanya, ketika pemerintah kasih angin segar lewat kebijakan ini, Gojek langsung ambil ancang-ancang buat kerja sama dengan BTN dan lembaga lain. Tujuannya? Bikin skema pembiayaan yang masuk akal. Bukan yang cicilannya bikin dompet menjerit setiap tanggal tua.
”Dan kita sangat bahagia dan sangat mendukung bahwa di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo dan Bapak Menteri ada kebijakan untuk kelonggaran-kelonggaran kriteria penerima kredit perumahan rakyat untuk rumah rakyat ini,” kata Patrick.
Dan betul juga. Buat banyak driver ojol, pulang ke rumah itu bukan perkara GPS atau maps. Tapi soal punya tempat yang benar-benar milik sendiri. Yang bisa dipasang poster sepak bola, foto keluarga, dan… jemuran tanpa takut ditegur ibu kos.
Akhir kata, semoga program ini beneran jalan, bukan cuma viral sebentar. Karena ojek online pun punya mimpi dan rumah sendiri seharusnya bukan lagi sekadar mimpi.