Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Crime

Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding

badge-check


					foto ilustrasi Perbesar

foto ilustrasi

PRABA INSIGHT- Setelah sekian minggu publik bertanya-tanya soal kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan, akhirnya polisi buka suara. Bukan pakai kode Morse, bukan juga lewat puisi. Tapi lewat konferensi pers yang digelar dengan cukup serius, Selasa (29/7/2025).

Kematian Arya yang ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat itu sempat bikin netizen bergidik. Ada yang curiga dibunuh, ada yang menduga depresi, ada juga yang sok jadi detektif medsos. Tapi hasil penyelidikan polisi dan tim forensik bilang lain.

“Indikator kematian Arya Daru mengarah pada meninggal tanpa keterlibatan orang lain,” ujar Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra.

Artinya, tidak ada indikasi pembunuhan. Polisi juga tidak menemukan unsur pidana dalam kasus ini. Jadi buat kamu yang udah siap-siap nyusun thread teori konspirasi, mungkin bisa istirahat dulu.

Tak Ada Ancaman, Cuma Riwayat Cari Obat dan Kesehatan Mental

Polisi yang menyisir isi laptop dan ponsel Arya pun nggak nemu jejak digital ancaman apa pun. Nggak ada pesan terakhir yang bikin merinding, nggak ada dokumen misterius, apalagi video perpisahan ala film Netflix.

Yang ditemukan cuma history pencarian soal penyakit yang diderita korban. Jadi, kayaknya Arya sempat konsultasi dengan Google sebelum ajal menjemput.

Temuan menarik datang dari Ketua Apsifor, Nathanael E. J. Sumampouw. Ia mengungkap kalau Arya sempat mengakses layanan kesehatan mental secara daring pada 2021. Ternyata, sejak 2013 Arya sudah punya catatan psikologis.

Arya dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab, peduli, dan rajin kerja. Tapi, menurut tim psikolog, ia menyimpan semua emosi negatifnya dalam-dalam. Mirip kayak orang yang kelihatannya tegar, tapi ternyata di dalamnya berkecamuk.

“Tekanan itu dihayati secara mendalam dan memengaruhi cara almarhum memandang diri, lingkungan, dan masa depan,” kata Nathanael.

Hasil Autopsi: Gangguan Pernapasan dan Luka Akibat Kekerasan Tumpul

Dari sisi medis, dr. Yoga Tohijiwa dari RSCM menjelaskan penyebab kematian Arya adalah gangguan saluran pernapasan yang menyebabkan mati lemas. Tapi ada catatan penting: di tubuh Arya ditemukan luka dan memar.

Mulai dari luka lecet di pipi, leher, bibir, sampai memar di kelopak mata dan lengan kanan. Meski begitu, dokter tidak menemukan tanda-tanda resapan darah di otot leher, yang biasanya jadi indikator kekerasan fatal.

“Luka-luka itu akibat kekerasan tumpul,” jelas dr. Yoga. Tapi jangan buru-buru nyimpulin. Karena ternyata semua itu belum cukup buat menyimpulkan adanya tindak kriminal.

Paru-paru Arya mengalami pembengkakan dan pelebaran pembuluh darah. Tapi, tak ada racun atau zat berbahaya yang ditemukan dalam tubuhnya.

Yang Terdeteksi: Obat Flu dan CTM

Nah, bagian yang cukup membingungkan tapi penting: tubuh Arya justru mengandung dua zat yang sering kamu temukan di warung—paracetamol dan CTM (Chlorpheniramine Maleate).

Menurut AKP Ade Laksono dari Puslabfor Polri, dua zat ini biasa ditemukan di obat flu dan alergi. Efeknya? Bikin ngantuk, bikin rileks. Tapi bukan sesuatu yang mematikan dalam dosis umum.

“Tidak terdeteksi racun berbahaya seperti sianida, arsenik, alkohol, atau narkoba,” tegasnya.

Jadi, Arya Daru Meninggal Karena Apa?

Secara medis: gangguan pertukaran oksigen di saluran napas atas.
Secara psikologis: memendam tekanan dan beban emosional.
Secara digital: tidak ada jejak ancaman.
Secara kimia: hanya ditemukan obat flu biasa.

Kesimpulannya? Kematian Arya Daru memang menyedihkan, tapi tidak mengarah ke pembunuhan atau bunuh diri yang direncanakan. Ini soal kompleksitas fisik dan psikis yang bertemu di satu titik. Titik yang sayangnya berujung pada kematian. (And)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *