Menu

Mode Gelap
Roy Suryo Ngaku Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu: Dari Error Level Analysis Sampai Ngulik Foto Pakai Face Recognition Ribuan Orang Kumpul di Ciracas: Munajat 1000 Doa, Santunan Rakyat, dan Hadiah Umrah Gratis dari Haidar Alwi Mau Kepoin Lokasi Orang Cuma Pakai Nomor HP? Nih Cara Paling Gampang Capek, Lihat Pemimpin Cuma Jago Webinar? Akademi SaDaya Hadir Bikin Pemimpin Sosial yang Mau Kerja, Bukan Cuma Ceramah Robi Syianturi Tembus 2 Jam 15 Menit, Pecahkan Rekor Asia Tenggara di Gold Coast Marathon Tarif Ojol Mandek Tiga Tahun, SePOI Desak DPR Segera Tuntaskan UU Transportasi Online

Kolom Angker

Urban Legend Anang Ajar: Kutukan Sungai Berdarah di Mahakam

badge-check


					Urban Legend Anang Ajar: Kutukan Sungai Berdarah di Mahakam Perbesar

PRABA INSIGHT – Hujan mengguyur deras di sepanjang bantaran Sungai Mahakam malam itu. Kabut tipis mengambang di permukaan air, menyelimuti desa-desa kecil yang berbaris di tepiannya. Aroma tanah basah dan gemerisik dedaunan menambah kesan muram.

Di antara riak-riak sungai, sesosok bayangan hitam tampak berdiri di bawah pohon besar, matanya menatap lurus ke arah perkampungan.

Warga menyebutnya Anang Ajar, sosok penunggu sungai yang dipercaya membawa kutukan bagi siapa saja yang berani melintasi Mahakam pada malam Jumat Kliwon.

Cerita itu sudah beredar turun-temurun, dianggap tak lebih dari sekadar mitos oleh sebagian orang. Namun, bagi mereka yang pernah melihatnya, Anang Ajar adalah kenyataan yang tak bisa disangkal.

Kisah bermula puluhan tahun lalu, ketika seorang lelaki paruh baya bernama Tupa menemukan tubuh anaknya mengambang di sungai dengan luka-luka aneh di sekujur tubuh. Tidak ada tanda perlawanan, seolah-olah bocah itu menyerahkan dirinya tanpa suara.

Warga mengatakan itu ulah buaya atau arus sungai yang deras, tapi Tupa yakin ada sesuatu yang lebih gelap mengintai di dasar sungai. Sesuatu yang menuntut tumbal.

Sejak kematian anaknya, Tupa menjadi sosok yang pendiam. Ia kerap terlihat duduk di tepi sungai saat senja, berbicara sendiri seakan tengah berdialog dengan seseorang yang tak kasatmata.

“Anak itu sudah kembali,” katanya suatu hari, wajahnya pucat dengan mata yang kosong. Warga menganggapnya gila, sampai suatu malam suara tangis terdengar dari arah sungai.

Suara itu tak menyerupai manusia, terlalu dalam dan serak. Beberapa warga yang nekat mencari sumber suara berakhir tak kembali.

Mereka yang selamat menggambarkan sosok besar dengan tubuh bersisik, mata merah menyala, dan tangan yang panjang menjulur dari permukaan air.

Anang Ajar, begitu warga menamainya. Sosok yang dipercaya sebagai jelmaan roh penasaran yang haus akan nyawa. Sejak saat itu, tidak ada yang berani menyeberangi sungai saat malam tiba.

Anang Ajar adalah penunggu yang sabar, menanti langkah kaki manusia yang lengah di bibir sungai.

Namun, tidak semua orang percaya. Hingga suatu malam, seorang pemuda bernama Danu menantang kutukan itu. Ia menyeberangi sungai dengan perahu kecilnya saat kabut turun tebal.

Tidak ada yang melihatnya kembali, kecuali perahu kosong yang hanyut esok paginya, dengan jejak tangan panjang mencengkeram sisi-sisinya.

Duka melingkupi keluarga Danu, dan ketakutan menyebar di antara penduduk desa. Orang-orang mulai memasang sesajen di tepi sungai, membakar dupa dan melemparkan bunga-bunga ke dalam air yang hitam pekat. Mereka berbisik dalam doa, berharap Anang Ajar tak lagi mengambil nyawa orang terkasih.

Tetua adat memutuskan mengadakan ritual pembersihan. Para pemangku adat, lengkap dengan pakaian tradisional, berdiri di tepian sungai, mengucapkan mantra-mantra kuno yang dipelajari turun-temurun.

Asap kemenyan mengepul tebal, bercampur dengan aroma dupa yang menyengat. Air sungai tampak beriak, seolah berbisik mengikuti alunan mantra.

Namun, sesuatu yang tak diharapkan terjadi. Riak kecil di permukaan berubah menjadi gelombang. Para tetua saling pandang dengan wajah penuh tanya. Seketika, suara erangan panjang menggema dari dasar sungai. Semua orang tercekat, beberapa jatuh bersimpuh, menangis histeris.

Di antara gemuruh air yang mengamuk, sesosok tubuh bersisik muncul perlahan, matanya merah menyala. Tangan panjangnya menjulur, seakan mencari seseorang di antara kerumunan.

Sejak saat itu, ritual pembersihan tak pernah dilakukan lagi. Sungai Mahakam tetap menjadi misteri yang diselimuti kabut dan bisik-bisik ketakutan. Anang Ajar tetap menunggu, sabar dan abadi, di antara riak-riak air yang tak pernah tenang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dibalik Cerita Legenda Hantu Sumala: Teriakan Terakhir dari Dasar Sumur

3 Juli 2025 - 19:56 WIB

Cerita Seram Pasar Setan Gunung Lawu dan Kain Hitam Misterius

19 Juni 2025 - 16:12 WIB

Cerita Mistis Alas Roban: “Jalan Sunyi Para Arwah”

19 Juni 2025 - 15:05 WIB

“Kisah Sari Menemui Nyi Roro Kidul dan Menukar Dirinya Demi Adiknya yang Hilang”

6 Juni 2025 - 20:28 WIB

“Rahasia Terlarang di Tanah Naga: Legenda Mistis Pulau Komodo”

29 Mei 2025 - 16:55 WIB

Trending di Kolom Angker