PRABA INSIGHT – Final Liga Champions musim 2024/2025 yang seharusnya jadi panggung kejayaan bagi Inter Milan malah berubah jadi mimpi buruk.
Bertanding di Allianz Arena, pasukan Simone Inzaghi dibantai habis-habisan oleh Paris Saint-Germain dengan skor mencolok: 0-5 tanpa balas. Ya, benar. Bukan typo. Nol. Lima.
Awal musim sebenarnya berjalan manis buat Inter. Mereka sempat berada di jalur treble winner masih punya kans menggondol Scudetto, Coppa Italia, dan tentu saja Liga Champions.
Tapi ya itu tadi, hidup tidak selalu berjalan seperti kalkulasi game Football Manager. Yang ada, Inter musim ini malah boncos total.
Final Liga Champions kontra PSG itu seolah jadi klimaks dari drama tragis Nerazzurri.
Bagaimana tidak, tim yang dikenal punya lini pertahanan rapat justru remuk redam oleh serangan Les Parisiens.
Gol-gol dari Achraf Hakimi (12’), Desire Doue (20’, 63’), Khvicha Kvaratskheila (73’), dan Senny Mayulu (86’) menjadi saksi bahwa malam itu Inter benar-benar kalah kelas.
Yang bikin fans makin geram, bukan cuma skor besar. Tapi fakta bahwa ini final, panggung terbesar klub Eropa, dan Inter justru tampil seperti tim papan tengah Serie B.
Tak ayal, spekulasi soal masa depan Simone Inzaghi langsung menyeruak. Apakah sang pelatih akan jadi tumbal dari kegagalan total ini?
Namun, di tengah badai kritik dan tagar #InzaghiOut yang mulai berseliweran di media sosial, Presiden Inter Milan Beppe Marotta tampil sebagai tameng.
Dalam wawancara pasca laga dengan Sky Sport Italia, Marotta menegaskan bahwa posisi Inzaghi masih aman. Tidak ada rencana pemecatan. Setidaknya untuk sekarang.
“Lawan kami memang lebih unggul di semua lini malam ini. Tapi itu tidak mengubah penilaian kami terhadap musim ini secara keseluruhan. Perjalanan ke final juga merupakan pencapaian besar,” ujar Marotta, mencoba meredakan bara amarah fans.
Ia juga menyebut bahwa Inter musim ini sudah menjalani 59 pertandingan di semua kompetisi. Capek, Bung.
Tapi ya tetap saja, kalah 0-5 di final bukan hal yang bisa dicerna dengan teh manis dan kata-kata motivasi.
Meski begitu, Marotta tetap kukuh. Ia bahkan menyebut Inzaghi masih punya kontrak setahun lagi dan layak diberi kesempatan.
“Kami akan duduk bersama pekan depan, dan tidak ada evaluasi mendadak,” pungkasnya.
Buat fans Inter, ini tentu jadi dilema. Di satu sisi, Inzaghi adalah sosok yang membawa mereka kembali ke panggung final UCL dua kali dalam tiga musim terakhir. Di sisi lain, hasil akhir musim ini adalah nol trofi.
Apakah Inzaghi tetap layak diberi kepercayaan? Atau justru Inter butuh wajah baru untuk menyuntikkan energi segar? Satu hal yang pasti: musim depan akan jadi ujian terakhir bagi Inzaghi. Dan jika musim depan kembali boncos, tak ada jaminan Marotta bakal tetap pasang badan.
Penulis : Ristanto