PRABA INSIGHT – Keluhan soal susahnya cari kerja di Indonesia ibarat hujan di bulan Desember: deras, rutin, dan bikin malas ke luar rumah.
Tapi Menteri ESDM Bahlil Lahadalia punya pandangan berbeda. Menurutnya, yang kurang bukan lapangan kerja, tapi rasa syukur.
“Kalau ada yang bilang lapangan kerja nggak ada, saya rasa itu waktunya kita introspeksi bareng-bareng. Jangan kufur nikmat,” kata Bahlil di acara Human Capital Summit 2025, Rabu (4/6), dengan wajah serius tapi nada yang bisa bikin panas kuping pengangguran militan.
Katanya, Energi Terbarukan Akan Buka 6 Juta Pekerjaan
Bahlil tidak cuma menyuruh rakyat bersyukur, ia juga menyodorkan data berupa prediksi: sektor energi dan sumber daya mineral yang sedang migrasi ke arah energi bersih akan membuka 6,3 juta lapangan kerja sampai 2030.
Lumayan, ya, daripada nunggu job fair yang isinya “pengalaman minimal 2 tahun, umur maksimal 25 tahun”.
“Kita butuh 6,2 sampai 6,3 juta tenaga kerja ke depan. Ini nyata, bukan mimpi,” katanya, menegaskan dengan nada yang lebih cocok untuk presentasi ke investor.
Masalahnya, Produksi Minyak Kita Udah Nggak Seperkasa Dulu
Bahlil juga nostalgia sebentar, mengenang masa kejayaan lifting minyak nasional tahun 90-an, yang kala itu bisa mencapai 1,6 juta barrel per hari. Sekarang? Turun drastis, seperti semangat hidup pasca THR habis.
Makanya, pemerintah sekarang sibuk mendorong hilirisasi. Bukan cuma nambang dan ngebor, tapi juga ngolah sampai ke tahap akhir biar ekonomi naik kelas dan lapangan kerja makin banyak.
Targetnya ambisius: hilirisasi di semua lini, dari tambang, pertanian, perikanan, sampai perkebunan. Biayanya? Cuma sekitar 618 miliar USD sampai 2040. Enteng kan?
“Itu datanya Pak Nurul waktu saya masih di Kementerian Investasi. Jadi bukan asal klaim,” ujarnya,
Tapi… BPS Bilang, Pengangguran Naik Loh Pak
Di tengah semangat Bahlil yang membara, BPS datang membawa kenyataan yang pahit: per Februari 2025, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia tembus 7,28 juta orang.
Naik tipis 83 ribu dari tahun sebelumnya. Ibarat luka kecil, tapi tetap perih.
Meski begitu, jumlah orang yang bekerja juga naik. Sekarang ada 145,77 juta penduduk yang bekerja.
Yang kerja full-time, 35 jam seminggu ke atas, jumlahnya 96,48 juta orang. Sisanya, 37,62 juta, kerja paruh waktu mungkin sambil jadi buzzer freelance atau driver ojol jam nanggung.
Jadi, Siapa yang Harus Introspeksi?
Bahlil menyuruh rakyat bersyukur, BPS menyodorkan data pengangguran, dan netizen tetap update CV di job portal yang isinya “lowongan sales bersedia kerja shift”.
Masalah pengangguran ini memang bukan cuma soal “ada atau nggaknya lapangan kerja”.
Tapi juga soal kualitas pekerjaan, sebarannya, kecocokan skill, dan apakah pekerja bisa hidup layak dari gaji yang ditawarkan.
Karena, kalau peluang kerja hanya ada di sektor yang butuh skill tinggi, sementara lulusan kita masih sibuk ngafalin ISO di kampus, ya tetap aja nggak nyambung.
Mungkin, yang kita butuh bukan cuma optimisme pejabat, tapi juga jalan konkret biar masyarakat nggak cuma disuruh bersyukur, tapi juga bisa bersenang-senang tanpa was-was tiap awal bulan.
Penulis : Ivan