PRABA INSIGHT-Hari Senin malam, 7 april 2025, Jakarta sedikit lebih hangat dari biasanya. Bukan karena cuaca, tapi karena ada pertemuan yang diam-diam bisa bikin suhu politik adem atau justru mendidih dalam jangka panjang. Prabowo Subianto, Presiden terpilih RI, resmi bersua dengan Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng.
Pertemuan yang sempat digosipkan sejak Pilpres 2024 ini akhirnya benar-benar kejadian. Bukan lewat panggilan Zoom, bukan juga lewat surat utusan, tapi tatap muka langsung, satu lawan satu. Konon, durasinya satu jam. Tapi dalam politik, satu jam bisa terasa seperti satu tahun kalau isi obrolannya cukup berbobot.
Kopi, Kursi, dan Komunikasi
Apa yang dibicarakan? Belum ada bocoran detail. Tapi yang jelas, pertandingan panas Pilpres sudah usai, dan yang tersisa adalah diplomasi-diplomasi sunyi seperti ini. Yang biasanya tidak dijelaskan panjang lebar, tapi dampaknya bisa menimbulkan gelombang politik setinggi ombak Selatan.
Sumber dari internal PDIP membenarkan pertemuan ini, meski ogah disebutkan namanya. Karena, ya begitulah politik: kadang pelukannya nyata, tapi narasinya masih samar-samar. Tapi faktanya satu: Prabowo datang, Megawati menerima.
Politik Lembut ala Prabowo
Dari sisi kubu Prabowo, responsnya positif. Sekjen Partai Golkar, Sarmuji, menyebut ini sebagai bukti kerendahan hati Prabowo. Karena, ya, nggak banyak tokoh politik yang habis menang pemilu langsung sowan ke lawan lamanya. Biasanya, yang kalah yang datang minta restu. Tapi kali ini agak beda.
“Ini bentuk kerendahan hati, dan membawa energi positif bagi bangsa,” kata Sarmuji.
Sementara itu, dari kubu PAN, Wakil Ketua Umum sekaligus Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno, ikut menyambut baik. Menurutnya, pertemuan ini bikin suasana politik jadi damai dan teduh. Dua kata yang cukup jarang ditemukan di kolom komentar Instagram politisi.
Megawati dan Isyarat Politik
Megawati sendiri selama ini dikenal tak mudah ditemui, apalagi oleh lawan politik yang pernah “adu senggol” di masa lalu. Maka, ketika akhirnya pintu rumah di Teuku Umar terbuka buat Prabowo, itu sudah jadi isyarat lebih besar dari sekadar basa-basi. Entah itu sinyal rekonsiliasi, pembentukan barisan besar, atau mungkin seperti kata anak Twitter “lagi testing the water”.
Yang jelas, politik Indonesia sedang masuk babak baru. Dan seperti biasa, babak baru ini dimulai bukan di ruang sidang, tapi di ruang tamu.