PRABA INSIGHT- JAKARTA – Kalau politik Indonesia punya panggung stand-up comedy, mungkin minggu ini giliran Anies Baswedan yang dapet spotlight.
Pasalnya, mantan calon presiden itu baru aja lempar sindiran ke pemerintahan Prabowo-Gibran. Katanya, praktik birokrasi sekarang makin jauh dari prinsip integritas dan meritokrasi.
Dalam acara Dialog Kebangsaan di Semarang (8 Oktober 2025) dan Padang (1 November 2025), Anies menilai jabatan publik kini nggak lagi ditentukan oleh kompetensi, tapi oleh koneksi politik. Intinya, yang punya kenalan kuat bisa dapat posisi strategis, sementara yang punya kemampuan kadang cuma dapat tepuk tangan.
Selain itu, Anies juga mempertanyakan realisasi janji-janji besar Prabowo-Gibran. Sudah satu tahun lewat, tapi katanya baru sekitar 20 persen janji yang terealisasi. Ia juga nyenggol tiga keresahan utama rakyat: urusan makan, urusan kerja, dan urusan masa depan.
Kritik yang, kalau di medsos, mungkin udah dapat ribuan like dan debat panjang di kolom komentar.
Sandri Rumanama: Kritiknya Emosional, Nggak Substantif
Nah, kritik Anies ini langsung di-counter oleh Sandri Rumanama, aktivis nasional sekaligus Direktur Haidar Alwi Institut. Ia bilang, komentar Anies cenderung emosional dan nggak substantif.
“Saya rasa kritikan beliau terkesan emosional dan tidak subtantif. Namanya juga jabatan politik ya harus punya koneksi politik. Tapi sejauh ini, komposisi kabinet merah putih udah profesional kok. Yang nggak profesional yang mana?” kata Sandri dengan nada santai tapi menusuk.
Sandri, yang juga Wakil Ketua Umum PB SEMMI (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia), bahkan menegaskan kalau pemerintahan Prabowo-Gibran sudah cukup progresif.
“Sudah terealisasi janji-janji politik Prabowo-Gibran kok selama satu tahun pemerintahan. Artinya sudah 20 persen progresif,” ujarnya.
Program Pemerintah Katanya Sudah Jalan, Nggak Cuma Janji
Sandri kemudian buka daftar pencapaian pemerintah kayak lagi nunjukin catatan nilai ujian ke orang tua. Menurutnya, tiga hal yang dikritik Anies makan, kerja, dan masa depan udah dijawab lewat berbagai program.
Mulai dari Swasembada Pangan, Makan Bergizi Gratis, Sekolah Rakyat, sampai Koperasi Merah Putih. Semua, katanya, udah jalan.
“Untuk urusan kerja, berbagai program magang dan padat karya berhasil menekan angka pengangguran,” ujar Sandri.
Ia pun bawa data dari BPS buat memperkuat argumennya. Katanya, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2025 turun jadi 4,76 persen, berkurang 0,15 persen dibanding Agustus 2024.
Turun dikit, tapi lumayan lah, nggak cuma turun di janji.
Sandri juga nyebut beberapa program yang digadang-gadang bantu pekerja: Tenaga Kerja Mandiri, Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP), dan Bantuan Subsidi Upah (BSU). Bahkan pemerintah daerah juga aktif bikin job fair virtual dan aplikasi lowongan kerja.
“Kritik Boleh, Tapi Jangan Asal Retorika”
Menutup pernyataannya, Sandri nggak menolak kritik. Ia cuma minta biar kritik ke pemerintah disampaikan dengan data, bukan sekadar retorika.
“Kita semua punya tugas yang sama seperti Pak Anies, mengontrol dan mengkritik pemerintahan Prabowo-Gibran. Tapi harus berdasarkan data, realitas, fakta, bukan cuma retorika,” pungkasnya. (Van)






