Menu

Mode Gelap
Komposisi Komite Reformasi Polri Sudah Proporsional: Seimbang Tak Harus Sama Banyak Huawei Mate 70 Air: Ponsel Tipis Saingan iPhone 17 Air, tapi Baterainya Nggak Tipis-Tipis Amat GMMB Apresiasi Kombes Alfian Nurrizal: Tangani Kerusuhan Jakarta Timur dengan Kepala Dingin Sebelum Wafat, Antasari Azhar Titip Pesan Menohok buat Presiden Prabowo: “Tetap Teguh Berantas Korupsi” Sandri Rumanama: Reformasi Polri Harus Dimulai dari Dalam, Bukan Sekadar Ganti Seragam Dikira Sudah Meninggal, Ternyata Masih Dioperasi: Pelaku Ledakan SMAN 72 Diduga Korban Bullying

News

Aplikator dipanggil Kemenaker Buntut BHR Seharga Cilok

badge-check


					Foto ilustrasi (AI) Perbesar

Foto ilustrasi (AI)

PRABA INSIGHT- Di tengah jalanan kota yang penuh klakson dan deru knalpot, para driver ojol kembali dihantam kenyataan yang pahitnya kayak kopi sachet tanpa gula: Bonus Hari Raya (BHR) sebagian besar mereka tahun ini cuma Rp50 ribu.

Iya, beneran. Lima puluh ribu. Kalau mau boros dikit, bisa langsung habis buat beli cilok sama es teh manis.

Nah, karena kegaduhan ini mulai bikin telinga panas, Kemnaker (Kementerian Ketenagakerjaan) akhirnya turun tangan.

Bukan dengan demo dadakan, tapi lewat jalur elegan: memanggil para bos aplikator. Mulai dari Gojek, Grab, sampe yang logonya masih susah dibedakan dari aplikasi pinjol.

Bonus atau Basa-Basi?

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer atau lebih akrab dipanggil Noel dengan gaya khas santainya bilang bahwa soal BHR ini nggak bisa cuma diseret ke status “mitra” atau “bukan karyawan tetap”.

Walaupun hubungan kerja driver sama aplikator sifatnya kayak teman tapi mesra (alias kemitraan), tapi bukan berarti bisa semena-mena soal hak.

“Jangan mentang-mentang statusnya freelance, jadi haknya ikut-ikutan fleksibel juga,” kata beliau. Dan kita semua tahu, fleksibel itu kadang cuma alasan buat nggak ngasih jaminan apa-apa, kayak hubungan sama mantan mu dulu..cieee..HTS.

Aplikator Dipanggil, Suasana Mulai Gerah

Panggilan Kemnaker ini bukan sekadar basa-basi. Ini bentuk serius bahwa negara (akhirnya) ikut nimbrung dalam drama ojol dan BHR-nya.

Tujuannya jelas: cari formula BHR yang manusiawi. Biar para driver yang tiap hari ngebut di jalanan, nyalip angin dengan kecepatan cahaya nggak cuma dapat bonus setipis saldo akhir bulan.

Kemnaker maunya ada perubahan. Bukan cuma angka BHR-nya yang naik, tapi juga cara pandang terhadap prinsip kerja-kerja digital.

Ojol itu bukan cuma “orang yang antar pesanan,” tapi tulang punggung ekonomi harian sebagian orang.

Akhir Cerita atau Babak Baru?

Pertanyaannya sekarang: akankah ini jadi awal dari perubahan sistemik, atau sekadar gimik manis yang nasibnya kayak notifikasi flash sale sebentar lalu hilang? Netizen udah ramai, driver udah curhat di mana-mana, dan publik menanti apakah negara benar-benar berpihak.

Harapan di Balik Helm dan Debu Jalan

Satu hal yang pasti, meskipun sering disuguhi janji dan wacana, para driver tetap berharap.

Bukan cuma soal BHR yang layak, tapi juga pengakuan bahwa kerja keras mereka pantas dihargai lebih dari sekadar promo aplikasi.

Karena masa depan kerja digital nggak cuma soal algoritma dan promo, tapi juga tentang manusia di balik setir motor yang tiap hari jadi pahlawan bagi perut orang lain.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

GMMB Apresiasi Kombes Alfian Nurrizal: Tangani Kerusuhan Jakarta Timur dengan Kepala Dingin

8 November 2025 - 19:32 WIB

Sebelum Wafat, Antasari Azhar Titip Pesan Menohok buat Presiden Prabowo: “Tetap Teguh Berantas Korupsi”

8 November 2025 - 11:56 WIB

Sandri Rumanama: Reformasi Polri Harus Dimulai dari Dalam, Bukan Sekadar Ganti Seragam

7 November 2025 - 14:23 WIB

Kronologi Detik-Detik Ledakan Masjid Kodamar, SMAN 72 Jakarta Geger, Delapan Luka-Luka

7 November 2025 - 07:34 WIB

“Senyum Saja,” Kata Roy Suryo Setelah Dijerat Pasal Berlapis Kasus Ijazah Jokowi

7 November 2025 - 06:46 WIB

Trending di News