Menu

Mode Gelap
Roy Suryo Ngaku Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu: Dari Error Level Analysis Sampai Ngulik Foto Pakai Face Recognition Ribuan Orang Kumpul di Ciracas: Munajat 1000 Doa, Santunan Rakyat, dan Hadiah Umrah Gratis dari Haidar Alwi Mau Kepoin Lokasi Orang Cuma Pakai Nomor HP? Nih Cara Paling Gampang Capek, Lihat Pemimpin Cuma Jago Webinar? Akademi SaDaya Hadir Bikin Pemimpin Sosial yang Mau Kerja, Bukan Cuma Ceramah Robi Syianturi Tembus 2 Jam 15 Menit, Pecahkan Rekor Asia Tenggara di Gold Coast Marathon Tarif Ojol Mandek Tiga Tahun, SePOI Desak DPR Segera Tuntaskan UU Transportasi Online

News

Aplikator dipanggil Kemenaker Buntut BHR Seharga Cilok

badge-check


					Foto ilustrasi (AI) Perbesar

Foto ilustrasi (AI)

PRABA INSIGHT- Di tengah jalanan kota yang penuh klakson dan deru knalpot, para driver ojol kembali dihantam kenyataan yang pahitnya kayak kopi sachet tanpa gula: Bonus Hari Raya (BHR) sebagian besar mereka tahun ini cuma Rp50 ribu.

Iya, beneran. Lima puluh ribu. Kalau mau boros dikit, bisa langsung habis buat beli cilok sama es teh manis.

Nah, karena kegaduhan ini mulai bikin telinga panas, Kemnaker (Kementerian Ketenagakerjaan) akhirnya turun tangan.

Bukan dengan demo dadakan, tapi lewat jalur elegan: memanggil para bos aplikator. Mulai dari Gojek, Grab, sampe yang logonya masih susah dibedakan dari aplikasi pinjol.

Bonus atau Basa-Basi?

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer atau lebih akrab dipanggil Noel dengan gaya khas santainya bilang bahwa soal BHR ini nggak bisa cuma diseret ke status “mitra” atau “bukan karyawan tetap”.

Walaupun hubungan kerja driver sama aplikator sifatnya kayak teman tapi mesra (alias kemitraan), tapi bukan berarti bisa semena-mena soal hak.

“Jangan mentang-mentang statusnya freelance, jadi haknya ikut-ikutan fleksibel juga,” kata beliau. Dan kita semua tahu, fleksibel itu kadang cuma alasan buat nggak ngasih jaminan apa-apa, kayak hubungan sama mantan mu dulu..cieee..HTS.

Aplikator Dipanggil, Suasana Mulai Gerah

Panggilan Kemnaker ini bukan sekadar basa-basi. Ini bentuk serius bahwa negara (akhirnya) ikut nimbrung dalam drama ojol dan BHR-nya.

Tujuannya jelas: cari formula BHR yang manusiawi. Biar para driver yang tiap hari ngebut di jalanan, nyalip angin dengan kecepatan cahaya nggak cuma dapat bonus setipis saldo akhir bulan.

Kemnaker maunya ada perubahan. Bukan cuma angka BHR-nya yang naik, tapi juga cara pandang terhadap prinsip kerja-kerja digital.

Ojol itu bukan cuma “orang yang antar pesanan,” tapi tulang punggung ekonomi harian sebagian orang.

Akhir Cerita atau Babak Baru?

Pertanyaannya sekarang: akankah ini jadi awal dari perubahan sistemik, atau sekadar gimik manis yang nasibnya kayak notifikasi flash sale sebentar lalu hilang? Netizen udah ramai, driver udah curhat di mana-mana, dan publik menanti apakah negara benar-benar berpihak.

Harapan di Balik Helm dan Debu Jalan

Satu hal yang pasti, meskipun sering disuguhi janji dan wacana, para driver tetap berharap.

Bukan cuma soal BHR yang layak, tapi juga pengakuan bahwa kerja keras mereka pantas dihargai lebih dari sekadar promo aplikasi.

Karena masa depan kerja digital nggak cuma soal algoritma dan promo, tapi juga tentang manusia di balik setir motor yang tiap hari jadi pahlawan bagi perut orang lain.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Roy Suryo Ngaku Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu: Dari Error Level Analysis Sampai Ngulik Foto Pakai Face Recognition

9 Juli 2025 - 10:47 WIB

Ribuan Orang Kumpul di Ciracas: Munajat 1000 Doa, Santunan Rakyat, dan Hadiah Umrah Gratis dari Haidar Alwi

9 Juli 2025 - 08:15 WIB

Capek, Lihat Pemimpin Cuma Jago Webinar? Akademi SaDaya Hadir Bikin Pemimpin Sosial yang Mau Kerja, Bukan Cuma Ceramah

8 Juli 2025 - 06:01 WIB

Tarif Ojol Mandek Tiga Tahun, SePOI Desak DPR Segera Tuntaskan UU Transportasi Online

5 Juli 2025 - 07:24 WIB

Harga Robot Remote Polisi Milyaran Rupiah Jadi Sorotan, ICW minta Informasi Harga di buka ke publik

4 Juli 2025 - 06:19 WIB

Trending di News