Menu

Mode Gelap
Polisi: Diplomat Arya Daru Tak Dibunuh, Tapi Luka-Luka di Tubuhnya Bikin Merinding ‘Kenali, Pahami, Empati’: Album Baru SIVIA yang Dibumbui Amarah dan Proses Menjadi Manusia Kenalkan Padel dan Sepatu Baru, Begini Strategi ASICS Garap Pasar Anak Muda Indonesia Vanenburg Dicoret dari SEA Games 2025, PSSI Ungkap Alasannya QRS Travel Ungkap Dirugikan Rp1,2 Miliar oleh PB HMI, Sebut Tak Ada Itikad Baik “Fakta Kelam di Balik Hari Anak Nasional: 15 Ribu Anak Jadi Korban Kekerasan Sepanjang 2025”

Regional

“Dinas Sosial Mau Balapan? Bobby Nasution Heran Ada Anggaran Busi Racing”

badge-check


					“Dinas Sosial Mau Balapan? Bobby Nasution Heran Ada Anggaran Busi Racing” Perbesar

PRABA INSIGHT- Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, kembali dibuat naik pitam. Bukan karena jalan berlubang atau lampu merah mati.

Tapi karena temuan absurd dalam belanja APBD. Setelah sebelumnya viral soal tusuk gigi Rp 100 juta, kini muncul lagi daftar belanja ajaib: kue tar jumbo dan busi racing. Ya, Anda tidak salah baca busi racing.

Dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD 2025-2029 dan Rapat Kerja Perangkat Daerah (RPKD) yang digelar Senin (5/5) lalu, Bobby curhat sambil menyindir.

Ia seakan tak habis pikir dengan logika OPD yang doyan belanja barang-barang yang “nggak nyambung” dengan tugas dan fungsi mereka.

“OPD, tolong ya, jangan buat anggaran yang aneh-aneh lagi. Cukup tusuk gigi, busi racing … ada busi racing. Di dinas apa busi racing itu ya? Dinas Sosial,” kata Bobby sambil geleng-geleng kepala.

Bayangkan, Dinas Sosial yang seharusnya ngurusin bansos dan kesejahteraan masyarakat malah ngajuin anggaran busi racing.

Mau balapan bareng anak-anak motor? Atau bikin kejuaraan drag race antar pegawai? Entahlah.

Tak cukup sampai di situ, Bobby juga mengungkap temuan anggaran kue tar ukuran 60 x 40 cm sebanyak 15 buah, dengan nilai fantastis: Rp 48,7 juta. Kalau dibagi rata, satu kue harganya sekitar Rp 3,2 juta. Ini kue atau down payment motor listrik?

Bobby lantas meminta semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk berhenti bermain-main dengan anggaran negara. Apalagi anggaran yang bersumber dari APBD, yang notabene adalah uang rakyat.

“Kalau ada anggaran aneh dan belum dieksekusi, langsung coret. Jangan sok kreatif tapi nggak nyambung dengan visi-misi pembangunan,” tegas Bobby.

Ia menegaskan bahwa ke depan, semua anggaran harus sesuai dengan program PHTC (Program Hasil Terbaik Cepat) yang diusung Presiden dan Gubernur.

Barang-barang ‘ajaib’ seperti tusuk gigi berjuta-juta, busi racing, dan kue selebar meja rapat harus dilenyapkan dari dokumen perencanaan anggaran.

Fenomena ini bukan sekadar soal anggaran nyeleneh. Tapi juga soal cara pikir birokrasi yang kadang terlalu kreatif tanpa logika.

Di tengah kebutuhan mendesak rakyat, anggaran justru lari ke hal-hal yang tidak relevan.

Bobby, sebagai pemimpin daerah, tampaknya sedang berjuang melawan kultur belanja “asal-asalan” yang diwarisi dari masa lalu.

Kalau Dinas Sosial saja sudah mikir beli busi racing, jangan heran kalau program kesejahteraan malah ngebut ke arah yang salah.

Dan kalau kue Rp 3 juta jadi standar jamuan, ya siap-siap kita makan nasi dengan kuah anggaran defisit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Fenomena Guru PPPK Menggugat Cerai Suami Usai Diangkat: Benarkah Karena Gaji?

22 Juli 2025 - 12:48 WIB

Guru Honorer Ini Harus Bayar Rp12,5 Juta, Ternyata Orang Tua Murid Caleg Gagal

21 Juli 2025 - 08:47 WIB

“Kolom Agama di KTP Diubah, Warga Blitar Pilih Kepercayaan Lokal”

21 Juli 2025 - 04:23 WIB

Pesta Pernikahan Jadi Petaka, Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Akhirnya Buka Suara

20 Juli 2025 - 13:25 WIB

MUI Jatim Haramkan Sound Horeg, Muhammadiyah dan NU Beda Suara

17 Juli 2025 - 06:02 WIB

Trending di Regional