PRABA INSIGHT- Kalau di negeri +62 ini ada pelajaran “Etika dan Logika Sosial”, kasus di Demak harusnya jadi bahan ajar.
Seorang guru honorer—yang hidupnya sudah mirip ATM kehabisan saldo—harus membayar Rp12,5 juta gara-gara menampar murid yang melemparkan sandal ke kepalanya.
Dan ketika diselidiki, ternyata orang tua si murid bukan warga biasa. Bukan pula anggota DKM. Tapi mantan caleg Partai Perindo yang gagal total di Pemilu 2024.
Suaranya? Hanya 36. Ya, TIGA PULUH ENAM. Bahkan kalau keluarga besar ikut nyoblos semua, itu pun masih kurang.
Satu Sandal, Satu Tamparan, Satu Caleg Gagal, Dua Belas Juta Setengah
Adalah Ahmad Zuhdi, guru Madrasah Diniyah di Demak yang sudah mengabdi sejak zaman ringtone polifonik. Suatu hari, pas lagi ngajar kelas 5, beliau dilempar sandal oleh siswa kelas 6 berinisial D.
Zuhdi yang sudah berusia 63 tahun, refleks menarik si anak dan menamparnya. Sebuah tindakan spontan yang lahir dari rasa kaget, kesal, dan… ya, insting manusia.
Setelah kejadian, orang tua murid (berinisial SM) datang dan mediasi dilakukan. Awalnya adem. Tapi entah kenapa, dalam surat damai nggak disebut nominal apa-apa, tapi kemudian muncul permintaan damai sebesar Rp25 juta.
Setelah tawar-menawar ala pasar Wage, disepakati angka Rp12,5 juta. Tamparan satu kali, bayar setengah motor.
Warganet: Kok Bisa Caleg Gagal Tapi Galaknya Kayak Lolos?
Setelah kasus viral, netizen yang kerjaannya kayak FBI lokal langsung mengendus sesuatu. Ternyata, si ibu dari murid, yakni Siti Mualimah, adalah mantan caleg Partai Perindo.
Dapil-nya Demak 3, nomor urut 2. Tapi nasib berkata lain. Di TPS, dia cuma mengumpulkan 36 suara.
Itu kalau dibandingkan jumlah retweet kasus ini di Twitter, jelas kalah jauh.
Fakta ini membuat publik bertanya: ini perkara tamparan guru, atau aksi balas dendam karena gagal duduk di kursi legislatif?
Apakah ini bentuk pelampiasan karena rakyat tidak memilih, lalu guru jadi korban?
Atau, jangan-jangan ini bentuk “pemilu susulan” model baru: kalau nggak lolos dewan, setidaknya bisa narik duit dari guru?
Plot Twist: Minta Maaf Karena Viral
Setelah dihajar opini publik, barulah keluarga murid datang balik kanan. Hari Minggu, 20 Juli 2025, Sutopo (paman D) dan SM datang ke rumah Pak Zuhdi.
“Kami ke sini minta maaf dan mau balikin uang Rp12,5 juta,” kata Sutopo lirih, mungkin sambil deg-degan takut di-konten-in netizen.
SM sendiri terlihat ketakutan. Kata Sutopo, “Namanya juga perempuan, takut diviralkan.”
Tapi Pak Zuhdi bukan tipe pendendam. Beliau legowo, dan menolak uang itu dikembalikan. Seorang guru honorer dengan gaji Rp110 ribu per bulan bisa lebih bermartabat daripada caleg yang kalah tapi masih bawa kalkulasi negosiasi.
Penulis: Deny Darmono – Editor: Ivan