Menu

Mode Gelap
ASN Kepahiang Dipecat Gara-Gara Injak Al-Qur’an, Padahal Katanya Cuma Buku Yasin 5 Alasan Media Online Masih Jadi Senjata Andalan Brand di Era Scroll Cepat dan Hoaks Lebih Cepat BGN Siapkan Rp29,5 Triliun untuk Program Makan Bergizi Gratis: Anggaran Jumbo Demi Perut Kenyang Anak Negeri ASUS Prime AP303: Casing 44 Liter yang Bisa Menampung Ambisi (dan RTX 5090) Tol Trans-Sumatra: Jalan Panjang Menuju Mimpi yang (Akhirnya) Bisa Dilewati Bukan Teroris, Cuma Kesepian: Kisah Anak yang Jadi Tersangka Ledakan di SMAN 72

Regional

Tamparan Kepala Sekolah di Banten: Ketika Niat Mendidik Disalahpahami

badge-check


					Kepala sekolah di Lebak, Banten, dinonaktifkan usai menampar siswa yang ketahuan merokok. Di balik kontroversi itu, ada sisi manusiawi seorang guru yang ingin mendisiplinkan muridnya.(Foto : Istimewa) Perbesar

Kepala sekolah di Lebak, Banten, dinonaktifkan usai menampar siswa yang ketahuan merokok. Di balik kontroversi itu, ada sisi manusiawi seorang guru yang ingin mendisiplinkan muridnya.(Foto : Istimewa)

PRABA INSIGHT – BANTEN – Di tengah derasnya arus “segala hal harus viral dulu baru dibahas”, satu peristiwa di Kabupaten Lebak, Banten, mendadak jadi sorotan. Seorang kepala sekolah negeri di Cimarga menampar siswanya yang ketahuan merokok di belakang sekolah.

Kabar itu langsung berembus ke publik, dan seperti biasa: dunia maya lebih cepat daripada klarifikasi. Kepala sekolah pun kini dinonaktifkan sementara, menunggu hasil pemeriksaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Banten.

Padahal, di balik insiden yang tampak hitam-putih ini, ada sisi abu-abu yang sering kita lupa: guru juga manusia.

Plt Kepala Disdikbud Provinsi Banten, Lukman, menjelaskan duduk perkaranya. “Awalnya siswa itu merokok di belakang sekolah, ketahuan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah kemudian menegur dan mengingatkan,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).

Menurut Lukman, kepala sekolah yang merupakan seorang perempuan itu memang menegur dengan nada keras. Tapi, konteksnya ya itu bentuk spontanitas seorang pendidik yang ingin mendisiplinkan siswanya.

“Tapi, sambil mengingatkan itu, mungkin bahasanya agak keras. Ya, mungkin bahasa orang sana, jadi agak beda. Itu hal yang biasa mungkin ya, kita juga belum tahu pasti,” kata Lukman.

Dari pengakuan kepala sekolah, memang ada “kontak fisik kecil”. “Menurut pengakuan kepala sekolah, memang sempat ngeplak (menepuk kepala siswa). Saya tidak tahu apakah keras atau tidak, tapi pengakuannya memang begitu,” ujarnya.

Sekarang, Disdikbud Banten sedang memproses kasus ini. Semua pihak guru, siswa, hingga komite sekolah dipanggil untuk klarifikasi.

“Nanti semuanya akan kita klarifikasi, dari kepala sekolah, guru, siswa, hingga komite,” lanjut Lukman.

Namun di luar ruang rapat dan surat dinas, masyarakat mulai memperbincangkan hal yang lebih dalam: masih adakah ruang bagi guru untuk menegur dengan ketegasan, tanpa takut disalahartikan sebagai kekerasan?

Di era ketika murid bisa merekam segalanya, batas antara disiplin dan “viral” makin tipis. Padahal, bagi sebagian guru, teguran keras sering kali lahir dari kepedulian, bukan kebencian.

Guru di banyak daerah masih memegang nilai lama: mendidik bukan sekadar mengajar, tapi juga membentuk watak. Tentu, bukan berarti kekerasan boleh dibenarkan. Tapi seharusnya juga tidak semua tindakan spontan seorang pendidik langsung dihakimi seolah ia pelaku kriminal.

Kasus di Lebak ini jadi pengingat bahwa mendidik anak bangsa memang bukan perkara mudah. Kepala sekolah bisa salah langkah, tapi niatnya bisa jadi tetap benar: ingin siswanya tumbuh disiplin, bukan jadi headline berita.

Dan mungkin, di antara ribuan guru yang sabar di seluruh Indonesia, banyak yang berharap: semoga kita tak lupa bahwa di balik seragam dan jabatan, guru juga manusia yang bisa lelah, marah, dan kadang tanpa sengaja kelepasan tangan. (Van)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

ASN Kepahiang Dipecat Gara-Gara Injak Al-Qur’an, Padahal Katanya Cuma Buku Yasin

12 November 2025 - 09:21 WIB

Tol Trans-Sumatra: Jalan Panjang Menuju Mimpi yang (Akhirnya) Bisa Dilewati

11 November 2025 - 13:36 WIB

Drama Penculikan Bilqis: Dari Taman di Makassar Hingga Pelukan Suku Anak Dalam di Jambi

10 November 2025 - 14:13 WIB

GKR Timoer: “Sinuhun Sudah Tunjuk Putra Mahkota, Jangan Ada yang Ngaku-ngaku Lagi”

6 November 2025 - 07:50 WIB

Tiga Mahasiswa KKN Tewas dan Hilang di Desa Getas, Kendal

5 November 2025 - 15:55 WIB

Trending di Regional