PRABA INSIGHT-Hujan turun deras di Jakarta malam itu. Langit seperti ditumpahi tinta pekat, dan gemuruh petir sesekali memecah langit, seakan memberi peringatan pada kota yang tak pernah benar-benar tidur.
Genangan air mulai merayap di sepanjang jalan, memantulkan kilatan lampu kendaraan yang berseliweran tanpa henti. Di antara gemuruh mesin dan klakson yang bersahut-sahutan, ada satu tempat yang senantiasa menyimpan sunyi di tengah hiruk-pikuk kota: Terowongan Casablanca.
Bagi warga Jakarta, nama Terowongan Casablanca bukan sekadar penanda jalan. Ia menyimpan cerita kelam yang terus bergaung dari mulut ke mulut, merambat di antara percakapan warung kopi hingga ruang tunggu kantor. Urban legend yang mencekam, tentang sesosok perempuan yang menampakkan diri di sana.
Bukan sekadar penampakan biasa, perempuan itu konon hadir dengan wujud yang memancing rasa ngeri, gaun putih panjang dengan wajah yang tidak pernah jelas terlihat.
Orang-orang yang pernah bersua dengannya menggambarkan hawa dingin yang menjalar seketika, seolah kematian itu sendiri sedang mengintip dari balik kegelapan.
Puluhan tahun yang lalu, di lokasi terowongan itu berdiri, pernah terjadi kecelakaan maut yang merenggut nyawa seorang perempuan. Tidak ada yang tahu persis siapa dia. Ada yang bilang ia seorang pekerja kantoran yang pulang larut malam,
ada pula yang menyebutnya mahasiswi yang baru saja pulang kuliah. Yang pasti, kematiannya tidak wajar. Mobil yang ditumpanginya hilang kendali dan menghantam dinding beton dengan keras, membuat tubuhnya terhimpit tanpa sempat diselamatkan.
Darah mengalir membasahi aspal, bercampur dengan hujan yang turun deras malam itu. Sejak saat itu, arwahnya diyakini gentayangan, menuntut balas atau sekadar mencari tumpangan terakhir.
Cerita-cerita bermunculan. Mulai dari pengendara ojek online yang mengaku melihat seorang perempuan melambaikan tangan tepat di tengah malam buta, hingga sopir truk yang merasakan hawa dingin menusuk tulang setiap kali melintas di terowongan itu.
Yang paling populer adalah kisah penumpang tak terlihat. Banyak pengemudi mengaku tiba-tiba merasa mobilnya lebih berat dari biasanya, seolah ada seseorang yang duduk di kursi belakang, namun saat mereka menoleh, kursi itu kosong.
Tidak sekali dua kali, para sopir mematikan mesin di ujung terowongan, keluar dari kendaraan, dan mendapati embun membekas di kaca belakang mobil, seakan ada yang duduk di sana.
“Jangan sekali-kali melihat spion tengah kalau lewat Casablanca jam tiga pagi,” ujar Dodi, seorang sopir taksi yang sudah belasan tahun melintasi jalan itu. “Kata orang-orang, dia suka muncul di situ.
Kalau sampai bertatapan mata, alamat bakal kebawa mimpi buruk. Pernah ada yang lihat matanya, katanya bolong, hitam semua, nggak ada putihnya sama sekali.”
Bukan sekadar mitos, beberapa kamera CCTV yang terpasang di terowongan itu pernah menangkap penampakan aneh. Bayangan putih melintas cepat di antara kendaraan, namun ketika dicek, tidak ada siapa-siapa.
Bahkan, salah satu rekaman menunjukkan pintu mobil yang terbuka dan tertutup sendiri, meski sang pengemudi bersikeras ia tidak menghentikan kendaraannya. Beberapa rekaman bahkan menunjukkan sosok bayangan yang melintas tanpa suara, hanya terlihat sekelebat di antara mobil-mobil yang melaju.
“Terowongan Casablanca itu seperti batas tipis antara dunia kita dan mereka,” kata Maman, seorang penjaga parkir di sekitar kawasan itu. Matanya menerawang jauh, seolah melihat sesuatu yang tak kasatmata.
“Kalau berani, cobalah lewat situ jam tiga pagi. Tapi ingat, jangan sekali-kali lihat spion. Kalau dia sampai duduk di belakang, nggak bakal bisa turun sampai di ujung terowongan.”
Malam itu, hujan makin deras. Lampu-lampu kendaraan memantul pada aspal basah, menciptakan bayangan remang yang seolah menari dalam ritme kelam. Di sudut terowongan, samar-samar, terlihat sesosok perempuan berdiri.
Wajahnya tidak jelas, namun gaunnya yang putih memudar tampak jelas berkibar diterpa angin. Sebuah lambaian tangan perlahan terangkat, mengisyaratkan permintaan tumpangan. Namun, siapakah yang cukup berani untuk berhenti?
Terowongan Casablanca tetap berdiri, menyimpan rahasia yang tak terucap, menunggu para penjelajah malam yang cukup nekat untuk melintasi batas antara dunia nyata dan yang tak terlihat.