Menu

Mode Gelap
Roy Suryo Ngaku Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu: Dari Error Level Analysis Sampai Ngulik Foto Pakai Face Recognition Ribuan Orang Kumpul di Ciracas: Munajat 1000 Doa, Santunan Rakyat, dan Hadiah Umrah Gratis dari Haidar Alwi Mau Kepoin Lokasi Orang Cuma Pakai Nomor HP? Nih Cara Paling Gampang Capek, Lihat Pemimpin Cuma Jago Webinar? Akademi SaDaya Hadir Bikin Pemimpin Sosial yang Mau Kerja, Bukan Cuma Ceramah Robi Syianturi Tembus 2 Jam 15 Menit, Pecahkan Rekor Asia Tenggara di Gold Coast Marathon Tarif Ojol Mandek Tiga Tahun, SePOI Desak DPR Segera Tuntaskan UU Transportasi Online

Ekonomi

“Kena Tarif 32% dari Trump, Indonesia Malah Mau Belanja Lebih Banyak?”

badge-check


					ilustrasi (ist) Perbesar

ilustrasi (ist)

 

PRABA INSIGHT- Tampaknya, mantan Presiden AS Donald Trump memang belum puas bikin dunia dagdigdug. Kali ini, dia resmi menaikkan tarif impor barang dari enam negara Asia, termasuk Indonesia, jadi 32%. Alasannya? Ya standar: demi “melindungi industri dalam negeri Amerika.”

Padahal sih, ini kayak mantan yang tiba-tiba ngeblok medsos kita tanpa sebab yang jelas.

Per 9 April 2025, tarif baru ini resmi berlaku. Dan seperti biasa, Indonesia langsung kena semprot, padahal nggak ikut-ikut lomba dagang global.

Tapi yang mengejutkan, alih-alih ngamuk atau ngasih sanksi balik, pemerintah kita justru bersikap… tenang. Tenang banget. Sampai-sampai mirip mahasiswa tingkat akhir yang udah pasrah sama nasib skripsi.

Strategi “Kasih Sayang” ala Pemerintah Indonesia

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto bilang, Indonesia nggak akan balas dendam. Pemerintah memilih jalur damai.

Bahasa resminya sih “diplomasi dan negosiasi,” tapi vibe-nya kayak orang yang tahu diselingkuhi, tapi masih berharap hubungan bisa diselamatkan.

Yang lebih ajaib lagi, pemerintah justru berencana nambah belanja barang-barang dari AS. Iya, kita mau beli lebih banyak gandum, kapas, minyak, gas, mungkin juga burger dan jeans.

Demi apa? Ya biar kelihatan good boy di mata Amerika. Soalnya, dalam hubungan dagang internasional, jadi anak baik kadang lebih efektif daripada jadi jagoan yang banyak gaya.

Ekspor Bisa Mepet, Tapi Pemerintah Tetap PD

Sektor ekspor unggulan Indonesia ke AS—kayak tekstil, elektronik, sampai alas kaki—potensial kena rem mendadak. Tapi pemerintah tetap optimis. Katanya, target pertumbuhan ekonomi 5,2% masih aman.

Defisit anggaran juga diklaim nggak akan jebol-jebol amat. Bahkan Bank Indonesia juga udah siap pasang badan buat jaga kestabilan rupiah.

Singkatnya, meskipun kita disundul sama tarif baru, Indonesia ogah panik. Lebih pilih gaya kalem, sambil pelan-pelan cari celah buat negosiasi. Ya semacam hubungan cinta yang toxic, tapi masih diusahakan supaya nggak bubar jalan.

Tarif Boleh Naik, Harga Diri Tetap Dijaga

Di tengah gonjang-ganjing perang dagang ala Trump, Indonesia menunjukkan bahwa jadi negara berkembang bukan berarti harus selalu nyolot.

Kadang, jadi bijak itu lebih seksi daripada jadi reaktif. Pemerintah bahkan sudah siapkan delegasi khusus buat ngobrol langsung sama AS. Siapa tahu, ngobrol santai sambil ngopi bisa lebih menyelesaikan masalah ketimbang kirim surat protes berjilid-jilid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

“Resmi! Bank DKI Kini Bernama Bank Jakarta: Dari Daerah ke Panggung IPO”

22 Juni 2025 - 16:28 WIB

Utang Negara Tembus Rp7.000 Triliun, BI Bilang: “Santai Aja, Masih Terkendali Kok!”

18 Juni 2025 - 07:54 WIB

Ojol Mau Jadi Karyawan Tetap? Kata Menteri UMKM: Yang Lolos Cuma Segelintir, Sisanya Tetap Pejuang Jalanan

18 Juni 2025 - 03:47 WIB

“BI Checking Kamu Rusak? Ini Cara Ampuh Menghapus Jejak Hitam di SLIK OJK”

11 Juni 2025 - 12:38 WIB

Bansos Rp400 Ribu dan 20 Kg Beras Datang Lagi! Cek Namamu di situs Resminya Sekarang

4 Juni 2025 - 18:40 WIB

Trending di Ekonomi