PRABA INSIGHT – BANJARNEGARA – Di Banjarnegara, sebuah kisah yang mestinya tidak pernah ada terjadi di tempat yang mestinya aman: sebuah sekolah. Di balik plafon kamar mandi SMK Negeri 1 Wanayasa, ruang kecil yang bahkan tak layak disebut kamar, menjadi tempat terakhir bagi seorang bayi yang bahkan belum sempat melihat dunia.
Hari Senin, 1 Desember 2025, sekolah itu tidak hanya dipenuhi suara bel dan langkah siswa. Ada kesunyian aneh yang kemudian berubah menjadi duka ketika ditemukan bayi seberat sekitar 3 kilogram dalam kondisi yang mengiris hati siapa pun yang mendengar.
Tiga hari lamanya ia terbaring sendirian. Tiga hari tanpa suara, tanpa pelukan, tanpa siapa pun. Keberadaannya baru terungkap ketika bau tak sedap mulai merayap seakan menjadi satu-satunya cara bayi itu “berbicara” kepada dunia.
Kamar mandi yang biasanya hanya jadi tempat anak-anak sekolah mencuci wajah sebelum masuk kelas tiba-tiba menjelma saksi bisu tragedi yang tak masuk akal.
Dinding-dinding sekolah yang tiap hari mendengarkan tawa siswa, kini terasa seperti ikut menunduk. Bagaimana mungkin ruang belajar berubah menjadi lokasi duka sedalam ini?
Pertanyaan demi pertanyaan menggantung tanpa pegangan:
Apakah di sini ia menghela napas terakhir?
Mengapa suara kecil yang baru lahir justru dibungkam?
Siapa yang tega merampas masa hidup yang bahkan belum dimulai?
Kepolisian telah memasang garis penyelidikan. Setiap sudut kamar mandi, setiap jejak sekecil apa pun sedang ditelusuri agar simpul tragedi ini bisa diurai. Masyarakat Banjarnegara pun diliputi duka bercampur kemarahan. Di media sosial, warganet tak henti-hentinya mengungkapkan kepedihan, seakan mencoba menambal rasa kehilangan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus bergerak, kisah seorang bayi yang tak sempat dikenali ini menjadi pengingat: betapa rapuhnya hidup, dan betapa dalamnya luka yang ditinggalkan ketika kepedihan dibiarkan terjadi dalam diam.
Penulis : Ristanto | Editor : Ivan







