PRABA INSIGHT- Tanggal 1 Juni memang selalu istimewa. Di hari itu, Indonesia bukan cuma mengenang pidato legendaris Bung Karno soal dasar negara, tapi juga diajak merenung apa kabar Pancasila hari ini?
Nah, pertanyaan itulah yang dibawa Bintang Puspayoga ketika memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Efata, Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Perempuan dan Anak, Bintang nggak cuma hadir untuk formalitas.
Beliau memimpin langsung jalannya upacara, ditemani sederet tokoh penting seperti Ketua DPD PDI Perjuangan NTT sekaligus Ketua DPRD Provinsi NTT Emelia Julia Nomleni, Bupati Manggarai Heribertus Nabit, hingga jajaran pengurus partai dari DPD sampai DPC se-NTT.
Tapi tunggu dulu, peringatan ini bukan cuma soal berdiri tegak di bawah matahari sambil menyanyikan lagu kebangsaan.
Ada juga kegiatan yang menyentuh langsung ke masyarakat: pembagian makanan sehat bergizi untuk anak-anak sekolah dasar.
Karena ya, buat apa bicara Pancasila kalau anak-anak masa depan bangsa masih berhadapan dengan gizi buruk dan stunting?
Dalam sambutannya, Bintang Puspayoga mengingatkan bahwa Pancasila bukan sekadar teks pidato di masa lalu.
Bagi Bung Karno, Pancasila itu bukan sekadar wacana elite tapi harus hidup dan hadir di kampung-kampung, di lorong-lorong desa, di hati dan tindakan masyarakat sehari-hari.
“Pancasila adalah bintang penuntun untuk mewujudkan Indonesia yang gemah ripah loh jinawi,” ujar Bintang. Artinya, Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, dan tentu saja bebas dari kekerasan, terutama pada perempuan dan anak.
Karena masa depan negeri ini ya ada di tangan mereka juga, bukan cuma di meja-meja rapat.
Makanya, perempuan dan anak nggak boleh cuma jadi penonton dalam pembangunan.

Sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Perempuan dan Anak, Bintang nggak cuma hadir untuk formalitas. Beliau memimpin langsung jalannya upacara (foto: Praba/Istimewa)
Mereka harus ikut main, ikut bersuara, ikut memutuskan. “Tak ada kemerdekaan tanpa keterlibatan perempuan,” kata Bung Karno, dan kutipan itu kembali digaungkan Bintang di Ruteng.
Bulan Bung Karno tahun ini pun dirayakan dengan semangat itu: menjadikan Pancasila sebagai kompas hidup.
Dari hal kecil seperti membiasakan lingkungan bersih, pengasuhan yang bebas dari kekerasan, sekolah yang aman dari bullying, sampai pemberdayaan perempuan di semua lini.
Dan tentu saja, pesan pamungkas dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri: jangan cuma bicara di atas, tapi juga turun ke bawah.
Hadir di tengah masyarakat, menjalankan Pancasila dalam tindakan nyata, dan jadi solusi dari persoalan-persoalan bangsa yang makin berlapis.
Indonesia Raya yang adil dan makmur itu nggak akan datang cuma lewat seremoni.
Ia lahir dari kerja bersama, dari solidaritas yang konsisten, dan dari keberanian untuk memperjuangkan keadilan di level paling bawah keluarga, sekolah, lingkungan sekitar.
Penulis: Yohanes MW | Editor : Ivan